1.
Muqaddimah
من
فرح بدخول رمضان حرم الله جسده على الناران
Barangsiapa yang
bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya
masuk neraka.
Bulan
Ramadhan akan menyapa umat Islam di seluruh dunia tanpa terkecuali di
Indonesia. Bulan Ramadhan di dalamnya diwajibkan ibadah rukun Islam ke-3 yakni shaum
(puasa), puasa biasanya sangat erat dan identik dengan sebuah kejujuran karena
bersifat pribadi antara Allah SWT dengan hamba tanpa harus melalui perantara
(washilah) sehingga disebut ibadah abstrak. Puasa merupakan perintah Allah
SWT sebagaimana yang termaktub dalam surat al Baqarah ayat 183 merupakan
kewajiban individual dalam rangka meningkatkan ketaqwaan dan keimanan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS.
Al Baqarah:183)
Hal
inilah sebagai salah satu reasonable ibadah puasa adalah ibadah yang bersifat
pribadi. Mengapa demikian? “Seseorang yang berpuasa di pagi hari bisa jadi akan
mengabaikan larangan berpuasa pada siang harinya karena tidak ada satu orangpun
yang tahu kecuali hanya Allah SWT dan yang bersangkutan. Filusuf Imam al
Ghozali dalam kitabnya yang sangat populer Ihya Ulumuddin menambahkan
bahwa puasa terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Aam, Khos, dan Khususul
Khusus. Maksud dari puasa Aam adalah puasa yang dilaksanakan oleh
orang kebanyakan yang hanya mampu menahan lapar, dahaga dan hal-hal yang
membatalkan yang lain. Sedangkan puasa Khos yakni puasa orang awam
ditambah dengan menahan panca indra dan anggota tubuh lainnya dari
perbuatan-perbuatan yang mendatangkan dosa. Sementara puasa Khususul Khusus
yakni puasa awam dan puasa khusus ditambah menahan (memelihara) hati nurani
untuk menjauhi perbuatan yang dimurkai Allah SWT seperti hasud, dendam,
dengki, takabur, ghiba dan lain sebagainya.
2.
Pengertian Ramadhan
Ramadhan berasal
dari akar kata: ر م ض , yang berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya
pada tanah. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara
Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun
berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan ke sembilan selalu jatuh pada
musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung
dan pasir gurun terpanggang oleh segatan matahari musim panas yang waktu
siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam berjumpa dengan pagi hari.
Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi
akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadhan, bulan
dengan panas yang menghanguskan.
Dari akar kata tersebut kata Ramadhan digunakan untuk
mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain
mengatakan bahwa kata Ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa
dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata Ramadan (baca tanpa huruf h) tidak dapat disamakan artinya dengan Ramadhan (baca dengan memakai huruf h). Ramadan
dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal
itu dianalogikan dengan
dimanfaatkannya momen Ramadhan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan,
menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya,
sebagaimana panas merpresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.
3.
Dinamakan Bulan Ramadhan
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas kata Ramadhan diambil dari akar kata: ر م ض (ramadh) yang berarti terik matahari yang panas, dan Rasullulah SAW memberikan nama
bulan berdasarkan dengan keadaan pada saat itu. Demikian juga dengan nama bulan Ramadhan
disesuaikan dengan keadaan cuaca atau musim pada saat itu, kemudian perputaran
musim adalah sesuai dengan peredaran matahari maka dari itu terkadang Ramadhan
jatuh pada musim panas dan kadang pada musim dingin.
Pasca umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata
11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadhan tak lagi
selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami panasnya Ramadhan
secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadhan orang berpuasa,
tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau dengan kata lain, diharapkan
dengan ibadah-ibadah Ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar
dan pasca Ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Karena dalam zaman pra-Islam itu tahun qamariyah
senantiasa disesuaikan ke tahun syamsiyah, maka dalam zaman pra-Islam
itu bulan ke-9 selalu berada dalam musim terik yang membakar, maka bulan ke-9
itu bernama Ramadhan berarti membakar.
Dan yang lebih penting ialah bulan Ramadhan maupun bulan Haji bergeser
setiap tahun, sehingga tidak selamanya melaksanakan ibadah puasa maupun ibadah
haji dalam musim yang tetap. Tidak terus-terusan musim panas dan tidak
senantiasa dalam musim dingin melaksanakan ibadah puasa dan ibadah haji. Juga
terjadi keadilan di belahan bumi sebelah utara Khatulistiwa dengan yang di
selatan, tidak selamanya berpuasa pada hari yang panjang dan tidak pula
selamanya berpuasa pada hari yang pendek. Mengapa nama Ramadhan tetap
dipertahankan walaupun sudah bergeser tidak lagi selamanya dalam musim terik
yang membakar? Ini boleh jadi dengan alasan bahwa karena puasa wajib itu dalam
bulan Ramadhan, maka orang dapat mengaitkannya pada sabda Rasulullah SAW:
مَنْ قَامَ
رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang- siapa menegakkan Ramadhan atas dasar iman dan introspkesi, maka
diampuni dosanya apa yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan Hadits ini bulan Ramadhan adalah bulan pengampunan dosa,
bulan membakar dosa-dosa bagi mereka yang menegakkan Ramadhan.
4.
Penyambutan Bulan Ramadhan
Seorang muslim seharusnya tidak lalai terhadap momen-momen untuk
beribadah, bahkan seharusnya ia termasuk orang yang berlomba-lomba dan bersaing
(untuk mendapatkan kebaikan) di dalamnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Muthaffifiin ayat 26:
وَفِي ذَلِكَ
فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk yang
demikian itu hendaknya orang berloma-lomba.” (QS.
Al-Muthaffifiin:26)
Maka oleh sebab itu dalam rangka menyongsong
datangnya bulan Ramdhan sudah selayaknya atau sepantasnya seorang muslim
menyambut Ramadhan dengan suka cita, tentunya ada beberapa kiat dalam rangka
menyambutnya, di antaranya:
1)
Berdoa.
Berdo’a agar Allah SWT mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah dalam
keadaan sehat dan kuat, serta dalam keadaan bersemangat beribadah kepada Allah
SWT, seperti ibadah puasa, sholat dan dzikir. Telah diriwayatkan dari Anas bin
Malik radhiyallahu’anhu,
bahwa dia berkata, adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan
Rajab, beliau berdo’a sebagai berikut:
اللهم
بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
“Ya Allah
berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan
Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani).
Demikian
juga generasi terbaik terdahulu (as-salaf ash-shalih) berdo’a agar Allah
SWT menyampaikan mereka pada bulan Ramadhan dan menerima amal-amal mereka. Maka
apabila telah tampak hilal bulan Ramadhan, berdo’alah pada Allah SWT
seperti berikut ini:
الله
أكبر اللهم أهله علينا بالأمن والإيمان والسلامة والإسلام , والتوفيق لما تحب
وترضى ربي وربك الله
“Allah Maha Besar, ya Allah terbitkanlah bulan sabit itu untuk kami dengan
aman dan dalam keimanan, dengan penuh keselamatan dan dalam ke-Islaman, dengan taufik agar kami melakukan yang disukai dan diridhai oleh
Rabbku dan Rabbmu, yaitu Allah.” (HR.
At-Tirmidzi dan Ad-Darimi, dishahihkan oleh Ibnu Hayyan).
2)
Bersykur.
Bersyukur pada Allah SWT dan memuji-Nya atas dipertemukannya kita dengan bulan Ramadhan. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam
kitabnya Al-Adzkaar sebagai
berikut:
“Ketahuilah, dianjurkan bagi siapa saja yang mendapatkan suatu nikmat atau
dihindarkan dari kemurkaan Allah, untuk bersujud syukur kepada Allah Ta’ala, atau
memuji Allah (sesuai dengan apa yg telah diberikan-Nya).”
Dan
sesungguhnya di antara nikmat yang paling besar dari Allah SWT atas seorang
hamba adalah taufiq untuk melaksanakan ketaatan. Selain dipertemukan
dengan bulan Ramadhan, nikmat agung lainnya adalah berupa kesehatan yang baik.
Maka ini pun menuntut untuk bersyukur dan memuji Allah Sang Pemberi Nikmat lagi
Pemberi Keutamaan dengan nikmat tersebut. Segala puji bagi Allah SWT dengan
pujian yang banyak dan pantas bagi keagungan Wajah-Nya dan keagungan
kekuasaan-Nya.
3)
Bergembira.
Bergembira dan berbahagialah
dengan datangnya bulan Ramadhan. Telah ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau dahulu
memberi berita gembira pada para sahabatnya dengan kedatangan Ramadhan. Beliau
bersabda:
جاءكم
شهر رمضان, شهر رمضان شهر مبارك كتب الله عليكم صيامه فيه تفتح أبواب الجنان وتغلق
فيه أبواب الجحيم… الحديث
“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang
diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa di dalamnya. Pada
bulan itu dibukakan pintu-pintu surga serta ditutup pintu-pintu neraka….” (HR. Ahmad)
Dan
sungguh demikian pula as-salaf ash-shalih dari kalangan sahabat dan tabi’in,
mereka sangat perhatian dengan bulan Ramadhan dan bergembira dengan
kedatangannya. Maka kebahagiaan manakah yang lebih agung dibandingkan dengan
berita dekatnya bulan Ramadhan, moment untuk melakukan kebaikan serta
diturunkannya rahmat. Bahkan para Sahabat Nabi jika ditinggalkan Ramadhan mereka
menangis.
4)
Bertekad.
Bertekad serta membuat
program (planing) agar memperoleh kebaikan yang banyak di bulan
Ramadhan. Kebanyakan dari manusia, bahkan dari kalangan yang berkomitmen untuk
agama ini (beragama Islam), membuat program yang sangat serius untuk urusan
dunia mereka, akan tetapi sangat sedikit dari mereka yang membuat program
sedemikian bagusnya untuk urusan akhirat artinya cenderung duniawi (hidonisme).
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran terhadap tugas seorang mu’min dalam
hidup ini, dan lupa atau bahkan melupakan bahwa seorang muslim memiliki
kesempatan yang banyak untuk dekat dengan Allah SWT untuk mendidik jiwanya
sehingga ia bisa lebih kokoh dalam ibadah. Di antara program akhirat adalah
program menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan ketaatan dan ibadah.
Seharusnya seorang muslim membuat rencana-rencana amal yang akan dikerjakan
pada siang dan malam Ramadhan.
5)
Beramal Sholeh.
Bertekad dengan sungguh-sungguh untuk
memperoleh pahala di bulan Ramadhan serta menyusun waktunya (membuat
jadwal) untuk beramal shalih. Barangsiapa yang menepati
janjinya pada Allah SWT maka Beliau pun akan menepati janji-Nya serta
menolongnya untuk taat dan memudahkan baginya jalan kebaikan. Allah ‘Azza wa
Jalla berfirman:
فَلَوْ
صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْراً لَهُمْ
“Maka seandainya mereka
benar-benar beriman pada Allah, maka sungguh itu lebih baik bagi mereka.” (QS.
Muhammad:21).
6)
Berbekal Ilmu
Pengetahuan.
Berbekal
ilmu dan pemahaman terhadap hukum-hukum di bulan Ramadhan merupakan suatu kewajiban atas seorang muslim
baik laki-laki maupun wanita untuk beribadah kepada Allah SWT dilandasi dengan
ilmu, dan tidak ada alasan untuk tidak mengetahui kewajiban-kewajiban yang diwajibkan
Allah SWT atas hamba-hamba-Nya. Di antara kewajiban itu adalah puasa di bulan
Ramadhan. Sudah sepantasnya bagi seorang muslim belajar untuk mengetahui
perkara-perkara puasa serta hukum-hukumnya sebelum ia melaksanakannya (sebelum
datang bulan Ramadhan), agar puasanya sah dan diterima Allah SWT (mengapai
tingkatan muttaqien). Bahkan jika tidak mengetahuinya hendaknya bertanya kepada yang
ahlinya sebagaimana perintah ayat:
فَاسْأَلوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
“Maka
bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.” (QS.
Al-Anbiya’:7).
7)
Meninggalkan
Perbuatan Maksiat.
Wajib pula bertekad untuk meninggalkan
dosa-dosa dan kejelekan, serta bertaubat dengan sungguh-sungguh
dari seluruh dosa, berhenti melakukannya serta tidak mengulanginya lagi. Karena
bulan Ramadhan adalah bulan taubat. Barangsiapa yang tidak bertaubat di dalamnya, maka kapankah lagi ia
akan bertaubat? Allah SWT berfirman:
وَتُوبُوا
إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan
bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar
kalian beruntung.” (QS. An-Nur: 31).
8)
Persiapkan
Jasmani dan Rohani.
Mempersiapkan
jasmani dan rohani dengan membaca dan menelaah buku-buku serta
tulisan-tulisan, serta mendengarkan ceramah-ceramah Islamiyah yang menjelaskan
tentang puasa dan hukum-hukumnya, agar jiwa siap untuk melaksanakan ketaatan di
bulan Ramadhan. Demikian pulalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersiapkan jiwa-jiwa
para sahabat untuk memanfaatkan bulan ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sempat bersabda pada akhir bulan Sya’ban yang berbunyi:
جاءكم شهر
رمضان … إلخ الحديث
“Telah datang
pada kalian bulan Ramadhan…(sampai akhir hadits).” (HR. Ahmad dan
An-Nasa’i).
9)
Persiapan Diri
Meraihi Taqwa.
Mempersiapkan dengan baik untuk bertakwah kepada Allah SWT di bulan Ramadhan, melalui;
menghadiri pertemuan-pertemuan serta bimbingan-bimbingan dan menyimaknya dengan
baik agar dapat disampaikan di masjid (surau, langgar atau mushallah) di daerah
tempat tinggal. Menyebarkan buku-buku kecil, tulisan-tulisan serta
nasehat-nasehat tentang hukum yang berkaitan dengan Ramadhan kepada orang-orang
yang shalat serta masyarakat sekitar. Dan melalui
persiapan hadiah Ramadhan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Hadiah
tersebut dapat
berupa paket yang di dalamnya terdapat kaset-(kepingan CD atau DVD) dan buku
kecil, yang kemudian pada paket tersebut dituliskan hadiah Ramadhan. Serta
dengan cara memuliakan fakir dan miskin dengan memberi sedekah serta zakat
untuk mereka.
10)Buka Lembaran
Putih.
Menyambut Ramadhan dengan membuka lembaran putih yang baru, yang akan diisi dengan taubat sebenar-benarnya kepada Allah SWT
ta’at pada perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meninggalkan apa
yang dilarangnya. Berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, saudara, istri atau
suami serta anak-anak. Berbuat baik kepada masyarakat sekitar agar menjadi
hamba yang shalih serta bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
أفضل الناس
أنفعهم للناس
“Seutama-utama
manuia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Demikianlah seharusnya seorang muslim
menyambut Ramadhan, seperti tanah kering yang menyambut hujan, seperti si sakit
yang membutuhkan dokter untuk mengobatinya dan seperti seseorang yang menanti
kekasihnya. Berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan sungguh
merupakan nikmat besar dari Allah SWT. OIeh karena itu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa memberikan kabar gembira kepada para sahabat karena
datangnya bulan ini. Beliau menjelaskan keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan dan
janji-janji indah berupa pahala yang melimpah bagi orang yang berpuasa dan
menghidupkannya. Disyariatkan bagi seorang muslim untuk menyambut bulan
Ramadhan yang mulia dengan melakukan taubat nashuhah (taubat yang
sesungguhnya), mempersiapkan diri dalam puasa dan menghidupkan bulan
tersebut dengan niat yang tulus dan tekad yang murni.
5. Keutamaan Ramadhan
Bulan
Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal soleh yang
dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik.
Oleh karena itu kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan
meninggalkan kemaksiatan. Di antara keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan
tersebut, disebutkan dalam beberapa riwayat, di antaranya adalah:
a. Ramadhan
adalah bulan penuh berkah, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup
dan setan-setan pun dibelenggu. Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang
nilainya lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah SAW bersabda:
قَدْ
جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ
تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ
وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ
“Telah
datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk
berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang
nilainya lebih baik dari seribu bulan.” (HR. Ahmad).
b. Allah
SWT membebaskan penghuni neraka pada setiap malam bulan Ramadhan. Rasulullah
SAW bersabda:
إذَا
كَانَ أوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ
الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ
وَفُتِّحَتْ أبْوَابُ الجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ
مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أقْصِرْ وَلِلَّهِ
عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
“Jika
awal Ramadhan tiba, maka setan-setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka
ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Sedangkan pintu-pintu surga
dibuka, dan tidak satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada seruan (pada bulan
Ramadhan); Wahai orang yang menginginkan kebaikan, datanglah. Wahai orang yang
ingin kejahatan, tahanlah dirimu. Pada setiap malam Allah SWT memiliki
orang-orang yang dibebaskan dari neraka.” (HR Tirmidzi).
c. Puasa
bulan Ramadhan adalah sebagai penebus dosa hingga datangnya bulan Ramadhan
berikutya Rasulullah SAW bersabda:
اَلصَّلَوَاتُ
الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَاُن إلَى رَمَضَانَ
مُكَفِّرَاةٌ مَا بَيْنَهُنَّ إذَاجْتَنَبَ اْلكَبَائِرَ
“Jarak antara
shalat lima waktu, shalat jum’at dengan jum’at berikutnya dan puasa Ramadhan
dengan Ramadhan berikutnya merupakan penebus dosa-dosa yang ada di antaranya,
apabila tidak melakukan dosa besar.” (HR Muslim).
d. Puasa
Ramadhan bisa menebus dosa-dosa yang telah lewat, dengan syarat puasanya
ikhlas. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
berpuasa dibulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim).
e. Barangsiapa
memberi buka orang yang puasa maka mendapat pahala sebanyak pahala orang puasa
tersebut:
مَنْ
فَطَرَ صَائِمًا كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أجْرِ الصَّا ئِمِ لَا يَنْقُصَ مِنْ أجْرِ
الصَّائِمِ شَيْئٌ
“Barangsiapa
memberi perbukaan (makanan atau minuman) kepada orang yang berpuasa, maka dia
akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi
sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR Ahmad).
f. Sedekah
yang paling baik adalah pada bulan Ramadhan.
أيُّ
الصَّدَقَةِ أفْضَلُ؟ قَالَ صَدَقَةٌ فَيْ رَمَضَانَ
“Rasulullah
SAW pemah ditanya; Sedekah
apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: “Yaitu sedekah dibulan Ramadhan.”
(HR Tirmidzi.)
g. Orang
yang banyak beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan, maka dosa-dosanya diampuni
oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka
Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR
Bukhari dan Muslim).
h. Doa
orang yang berpuasa adalah mustajab Rasulullah SAW bersabda:
ثَلَاثُ
دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ ؛دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ
“Ada
tiga macam doa yang mustajab, yaitu doa orang yang sedang puasa, doa musafir
dan doa orang yang teraniaya.” (HR Baihaqi).
i. Puasa dan Al-Qur’an yang dibaca pada malam
Ramadhan akan memberi syafaat kepada orang yang mengerjakannya kelak dihari
kiamat. Rasulullah
SAW bersabda:
اَلصُّيَامُ
وَاْلقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ يَقُوْلُ اَلصِّيَامُ
أيْ رَبِّ مَنَعْتُهُُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتَ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى
فَيْهِ وَيَقُوْلُ اْلقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِالَّيْلِ فَشَفِّعْنِي
فِيْهِ قَالَ فَيُشَفِّعَانِ
“Puasa
dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat. Puasa
berkata: “Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari ِAl-Qur’ an juga berkata: “Aku mencegahnya dari tidur
dimalam hari, maka kami mohon syafaat buat dia.” Beliau bersabda: “Maka
keduanya dibolehkan memberi syafaat.” (HR Ahmad).
j. Orang
yang melaksanakan Umrah pada bulan Ramadhan maka mendapat pahala seperti
melakukan Haji. Rasulullah SAW bersabda:
فَإِنَّ
عُمْرَةَ فِيْ رَمَضَانَ حَجَّةٌ
“Sesungguhnya
umrah dibulan Ramadhan sama dengan pahala haji.” (HR Bukhari)
Disamping keutamaan di atas ada beberapa
keutamaan lainnya yang terdapat dalam bulan Ramadhan, yaitu:
a. Pada
awal-awal bulan ramadhan Allah SWT akan senantiasa memperhatikan ummat Muhammad
dengan detail. Segala amal perbuatan baik akan dilipat gandakan. Yang
sunnah-sunnah seakan mejadi wajib sedangkan amalan-amalan wajib akan menjadi
lebih dari biasanya. Dan barangsiapa yang diperhatikan oleh Allah SWT niscaya
dia akan terhindar dari adzab.
b. Bau
mulut orang yang berpusa yang berbau tidak sedap akan berubah menjadi wangi
sekali melebihi wangi kasturi pada saat hari kiamat nanti.
c. Pada
setiap malam bulan Ramadhan akan ada berpuluh puluh ribu malaikat yang tuun ke
bumi dan senentiasa memohonkan ampun bagi mereka orang orang yang memanfaatkan
malamnya dengan bersimpuh, berdzikir serta beribadah pada Allah SWT.
d. Allah
SWT akan memerintahkan syurga untuk berhias diri, sehingga ummat Muhammad yang akan masuk
syurganya Allah SWT akan senatiasa merasa nyaman dan tenang.
e. Pada
akhir-akhir bulan Ramadhan Allah SWT akan melebur dosa-dosa bagi orang yang
selalu bertakwa dan beriman pada Allah SWT.
6. Amalan-amalan di
Bulan Ramadhan
Karunia terbesar dari Allah SWT untuk ummat Islam adalah bulan
Ramadhan, karena dua hal terpenting di bulan Ramadhan adalah diwajibkannya puasa
dan turunnya Al-Qur’an. Al-Qur’an menjadi pedoman bagi orang yang bertaqwa dan
puasa menghantarkan orang beriman menjadi mutaqqiin. Dan amaliyah Ramadhan
terfokus pada dua aktifitas tersebut. Sedangkan amaliah lainnya tidak lepas
dari ibadah untuk mengkondisikan hati dalam menerima Al-Qur’an dan upaya orang
beriman untuk mengaplikasikan Al-Qur’an. Untuk lebih mengetahui amaliyah
Ramadhan, maka kita harus melihat dan mencontoh amaliyah Rasulullah saw di
bulan Ramadhan. Di bawah ini amaliyah yang dilakukan Rasulullah saw di bulan Ramadhan di
antaranya:
a.
Shiyam (puasa).
Shaum atau shiyam bermakna menahan (al-imsaak),
dan menahan itulah aktifitas inti dari puasa. Menahan makan dan minum serta
segala macam yang membatalkannya dari mulai terbit fajar sampai tenggelam
matahari dengan diiringi niat. Jika aktifitas menahan ini dapat dilakukan
dengan baik, maka seorang muslim memiliki kemampuan pengendalian, yaitu
pengendalian diri dari segala hal yang diharamkan Allah SWT. Dalam berpuasa,
orang beriman harus mengikuti tuntunan Rasulullah saw atau sesuai dengan adab-adab Islam sehingga
puasanya benar dan tidak sia-sia baik
kwalitasnya maupun kwantitasnya.
b. Berinteraksi dengan Al-Quran.
Ramadhan adalah
bulan diturunkannya Al-Quran sebagaimana bunyi ayat sebagai berikut:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى
لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ
الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ
أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al baqarah:185)
Pada bulan ini Al-Qur’an benar-benar turun ke
bumi (dunia) untuk menjadi pedoman manusia dari segala macam aktifitasnya di
dunia. Dan malaikat Jibril turun untuk memuroja’ah (mendengar dan
mengecek) bacaan Al-Quran dari Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam.
Maka tidak aneh jika Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam lebih sering
membacanya pada bulan Ramadhan. Iman Az-Zuhri pernah berkata:
“Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain shiyam)
ialah membaca Al-Quran.”
Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap
memperhatikan tajwid dan esensi dasar diturunkannya Al-Quran untuk
ditadabburi, dipahami, dan diamalkan sebagaimana firman Allah SWT:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا
آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab
yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”
(QS.Shod: 29).
Pada Ramadhan umat Islam harus benar-benar berinteraksi
dengan Al-Qur’an untuk meraih keberkahan hidup dan meniti jenjang menuju umat
yang terbaik dengan petunjuk Al-Qur’an. Berinteraksi dalam arti hidup dalam
naungan Al-Qur’an baik secara tilawah (membaca), tadabbur (memahami),
hifzh (menghafalkan), tanfiidzh (mengamalkan), ta’liim
(mengajarkan) dan tahkiim (menjadikannya sebagai pedoman). Rasulullah
saw bersabda:
“Sebaik-baiknya kamu orang yang mempelajari Al-Qur’an dan yang
mengajarkannya.”
c. Qiyam Ramadhan (Shalat Terawih)
Ibadah yang sangat
ditekan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam di malam Ramadhan adalah Qiyamu
Ramadhan. Qiyam Ramadhan diisi dengan sholat malam atau yang biasa
dikenal dengan sholat tarawih. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ قَامَ
رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan penuh iman dan
perhitungan, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun’aliahi)
d. Memperbanyak Dzikir, Do’a dan Istighfar
Bulan Ramadhan
adalah bulan dimana kebaikan pahalanya dilipatgandakan, oleh karena itu jangan
membiarkan waktu sia-sia tanpa aktifitas yang berarti. Di antara aktifitas yang
sangat penting dan berbobot tinggi, namun ringan dilakukan oleh umat Islam
adalah memperbanyak dzikir, do’a dan istighfar. Bahkan do’a
orang-orang yang berpuasa sangat mustajab, maka perbanyaklah berdo’a
untuk kebaikan dirinya dan umat Islam yang lain, khususnya yang sedang ditimpa
kesulitan dan musibah. Sementara do’a dan istighfaar pada saat mustajab
adalah:
1. Saat berbuka puasa.
2. Sepertiga malam
terakhir, yaitu ketika Allah SWT turun ke langit dunia dan berkata:Siapa
yang bertaubat ? Siapa yang meminta ? Siapa yang memanggil, sampai waktu shubuh
(HR Muslim).
3. Memperbanyak istighfar
pada waktu sahur. Allah SWT berfirman, Dan waktu sahur mereka memohon ampun.
4. Mencari waktu mustajab
pada hari Jum’at, yaitu disaat-saat terakhir pada sore hari Jum’at.
5.
Duduk untuk dzikir,
do’a dan istighfaar di masjid, yaitu setelah menunaikan sholat Shubuh
sampai terbit matahari. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Barangsiapa shalat Fajar berjama’ah di masjid, kemudian tetap
duduk berdzikir hingga terbit matahari, lalu sholat dua rakaat, maka
seakan-akan ia mendapat pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan
sempurna.” (HR At-Tirmidzi)
e. Shodaqoh, Infak dan Zakat
Rasulullah saw
adalah orang yang paling pemurah dan di bulan Ramadhan beliau lebih pemurah lagi. Kebaikan Rasulullah saw
di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena begitu cepat dan
banyaknya. Dalam sebuah hadits disebutkan:
أفضل الصدقة صدقة رمضان
“Sebaik-baiknya
sedekah yaitu sedekah di bulan Ramadhan.” (HR Al-Baihaqi,
Alkhotib dan At-Turmudzi)
Dan salah satu bentuk shodaqoh yang dianjurkan
adalah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang
yang berpuasa. Seperti sabda beliau:
من فطّرَ صائِماً كانَ لهُ مثْلُ
أجرِهِ غَيْرَ أنّهُ لا يَنْقُصُ مِنْ أجْرِ الصّائِمِ شيئاً
“Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa,
maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa
mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu
Majah).
f. Menuntut Ilmu dan Menyampaikannya.
Bulan Ramadhan
adalah saat yang paling baik untuk menuntut ilmu ke-Islaman dan mendalaminya.
Karena di bulan Ramadhan hati dan pikiran sedang dalam kondisi bersih dan
jernih sehingga sangat siap menerima ilmu-ilmu Allah SWT. Maka waktu-waktu
seperti ba’da shubuh, ba’da dhuhur dan menjelang berbuka sangat
baik sekali untuk menuntut ilmu, seperti melalui instrumen diskusi, kultum dan sebagainya. Pada saat yang
sama para ustadz dan da’i meningkatkan aktifitasnya untuk berdakwah
menyampaikan ilmu kepada umat Islam yang lain.
g. Umrah.
Umrah pada bulan
Ramdhan juga sangat baik dilaksanakan, karena akan mendapatkan pahala yang
berlipat-lipat, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah saw kepada seorang
wanita dari Anshor yang bernama Ummu Sinan :
“Agar apabila datang
bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara dengan
haji bersama Rasulullah saw.” (HR.Bukhari dan
Muslim).
h. I’tikaf.
I’tikaf adalah puncak ibadah di bulan Ramadhan. Dan I’tikaf adalah
tetap tinggal di masjid taqqorrub kepada Allah SWT dan menjauhkan diri
dari segala aktifitas keduniaan. Dan inilah sunnah yang selalu dilakukan
Rasulullah saw pada bulan Ramadhan, disebutkan dalam hadits:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ
وَأَيْقَظَ أَهْلَه
“Rasulullah
shalallahu’alaihi wa sallam ketika memasuki sepuluh hari terakhir menghidupkan
malam harinya, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
i. Mencari Lailatul Qada.
Lailatul Qodar (malam kemuliaan) merupakan salah satu keistimewaan yang Allah SWT berikan kepada umat
Islam melalui Rasulnya shalallahu’alaihi wa sallam. Malam ini nilainya
lebih baik dari seribu bulan biasa. Ketika kita beramal di malam itu berarti
seperti beramal dalam seribu bulan. Malam kemuliaan itu waktunya dirahasiakan
Allah SWT. oleh karena itu Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam menganjurkan
untuk mencarinya. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Carilah di sepuluh terakhir bulan Ramadhan,
dan carilah pada hari kesembilan, ketujuh dan kelima. Saya berkata,
wahai Abu Said engkau lebih tahu tentang bilangan. Abu said berkata : Betul.
Apa yang dimaksud dengan hari kesembilan, ketujuh dan kelima. Ia berkata:
Jika sudah lewat 21 hari, maka yang kurang 9 hari, jika sudah 23 yang kurang 7
dan jika sudah lewat 5 yang kurang 5.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan
Al-baihaqi)
Ketika kita mendapatkannya, Rasulullah shalallahu’alaihi
wa sallam mengajarkan kita untuk membaca doa berikut:
اللَّهمَّ إنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُ
الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنىِّ
j. Menjaga
Keseimbangan dalam Ibadah.
Keseimbangan dalam
beribadah adalah sesuatu yang prinsip, termasuk melaksanakan ibadah-ibadah mahdhoh
di bulan Ramadhan. Kewajiban keluarga harus ditunaikan, begitu juga kewajiban
sosial lainnya. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam senantiasa
menjaga keseimbangan, walaupun beliau khusu’ dalam beribadah di bulan Ramadhan,
tetapi tidak mengabaikan harmoni dan hak-hak keluarga. Seperti yang
diriwayatkan oleh istri-istri beliau, Aisyah dan Ummu Salamah RA, Rasulullah shalallahu’alaihi
wa sallam adalah tokoh yang paling baik untuk keluarga, dimana selama bulan
Ramadhan tetap selalu memenuhi hak-hak keluarga beliau. Bahkan ketika
Rasulullah berada dalam puncak praktek ibadah shaum yakni I’tikaf,
harmoni itu tetap terjaga.
7.
Memelihara Kesucian Ramadhan Pasca Bulan Ramadhan
Kita tinggalkan Ramadhan. Bulan yang telah membersihkan jasmani dan
menyucikan rohani kita. Mulai hari ini kita semua memikul beban berat untuk
mempertahankan kesucian ini. Selama sebulan, Allah yang Maha Melihat,
menyaksikan kita bangun di waktu dini hari dan mendengar rintihan istighfar
kita. Alangkah malangnya bila setelah hari ini Allah SWT menyaksikan kita
tidur lelap bahkan melewati waktu shubuh seperti bangkai tak bergerak. Selama
sebulan bibir kita bergetar dalam do’a, zikir dan kalam suci Al-Qur’an.
Alangkah celakanya bila bibir yang sama kita gunakan untuk menggunjing,
memfitnah, dan mencaci maki saudara-saudara mukmin kita.
Setiap malam, selama sebulan, kita teguhkan langkah kaki kita
berjalan ke masjid untuk melaksanakan shalat-shalat sunnah tarawih sampai
belasan rakaat. Sungguh zalimya diri kita bila setelah hari ini, bahkan
panggilan adzan shalat-shalat fardhu pun kita abaikan, masjid-masjid kita
biarkan kosong, dan shalat berjamaah tiada lagi kita tegakkan. Selama sebulan
kita melaparkan perut kita dari makanan dan minuman halal di siang hari.
Relakah kita bila setelah hari ini kita penuhi perut yang sama dengan makanan
dan minuman yang subhat dan haram.
Selama sebulan telah kita kekang hawa nafsu kita, kita kerdilkan
ia, kita kuasai dan kita ubah dia menjadi pelayan kita. Maka alangkah bodohnya
apabila setelah Idul Fitri ini, kita tempatkan kembali hawa nafsu menjadi
raja dan kita menjadi jongosnya. Selama
sebulan telah susah payah kita bilas dosa kita, telah kita sucikan pikiran dan
hati kita, maka sungguh celakanya apabila setelah Idul Fitri ini pikiran dan
hati yang suci itu kita cemplungkan kembali ke dalam jelaga dosa dan
kemaksiatan. Hanya kerbau yang tidak punya akal saja yang kembali masuk ke
dalam lumpur setelah si gembala bersusah payah membersihkannya. Bukankah Allah SWT sudah menegur kita:
وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ
غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلا
بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ
اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan
benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu
menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan
adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain[838]. Sesungguhnya
Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan
dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” (QS.
An Nahl:92)
“Dalam hadist, Nabi saw. juga sering
mengingatkan sahabat-sahabatnya: tadinya ia selalu bangun malam, tapi sayang
ia kemudian meninggalkannya). Pasca Ramadhan kita
akan diuji apakah kita termasuk orang yang disebut Al-Qur’an dalam surat Al-A’laa
sebagai “man tazakkaa wazakarasma Rabbihii fashallaa.” (mereka yang
istiqamah menjaga kesucian dirinya, selalu mengingat Tuhannya, dan tetap
menegakkan shalatnya). Ataukah kita termasuk kelompok kedua, yang tu’tsiruunal
hayaatad-dunyaa (dilenakan kembali oleh kehidupan dunia). Apakah setelah
Ramadhan berlalu kita tetap sebagai al-mar’aa (rumput yang subur nan
hijau) setelah disirami oleh mata air keberkahan Ramadhan. Ataukah rumput yang
subur nan hijau itu perlahan layu, kering, mati dan berubah menjadi ghutsaa’an
ahwaa (sampah yang hitam dan bau). Setelah hari ini kita akan diuji apakah
kita termasuk golongan yang disebut Rasul saw sebagai Ash-Shooim, yakni
orang yang puasanya telah merubah dirinya menjadi lebih takwa, lebih syukur,
lebih sabar, dan lebih tawadhu. Atau sebaliknya, kita termasuk golongan Al-Jawwaa’,
yakni orang yang tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali hanya merasakan
lapar dan haus saja. Puasanya tidak memberi perubahan apapun pada mentalnya,
semangat hidupnya, sikap dan perilakunya.
Termasuk golongan manakah kita? Jawabannya akan terlihat setelah
Idul Fitri ini! Apabila kita semakin berhati-hati menjaga seluruh anggota badan
kita dari kemaksiatan, tetap menjaga perut kita dari semua makanan yang subhat
dan haram, tetap mampu mengendalikan gejolak hawa nafsu dari perbuatan
yang dilarang, tetap istiqamah ruku’ dan sujud di ujung malam ketika banyak
orang tertidur pulas, tetap menghidupkan hati dengan Al-Qur’an dan zikir,
serta tetap peduli terhadap penderitaan kaum fuqara dan masakin, insya Allah kita termasuk kelompok Ash-Shoo’im. Sebaliknya,
bila hati kita kembali dipenuhi purbasangka, iri dengki, dan dendam kesumat
terhadap sesama; bila bibir kita kembali mengumbar caci-maki, gosip, dan
fitnah; bila perut kita kembali dijejali makanan yang haram dan subhat; bila
tangan kita kembali berbuat zalim kepada sesama; dan bila kita miskin empati
dan kering kepedulian kepada kaum dhu’afa, maka sudah pasti kita masuk
ke dalam kelompok Al-Jawwa’, orang yang melaparkan diri saja. Tidak
lebih tidak kurang.
Al-Qur’an menyebut orang-orang yang tidak bisa diperbaiki lagi,
bahkan dengan pelatihan Ramadhan sekalipun, sebagai Al-Asyqaa, orang
yang celaka.
سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى
(١٠)وَيَتَجَنَّبُهَا الأشْقَى (١١)الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى (١٢)ثُمَّ
لا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا (١٣)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (١٤)وَذَكَرَ
اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (١٥)بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
(١٦)وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (١٧)إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى
(١٨)صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى (١٩)
“Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, sedangkan
orang-orang yang celaka akan menjauhinya. (yaitu) orang yang akan memasuki api
yang besar (neraka). Kemudian Dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula)
hidup. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan Dia ingat
nama Tuhannya, lalu Dia shalat. Tetapi kamu (tetap) memilih kehidupan duniawi.
padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya
ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu, (yaitu)
Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa.” (Al-A’la : 10-19)
Agar kita semua tidak masuk ke dalam kelompok Ghutsaa’an
ahwaa, Al-Jawwaa’ atau Al-Asyqaa, marilah kita semua bertekad untuk
meramadhankan hidup kita; mewarnai hari-hari kita dengan nilai-nilai Ramadhan. Menghidupkan nilai-nilai Ramadhan maknanya:
1.
Jadikan hati yang
bersih sebagai panglima yang memandu anggota badan dan pikiran kita. Jangan
biarkan hawa nafsu dan syetan leluasa mengendalikan kita. Tundukkan hawa nafsu
dan syetan dengan disiplin beribadah dan membangun kedekatan dengan Allah SWT, Pelindung kita.
2.
Jauhi Harta Haram.
Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan
untuk mengambil yang haram. Harta haram adalah khobaa’is (najis/kotoran)
yang akan merusak jaringan tubuh dan otak kita, menumpulkan hati kita,
menghancurkan keluarga kita dan menjerumuskan masyarakat kita ke lembah
kehinaan.
3. Tetaplah peduli dan
berempati kepada kaum dhuafa. Karena kedermawanan (as-sakhawah)
akan mengangkat derajat kita ke maqam tertinggi di sisi Allah. Santuni
anak yatim, berdayakan kaum fakir miskin, dan belalah orang-orang yang
tertindas dan terzhalimi. Insya Allah, Allah SWT akan menjaga dan
memuliakan hidup kita.
4.
Biasakan belajar dan
bekerja keras, tekun, pantang menyerah, penuh disiplin, dan pandai memanfaatkan
waktu seefektif dan seproduktif mungkin. Kemajuan Islam hanya bisa diciptakan
bila kita semua mau merubah diri menjadi pribadi-pribadi unggul (unggul
penampilan, unggul karakter, unggul prestasi). Pribadi-pribadi muslim yang
bermental positif (tidak hanya berkeluh kesah), produktif (tidak konsumtif) dan
kontributif (tidak menjadi beban).
5. Tetaplah dalam
jamaah. Beribadah, bermuamalah, maupun bersiyasah, lakukanlah secara berjamaah.
Tidak ada hal yang tidak mungkin diwujudkan bila kita berjamaah. Sebatang lidi
akan kesulitan menghela sehelai daun. Tapi seikat sapu lidi akan mampu
membersihkan halaman. Umat Islam selalu terpuruk dan termarjinalkan nasibnya
karena sulit bersatu hampir dalam segala hal. Sehingga mudah diadu domba dan
diceraiberaikan. Padahal dengan berjamaah, bersatu-padu akan membuat kita lebih
kuat dan tak terkalahkan.
Semoga Allah SWT memasukkan kita semua ke dalam golongan orang-orang yang
takut pada peringatan-Nya, yang selalu memelihara kesucian dirinya, dan selalu
memilih kenikmatan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.
8.
Penutup
Setelah tinggalkan
Ramadhan; bulan penuh rahmat, berkah dan ampunan. Rasulullah SAW selalu melepas
bulan Ramadhan dengan penuh kesedihan. Seperti tak ingin berpisah dengannya,
beliau sujud dan merintih dengan do’a-do’a yang panjang. Derai air mata tiada henti
membasahi wajahnya nan mulia. Begitu pula para sahabat, tabi’in, dan salafus-shalih.
Mereka biasa melepas bulan mulia ini dengan penuh keharuan. Ali Zainal Abidin
As-Sajjad, semoga Allah SWT merahmati dan meridhainya, cicit Rasulullah Saw, selalu menangisi
perpisahan dengan Ramadhan. Dengan berurai air mata beliau mengucapkan salam
perpisahan pada bulan yang agung ini. Bulan yang menyertainya dalam ketaatan
dan pengabdian terindah kepada allah. Bulan yang menaburkan harapan hamba akan
limpahan rahmat dan ampunan Allah SWT.
Noote: Diedit dari berbagai website di internet.