REAKTUALISASI DAN REKONTEKSTUALISASI
KEPRIBADIAN NABI IBRAHIM AS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN BERNEGARA
Oleh
Oleh
Al Fitri Johar Chaniago
خطبة الأول
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله
إلا الله والله أكبر، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. لا إله
إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره المشركون. لا إله إلا الله
وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده. لا إله إلا الله والله أكبر.
الله أكبر ولله الحمد .
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي ألف بين قلوبنا فأصبحنا بنعمته إخوانا .الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ
وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا. أشهد أن لا
إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، بلغ الرسالة وأدى
الأمانة ونصح للأمة وجاهد في الله حق جهاده .اللهم صل على محمد وعلى آله وأزواجه أمهات المؤمنين
وأصحابه الأخيار رضوان الله عليهم ومن دعا بدعوته وسلك سلوكه واتبع سنته إلى يوم
الدين. أما بعد أيها المسلمون أوصيكم ونفسي بتقوى الله عز وجل .قال تعالي: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ.
Hadirin kaum muslimin dan muslimat
sidang jamaah Idul Adha yang mulia.
Pagi hari ini, ketika sang surya mulai merangkak menyinari
bumi, seluruh
kaum muslimin baik yang sedang menjalani manasik haji di tanah suci ataupun yang berada di tanah air yang
tidak melakasanakan ibadah haji, sedang
mengumandangkan
gema pekik takbir, tasbih, tahlil dan tahmid membahana di seluruh
penjuru negeri mulai dari tanggal 9 Zulhijjah hari Arafah, hari ini sampai
berakhirnya hari Tasyrik. Kita semua yang hadir disini datang menghadap
Allah Swt, dengan menundukkan kepala diharibaan-Nya, dan dengan hati yang khusyu’
mengagungkan kebesaran-Nya, mensucikan asma-Nya, menggemakan alam
ini dengan tahlil mengesakan Zat Yang Maha Tunggal, sebagai wujud
implementasi bahwa tidak ada yang pantas diibadahi kecuali Yang Maha Kuasa,
tidak ada yang pantas ditaati aturan-Nya kecuali Yang Maha Adil, dan tidak ada
yang pantas ditakuti kecuali Yang Maha Pedih siksa-Nya, dan menggemakan pujian-pujian
untuk-Nya, menyadari betapa kecilnya kita dihadapan-Nya, betapa butuhnya kita
pada rahmat-Nya, dan betapa tidak berartinya kehidupan ini tanpa agama-Nya
serta tanpa Rasul-Nya, dan sebagai pernyataan bahwa tidak ada
yang memberikan nikmat kepada kita kecuali Yang Maha Pemberi Rezeki dan sebagai
pernyataan tidak ada yang pantas diminta kecuali Yang Maha Kaya. Semua itu kita
ucapkan dengan hati yang ikhlas dengan hanya mengharap ridha Allah Swt, secara
berjama’ah menggentarkan musuh-musuh Allah Swt, menciutkan nyali mereka dan
mengkerdilkan pemimpin mereka, iblis laknatullah alaihi. Dan menyatakan kepada
mereka bahwa bumi dan alam ini seluruhnya adalah milik Allah Swt, dan hanya
diwariskan untuk segenap kaum mukminin yang selalu mengagungkan dan
mengingat-Nya.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله
الحمد
Hadirin
wal hadirat kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia.
Dari masa ke
masa, tahun demi tahun telah kita lewati, dari rezim demi rezim telah kita
lalui, dan orde ke orde telah kita alami,
namun realitasnya kehidupan kaum muslimin belum menampakan kemajuan yang
signifikan atau setidak-tidaklah belum ada kemajuan kearah yang lebih baik
dalam skala nasional, regional maupun internasional. Berbagai macam bentuk
krisis terus melanda negeri kaum muslimin, mulai dari krisis ekonomi yang tidak
pernah berhenti menghantam sehingga menjadikan kemiskinan seakan-akan menjadi
langganan. Demikian juga krisis sosial, mental dan moral hampir merata
diseluruh tempat di negeri ini, mulai dari pelecehan seksual yang telah
merambah ke tempat-tempat umum, adanya pertunjukkan yang menampilkan
tarian-tarian erotis dihadapan publik, perzinahan hingga pergaulan sesama jenis
sudah sering dipertontonkan oleh para aktor kemaksiatan tanpa pernah merasa
takut akan adzab Allah Swt, kepada mereka, bentuk-bentuk perzinahan terus
menghiasi berita-berita diberbagai mass media, bahkan pemerkosaan dalam angkot,
hampir setiap hari mantan pejabat dihadapkan ke
pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), belum lagi kasus pembunuhan sadis, sehingga
dapatlah dikatakan bahwa seakan-akan peraturan perundang-undangan tidak berarti
apa-apa.
Demikian juga
akhir-akhir ini negeri ini sedang mengalami krisis kepemimpinan hal ini dapat
dibuktikan, 13 tahun sudah reformasi di negeri ini berjalan namun negeri ini
masih susah terlepas dari kondisi mengenaskan, baik materil maupun immaterial. Para
oknum elit-elit di negeri ini sebagian besar mulai dari pengusaha, politisi,
birokrat dan penegak hukum selalu saja hadir dalam bingkaian krisis moral,
mencari kesempatan dalam kesempitan sehingga korupsi bukannya berkurang malah
sesuatu yang lumrah, selingkuh menjadi tradisi dan mabuk-mabukan makanan
sehari-hari. Kondisi ini seolah-olah mendeskripkan sebuah potret bak seperti
anak domba kehilangan induknya, berjuang
sendiri mempertahankan eksistensinya, bertarung menghalau serangan yang
dilakukan oleh gerombolan singa dan srigala yang bisa datang setiap saat
sementara induknya sedang asyik dengan dunianya, menikmati berbagai fasilitas
yang sebetulnya kontribusi dari anak-anaknya, sungguh malang nasib anak domba
ini.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله
الحمد
Saudara-saudara
yang berbahagia.
Untuk
itu bagi kita yang mengimani Allah Swt, sebagai Tuhan dan Rasul-Nya sebagai
suri tauladan sudah seharusnya untuk mengembalikan segala prilaku kita kepada
yang dicontoh Rasulullah dengan menghidupkan sunnah-sunnahnya, sehingga kita
tidak mengalami kesesatan di dunia dan akherat. Salah satu rasul dan nabi yang
bias dijadikan tauladan yaitu yang pernah dipertunjukkan oleh Nabi Ibrahim as
dalam mengemban risalah kerasulannya di muka bumi ini, sebagaimana firman Allah
Swt, dalam QS. Al
Mumtahanah ayat 4:
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ
قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ
اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ
وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلا قَوْلَ
إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ
شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ
الْمَصِيرُ .
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan
yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika
mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri
daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja, kecuali Perkataan
Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi
kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah".
(Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal
dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami
kembali."
Momentum
suasana Idul Adha hari ini kita akan mencoba mengenang tanpak tilas sosok
manusia agung yang diutus oleh Allah Swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni
Nabi Ibrahim as beserta keluarganya; Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan
pribadinya (treck record dan integritas)nya harus kita ambil pelajaran
dan keteladanan darinya, yang akan kita amplikasikan dalam kehidupan sehingga
sangat tidak berlebihan khatib mengaris bawahi dengan tema: “Reaktualisasi
dan Rekontekstualisasi Kepribadian Nabi Ibrahim as dalam Kehidupan Sehari-hari
dan Bernegara” yang berguna bagi selaku
penghuni dan pewaris tanah air Indonesia baik yang namanya rakyat biasa ataupun
pemimpin. Dari sekian banyak ‘itibar yang yang bisa kita ambil dari kepribadian
Nabi Ibrahim as dan orang-orang besertanya, dapat lihat dari berbagi aspek baik sebagai hamba Allah
Swt, maupun profesinya sebagai pemimpin bagi keluarga dan umatnya. Karena
sesungguhnya eksistensi
Nabi Ibrahim as ibarat intan berlian yang terpendam dalam samudera lautan yang
dalam yang selalu dicari oleh manusia dalam situasi dan kondisi kehidupan
manusia masa kekinian. Dan tak dapat dipunkiri memang bangsa ini sangat
mengidam-idamkan sosok dan tipe kepemimpinan seperti Nabi Ibrahim as. Jika kita
lihat tipologi dan sosok manusia sekarang ini kebanyakan kepribadiannya mulai
rapuh dari berbagai sisi dan sudut pandang. Oleh karenanya
dalam kesempatan ini tidaklah berlebihan jika khatib mengambil beberapa catatan
sejarah spectrum perjuangan Nabi Ibrahim as sehingga kita aktualisasikan dalam
konteks masa sekarang untuk pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan bernegara.
Di antara sekian banyak itu khatib akan mengupasnya dalam bentuk 5 dimensi.
1. Kepribadian Tawakal dan Husnuzon.
Sebagai hamba Allah, manusia wajib
bertawakal kepada-nya, menumbuhkan sifat penuh harap atau optimisme harus ada perwujudannya
dalam perilaku karena dengan sikap ini
kita tetap berbaik sangka kepada Allah Swt. Sifat ini urgensinya sangat penting
dalam konteks zaman sekarang sebab dari sinilah kita jalani sebuah proses
kehidupan yang telah ditakdirkan Allah Swt, Nabi Ibrahim as telah menujukan
sifat ini kepada Allah Swt. Ketika
diperintahkan memindahkan isteri
dan buah hatinya Ismail ke Makkah (Bakkah), beliau
siap menempatkan isteri yang baru melahirkan dan anak yang baru lahir dipadang
pasir yang tidak ada tumbuh-tumbuhan dan air demi melaksanakan perintah Allah
swt, sebagaimana tergambar dalam firman -Nya, QS. Ibrahim ayat 37:
رَّبَّنَا
إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ
النَّاسِ
تَهْوِي
إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ
يَشْكُرُونَ
"Ya
Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat.
Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur."
Bagi Nabi Ibrahim as bukan suatu yang berat memindahkan mereka ke
Makkah, atau karena takut berpisah, melainkan yang terpkirkan bahwa kota Makkah
pada waktu itu masih daerah yang tandus sehingga disana belum ada tanda-tanda
kehidupan, tidak ada manusia, tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan air
sekalipun. Namun Nabi Ibrahim as dalam situasi begini tetap berbaik sangka
kepada Allah Swt, bahwa tidak mungkin Allah Swt, akan memerintahkan sesuatu pekerjaan
kalau dalam perintah itu tidak ada maksud yang terbaik bagi hamba-Nya, tentu
perintah itu akan ada kebaik-kebaikan tertentu (mashlahat), dan demikian
juga halnya ketika Allah Swt, melarang sesuatu
agar ditinggalkan atau tidak memperbuatnya, tentu dalam rangka upaya untuk mencegah
timbulnya kemungkaran dan kerusakan (mafsadat) yang justru membawa
malapetaka bahaya yang akan menimpa ummat manusia itu sendiri.
Jika kita lihat potret kebanyakan
manusia saat ini rasa-rasanya telah hilang rasa sikap tawakalnya dan
optimismenya, sehingga ia rasakan tidak ada perubahan dalam dalam kehidupannya,
yang ujung-ujungnya muncul sikap cenderung kea rah merusak tatanan kehidupan
masyarakat dan lingkungan, sikap ini kalau dipelihara akan menimbulkan malapetaka, oleh karena itu
bagi orang yang beriman sikap seperti ini harus kita binasakan karena menghantarkan
seseorang menjadi apatis atau masa bodoh, yang kadangkala akan mencari jalan tol
sebagai jalan pintas demi tujuan tercapai. Maka jangan heran terjadilah illegal
loging (pengundulan hutan) demi untung besar, menjadi pengedar narkotika
dan obat-obatan terlarang untuk mencari uang, melakukan korupsi mencari harta
kekayaan, politik adu domba (devide it impera) untuk meraihi puncak
kekuasaan, dan tak jarang pula menghabisi bunuh diri dan keluarga dalam
menghadapi beban hidup. Indikator ini sudah banyak kita jumpai dalam kehidupan
manusia sekarang. Jika kita analogiskan bagaimanapun beratnya beban hidup
manusia sekarang belum sebanding dengan rasa kesulitan yang dialami oleh Nabi
Ibrahim as, bahkan ia dan keluarganya tidak luput dari berbagai mcam bentuk ujian
dari Alllah Swt. Sulitnya kita sekarang
ini Pemerintah masih ada yang menolong dengan berbagai program subsidi seperti
subsidi kesehatan, bantuan raskin, bantuan hukum dan lain sebagainya. Bagaimana
dengan ujian yang menimpa Nabi Ibrahim
as dengan segala keterbatasan dalam sarana tekhnologi, informasi,
telekomunikasi dan sarana serta prasarana penunjang lainnya. Saatnya kita
kembali mengaktualisasikan integritas Nabiyullah Ibrahim as untuk menyadarkan kita semua, jangan sampai
karena kesulitan hidup kemudian kita cari jalan pintas dengan menjadi pembabat
hutan (ilegal loging), menjadi mafia peradilan, pengedar narkoba, dan
sebagainya. Demikian pula halnya bagi yang berkecukupan tetap tawakal
dan bersyukur kepada Allah Swt.
الله اكبر.
الله اكبر ولله الحمد.
Haidirin wal hadirat
rahimakumullah.
2. Husnul
Khatimah fil ‘Amal.
Ciri seorang manusia adalah
berkarya dan berbuat sesuatu namun bukan berarti menghalalkan segala cara untuk
mencari kebutuhan hidup dan rezki, kita tanamkan suatu keyakinan bahwa Allah
Swt, punya maksud baik dan ketentuan rizki ada di tangan-Nya, manusia hanya
wajib berusaha dengan semaksimal mungkin
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dengan memperhatikan ketentuan hukum
Allah Swt, dan setiap rezki yang kita peroleh harus dibarengi dengan amal
sholeh dengan pengertian bahwa usaha yang geluti dan pekerjaan yang lakoni wajib
hukumnya memenuhi standarisasi kebaikan untuk diri sendiri, keluarga,
lingkungan, masyarakat, negara dan agama, jangan sampai hasil usaha dan perkerjaan
kita justru akan merusak diri sendiri apalagi kepentingan bangsa yang besar
ini. Siti Hajar isteri Nabi Ibrahim as telah
mengaplikasikannya dalam memenuhi kebutuhannya dan buah hatinya tercinta Ismail
as dengan cara berusaha semaksimal mungkin guna menyambung hidupnya dan anaknya
ketika mereka harus dipindahkan ke Makkah karena perintah Sang Khaliq kepada
Nabi Ibrahim as yang di situ belum ada tanda-tanda kehidupan karena memang
masih gurun pasir, dan saat Siti Hajar berada di Makkah bekal hidup telah
habis, namun dengan bekal keyakinan yang benar demi mencari rezki
yang halal dan baik (hahalan thoiban), ia mencoba mencari air antara
bukit Sofa dan Marwa sambil berlari-lari kecil diiringi dengan do’a kepada
Allah Swt. Ketika itu tidak terbetik sedikitpun dalam fikirannya untuk mencari
jalan pintas seperti memberi pasir kepada anaknya ataupun membuang Ismail as ke
dalam tong sampah karena beban hidup,
melainkan ia tetap tegar dan berusaha dengan sekuat tenaga, daya dan upaya
untuk bertahan hidup dan demi si buah hatinya (Qurratan ‘ayunin).
Bandingkan dengan kebanyakan wanita masa kini, tingkah lakunya dalam mencari rezki di tempat yang haram, dengan
cara melacurkan dan menjual harga diri
sendiri. Di lain kesempatan banyak manusia justru mencari rezki dengan jalan
pintas tapi merusak tatanan kehidupan
demi mencari untung besar. Oleh karenanya Allah Swt, sangat senang
kepada siapa saja yang berusaha secara halal dan baik meskipun harus dengan
susah payah, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
ان الله تعالى يحب ان يرى تعبا
فى طلب الحلال (راه الديلمى)
“Sesungguhnya Allah cinta
(senang) melihat hamba-Nya lelah dalam mencari harta yang halal.” (HR. Ad
Dailami).
Usaha yang halal dan baik tanpa merusak kepentingan orang banyak
meskipun usaha itu hanya sedikit dan susah mencarinya merupakan sesuatu yang
lebih baik dan terhormat daripada banyak dan mudah mendapatkannya, tapi cara
memperolehnya adalah dengan cara yang haram seperti mengemis, menipu dan
menjatuhkan harga diri. Bila dengan cara meminta-minta saja sudah dikategorikan
tidak terhormat, apa lagi sampai menjual harga diri demi kepentingan sesaat.
Andaikan setiap kita memahami tata cara menari rezki yang sesuai dengan aturan
syari'at Islam tentu kita dikategorikan manusia yang dapat menciptakan kesejahteraan
hidup diri sendiri dan orang banyak yang pada ahkirnya dikenang oleh
orang-orang yang setelah kita ketika kita tidak ada lagi dunia ini. Demikian halnya dengan Nabi Ibrahim as
yang telah mengukir sejarah kehidupan alam ini dengan meninggalkan jasa yang
besar untuk ummat manusia sesudahnya bahkan sampai akhir zaman akan tetap
abadi, dan akan dikenang sepanjang masa yang tak akan pernah lapuk dimakan usia
dan sampai saat ini peninggalan Nabi Ibrahim as dan keluarganya menjadi rukun
Islam ke 5 yang wajib dikunjungi umat Islam yang mampu untuk berhaji. Bahkan
dalam lantunan doa tasyahud akhir dalam shalat namanya juga selalu disebut. Sesuatu
yang wajar kiranya kita meninggalkan dunia yang fana ini dengan jasa dan nama
yang akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Tidaklah elok diujung akhir masa
kekuasaan kita, justru meninggalkan keburukan malahan mati dalam keadaan
menyandang status terdakwa bahkan terpidana, na’zubillahiminzalik.
الله اكبر.
الله اكبر ولله الحمد.
Kaum Muslimin dan Muslimat Yang Terhormat.
3. Sikap Rela Berkorban.
Sikap rela berkorban untuk
kepentingan orang banyak merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat,
bangsa dan agama, bukan malah sebaliknya mengorbankan bangsa yang membuat hidup
ini semangkin terpuruk, atau mengorbankan kepentingan orang banyak demi ambisi
pribadi atau golongan tertentu. Bencana yang menimpa bertubi-tubi seperti
banjir, angin puting beliung, banjir, gempa, tsunami, kebakaran, kekeringan, kecelakaan
transportasi, wabah penyakit dan lain sebagainya, adalah upaya melatih seluruh
komponen bangsa untuk rela berkorban tanpa pamrih. Rela berkorban hanya
semata-mata demi pengabdian kepada Allah Swt, sikap inilah yang dipentaskan
dalam panggung kepemimpinan Nabi Ibrahim as dengan berbagi macam perintah Allah
Swt, tetap ia laksanakan dengan ikhlas, seperti perintah menghancurkan berhala
sebagai simbul kemusyrikan Raja Nasmruj, memindahkan isteri dan anaknya ke
Makkah, membangun Ka’bah bahkan demi kecintaannya kepada Allah Swt, ketika
diperintahkan untuk mengorbankan putranya Ismail as sebagai puncak ujian, Nabi Ibrahim as tanpa terpaksa sedikitpun ia laksankan
walau antara percaya atau tidak, demi untuk menjaga ketaatanya kepada Allah
Swt, Nabi
Ibrahim as melaksanakan perintah Allah Swt untuk menyembelih putra semata
wayangnya dan juga kerelaan putranya untuk disembelih karena semata-mata untuk
mentaati perintah Allah Swt, sebagaimana firman-Nya QS. Ash-Shaffat ayat 102:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
"Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar"."
Hanya orang-orang yang mempunyai
semangat berkorban akan memberikan apa saja yang mereka miliki demi kemajuan
bangsa dan negara, agar terjamin kelangsungan kehidupan bangsa ini tetap
terpelihara, mari sekali lagi kita refleksikan dalam sanubari kita bagaimana Nabi Ibrahim as dengan putranya
Ismail mencoba membangun keyakinan umat manusia agar mengabdikan diri hanya semata-mata
kepada Allah Swt, dengan membangun Ka’batullah semata-mata melihatkan kebesaran
ciptaan Allah Swt. Namun jika apa yang dimiliki
negara justru dikorupsi dengan memanipulasi data dan pengelembungan harga (re-bublle),
atau menipu dan membohongi rakyat, maka mereka inilah orang-orang yang membuat
rakyat dan negara ini menjadi semankin terpuruk dan terbelakang. Orang seperti
inilah sebagai penjahat yang layak mendapatkan laknat dan kutukan, mereka telah
mensensarakan rakyat, menipu, menjual hukum Allah Swt, dengan harga yang
murahan sehingga masyarakat hidupnya sudah sulit menjadi bertambah sulit dan
merusak sendi-sendi hukum dam tatanan kenegaraan.
Sikap rela berkorban haruslah
kembali kita aktualisasikan sebagaimana
yang diwariskan Nabi Ibrahim as yang rela mengorbankan apa saja demi
ketaatannya kepada Allah Swt, bahkan Ismail as harus dikorban untuk memenuhi
perintah Allah Swt. Pada hari dan saat ini Allah Swt, tidaklah meminta kita untuk
mengorbakan anak agar dijadikan sembelihan, namun Allah swt, hanya meminta sebagian
rezki yang kita peroleh dengan penyembelih seekor domba atau sapi. Sikap rela
berkorban inilah yang harus kita kerjakan karena Allah Swt telah memberi kita
berbagai macam kenikmatan hidup, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Kautsar
ayat 1-3 :
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (١) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (٢) إِنَّ
شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ (٣)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus”.
Dari
ungakpan ayat ini yang dimaksud berkorban di sini ialah menyembelih hewan
Qurban dan mensyukuri nikmat Allah Swt. Dan membecii sikap rela berkorban
merupakan orang yang terputus dari
rahmat Allah Swt. Betapa mulia ibadah qurban yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim
as, maka wajarlah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu sebagaimana dalam
Majmu’ Fatawa ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar “Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah“ menguraikan bahwa Allah Swt,
memerintahkan untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan
menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’,
menyadari bahwa kita selalu butuh kepada Allah Swt, husnuzhan, keyakinan
yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Swt, janji, perintah, serta
keutamaan-Nya.
الله اكبر.
الله اكبر ولله الحمد.
Kaum Muslimin dan Muslimat Yang Bebahagia.
4. Budaya Sifat Kritis Menyikapi
Kebijakan untuk Perubahan (Change).
Mengkritisi kebijakan yang salah
dalam hidup keluarga, bermasyarakat, dalam suasana kantor dan mengelola bangsa
ini sangat diperlukan untuk mewujudkan kehidupan yang bermoral dan sejahtera
lahir bathin dalam berbagai persoalan yang berkembang sehingga adanya
keseimbangan (balance). Mengaktualisaikan prilaku kritis Nabi Ibrahim as
patut kita reaktualisasikan dalam sikap kritisnya untuk menjawab persoalan
kehidupan bernegara. Basic Nabi
Ibrahim as mencari hakikat Ketuhanan telah ia mulai ketika saat ia balita
sampai dewasa yang tidak mungkin hilang bahkan
tidak bisa diganti idealisnya dengan bentuk apapun dalam berbagai sisi
kehidupannya, kemana pergi dan dimana saja bekerja maka yang pertama yang
ditanamkan Nabi Ibrahim as pada dirinya, anak-anaknya maupun kepada isterinya
yaitu sifat kritis yang membangun demi sebuah perubahan (change) dan
kebaikan untuk orang banyak, coba kita telusuri masih usia balita ia telah
mencoba mengkritisi hakikat alam semesta, mempertanyakan usaha ayahnya menjual berhala (tapekong) bahkan Nabi Ibrahim as tak
gentar mengkritisi pemerintah di saat sang penguasa raja otoriter Namruj
menerapkan sistem kekuasaan otoriter
diktator dengan konsep serba tunggal (single mayority) di
tangannya bahkan untuk menyembah Tuhan harus seizinnya sebagai penguasa tunggal.
Oleh karena itu kritis dalam berbagai hal harus tetap aktual dalam konteks
kemaslahatan bersama, karena dengan sikap ini membuat menjadi orang yang maju
dan kita tidak membiarkan bentuk kemungkaran dan kezaliman terus berkembang
biak, kritis yang positif akan membuat hidup
individu, keluarga, masyarakat dan bangsa akan menjadi tatanan kehidupan
sejahtera lahir bathin. Sehingga Allah Swt, mengutuk siapa saja yang membiarkan
kemungkaran merajalela tanpa mau mengkritisinya dan bahkan Allah Swt, sangat
membencii sebagai aktor kemungkaran itu sendiri, hal ini dinyatakan dalam
firman-Nya QS.Al Maidah ayat 78-79:
لُعِنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ
مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (٧٨)كَانُوا لا
يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (٧٩)
“Telah dila'nati
orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam yang
demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu
sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”
Sikap kritis ini telah berkembang
dalam era demokratisasi dan reformasi sekarang ini, sehingga sangat
mengembirakan kita semua sesuai dengan hak azazi yang kita miliki yang dijamin
dalam konstitusi dasar negara, namun saying beribu kali sayang sikap kritis dan demokrasi kadangkala salah
diartikan dan bahkan kebablasan, kebebasan menganut sebuah ajaran tanpa
memperhatikan syari’at, sehingga jangan heran muncul orang yang mengaku sebagai
nabi dan rasul gadungan, ajaran bebas berbuat apa saja, permintaan persamaan
hak antara wanita dengan laki-laki, ingin minta pengakuan jenis kelamin di luar
laki-laki dan wanita, kalau laki-laki boleh berpoligami (beristeri lebih dari
satu), kenapa perempuan tidak boleh poliyandri (punya suami lebih dari satu), membolehkan
mengauli isteri-isteri secara bersamaan, mau bebas berbicara, mengeluarkan ide
dan pendapat bahkan masih banyak slogan-slogan yang hampir mirip sekali lagi
bahwa faham seperti adalah sesat dan menyesatkan. Oleh karena itu sebagai orang
mukmin yang hanif jangan sampai terjerumus dengan sikap kristis yang
tidak sesuai dengan norma Islam yang
pada akhirnya menghantarkan kita ke lembah kemusyrikan dan menentang hukum
Allah Swt.
Berbagai
ajaran sesat hari ini terus muncul, tumbuh dan berkembang dimana-mana sehingga
ummat Islam terus berkecimpung dalam kesesatan kecuali mereka yang rahmati
Allah Swt. Tidak ragu lagi, semua kesesatan ini memang dibiarkan bahkan
sebahagiannya dibantu pendanaannya dengan tujuan agar Diinul Islam menjadi bengkok
tidak karuan. Musuh-musuh bersatu padu dan membelanjakan harta mereka untuk
merusak Islam dan menguasai kaum muslimin tanpa bisa kita kritisi. Dengan
mengatasnamakan kepentingan hak azazi manusia, kepentingan nasional dan
persatuan bangsa, kaum muslimin dipaksa untuk menerima kemusyrikan dan
kesesatan itu. Satu kelompok dipilah sebagai kelompok moderat yakni kelompok
kaum muslimin yang mau bertoleransi dengan kemusyrikan dan kemunkaran, yang
lainnya dikatagorikan garis keras, radikal bahkan teroris, yakni kelompok kaum
muslimin yang berpegang tegung kepada Al-qur’an dan As-Sunnah dan mengobarkan
semangat Jihad.
Telah tiba saatnya kita aktualisasikan
sikap kristisnya Nabi Ibrahim as menentang kezaliman dan kediktatoran pemerintah
dengan sikap kritis kita untuk kepentingan bersama sebagaimana yang dimiliki
Nabi Ibrahim as, dalam mengajak mausia dan Raja Namruz dengan bijaksana,
berbicara dari hati ke hati tanpa melalui kekerasan, apalagi cara anarkis. Mari
kita kobarkan dakwah Islam dalam berbagai kesempatan demi kejehteraan hidup
manusia dunia akhirat. Walapun yang pada akhirnya ajaran yang dibawa Nabi
Ibrahim as ditentang mentah-mentah oleh sang raja bahkan Nabi Ibrahim as
dibujuk dengan iming-iming jabatan, tahta dan wanita, ia tetap menjaga prinsip
hidupnya. Dengan sikap dan prinsipnya
itu Nabi Ibrahim as dihadapkan dalam sebuah mafia peradilan yang penuh
direkayasa, divonis hukuman dibakar hidup-hidup, tapi Nabi Ibrahim as tetap
dalam keyakinannya untuk meng-Esakan Allah Swt. Dengan keyakinannya yang mantap
Allah Swt. menyelamatkan Nabi Ibrahim as dari kobaran api yang menyala-nyala.
الله اكبر.
الله اكبر ولله الحمد.
Kaum Muslimin dan Muslimat Yang Berbahagia.
5. Meninggalkan Generasi Yang
Melanjutkan Dakwah Islamiyah.
Seorang
imamah (pemimpin) sudah seyogianya
kwatir akan kelangsungan penanaman dan penyebaran nilai-nilai ajaran Islam. Sosok
pribadi dan kepemimpinan Nabi Ibrahim as terdapat kekhawatiran yang sangat
dalam bila tidak ada generasi baru sebagai tonggak estafet yang akan
melanjutkan keberlangsungan penanaman dan penyebaran nilai-nilai yang datang
dari Allah swt., karena itu ia amat mendambakan adanya kehadiran anak, tidak
semata-mata untuk melanjutkan keturunan apalagi hanya sekadar mewariskan harta
dan tahta, namun yang urgen adalah anak keturunan yang bisa melanjutkan misi
perjuangan dakwah Islamiyah, karenanya ketika usianya semakin tua renta ia
sangat kekhawatiran semakin dalam yang membuatnya harus menikah lagi dengan
Siti Hajar sehingga lahirlah anak yang diberi nama dengan Ismail, bahkan dari
Siti Sarah yang merupakan isteri pertama yang sudah tua lahir pula anak yang
diberi nama dengan Ishak, karenanya Nabi Ibrahim amat bersyukur atas karunia
Allah Swt, sehingga dalam do’anya ia menyatakan dalam QS. Ibrahim ayat : 39-40:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ
رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (٣٩)رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ
ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (٤٠)
“Segala puji bagi Allah yang Telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya
Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku,
jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya
Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
Oleh karena
itu, setiap kita punya keharusan untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah, dakwah
dalam arti yang luas yakni mengajak, menyeru dan memanggil manusia untuk
beriman dan taat kepada Allah swt dengan berbagai cara yang baik. Tugas ini
merupakan tugas yang penting dan mulia karena melanjutkan tugas para nabi,
tugas yang amat dibutuhkan oleh manusia, karena orang baik membutuhkan dakwah
apalagi orang yang belum baik. Namun untuk melaksanakannya amat dibutuhkan
pengorbanan waktu, tenaga, dana dan segala yang kita miliki. Oleh sebab itu,
manakala kita melaksanakan tugas dakwah dan orang yang kita dakwahkan menjadi
baik, maka pahala kebaikannya akan kita dapatkan juga, Rasulullah saw bersabda:
مَن
دَلَّ عَلَى خَيْرِ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِفَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan pada suatu
kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Ahmad,
Muslim, Abu Daud dan Tirmizi).
Tidak berlebihan rasanya jika kembali mencoba
mengaktualisasikan dalam kondisi zaman sekarang ini apalagi era demokratisasi
setiap pemimpin menyiapkan generasi yang sholeh dalam rangka kemaslahatan ummat
Islam, yang jika dibandingkan tidak
sedikit para penguasa yang telah habis masa jabatan justru malah hanya
menyiapan putra mahkota atau penguasa yang masih memimpin sebagai pasangan petahana
(incumbent) dalam rangka mempertahankan kekuasaan
semata-mata untuk menutupi kebobrokkan selama ia berkuasa, meskipun rasanya
kita juga tidak boleh apriore petahana mewariskan kekuasaan, namun yang
terpenting adalah putra mahkota mampu membawa
ummatnya untuk kemaslahatan dunia dan akhirat serta untuk mengemban
risalah Islam.
الله اكبر.
الله اكبر ولله الحمد.
Kaum Muslimin dan Muslimat Sidang Shalat Ied Rahimakumullah.
Dalam
situasi dan kondisi kehidupan diri, keluarga dan masyarakat kita sekarang,
nilai-nilai pelajaran yang begitu banyak dari Nabi Ibrahim as menjadi amat penting untuk kita
gali dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga perjalanan hidup
kita selalu dalam kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu, mengambil pelajaran
dari kehidupan Nabi Ibrahim as dan keluarganya, sangat dituntut untuk mau
mentaati segala ketentuan yang datang dari Allah swt, suka atau tidak suka,
berat atau ringan. Sebagaimana firman Allah QS. An Nur ayat : 51:
إِنَّمَا
كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ
بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya
jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya
agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami
mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”
Akhirnya marilah kita songsong
kehidupan hari esok dengan keyakinan yang kuat dan kebersamaan yang kokoh dalam
rangka kebaikan dan kebenaran, kejehateraan dan kebersamaan kita, dengan cara
melandasi mewariskan iman dan taqwa kepada anak keturunan kita sebagaimana yang
telah diwaris Nabi Ibrahim as kepada anak cucunya. Bukakankah perjuangan Nabi
Ibrahim as dan keluarganya telah lebih dahulu mengimplementasikan segenap
perjuanganya sehingga ketika Nabi Ibrahim as meninggalkan dunia yang fana ini
ia lihat anak-anaknya menjadi orang-orang sholeh dan pembangunan yang ia
wariskan hanya semata-mata pembangunan yang memabangun nurani umat manusia
yaitu meninggalkan negeri yang aman yang selalu dikunjungi oleh manusia setiap
tahunnya. Demikian khutbah ini semoga bermamfaat adanya untuk kita semua.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
خطبة الثانية
الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله
إلا الله والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللهِ: اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. إنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ
اللهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin
dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal
dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اَللَّهُمَّ
انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ
وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya
Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya
Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya
Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya
Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya
Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami
dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا
دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى
فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ.
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk
kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk
kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi
tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam
setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari
segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ
اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ
وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ
بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa
takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu
dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan
anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala
musibah di dunia ini.
اَللَّهُمَّ
مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا
وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ
تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا
وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami
kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih
hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah
atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini
cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas
kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اللهم
اجعلنا حجامبرورا وسعيا مشكورا وذنبا مغفورا وعملا صلحا ومقبولا وتجارة لن تبورا
Ya Allah, jadikanlah haji kami haji yang diterima, dan sa’i
yang bersyukur, dosa yang mendapat
ampunan, amalan yang shaleh dan yang diterima serta perniagaan yang tidak mengandung
kerugian.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيم.
Ya Tuhan kami,
beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu
dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun
lagi Maha Penyayang.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا.
Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
رَبَّنَا اَتِنَا
فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami
kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah
kami dari azab neraka.
سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبادَاللهِ اِناللهَ يَأمُرُ بِاالعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوهُ يَسْتَجِبْ
لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ.
والسلام عليكم ورحمة الله
وبركاته