AMALAN-AMALAN
BULAN RAMADHAN
Muqadimah.
Ramadhan sering disebut dengan bulan ibadah, bulan sabar,
bulan perjuangan, bulan beramal baik, bulan kebaikan, bulan simpati, bulan
pembebasan dari neraka, bulan kemenangan atas nafsu, dan kemenangan. Dimana pada
bulan tersebut, Allah Swt melimpahkan banyak kerunia kepada hamba -Nya dengan
dilipatgandakan pahala dan diberi jaminan ampunan dosa bagi siapa yang bisa
memanfaatkannya dengan sungguh-sungguh momentum bulan tersebut. Selain puasa yang Allah wajibkan pada bulan Ramadhan dan ada juga yang
disunahkan pada bulan tersebut, yang akan diuraikan sebagaimana tersebut di bawah
ini.
Beberapa Amalan
Penting.
Sebagaimana
yang telah disebut di atas, bahwa selain kewajiban puasa dalam bulan Ramadhan
dan ada beberapa amal-amalan yang nilai pahalanya dilipatgandakan oleh Allah
Swt untuk ummat Nabi Muhammad Saw, di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, kewajiban puasa.
Dalam
berbagai perintah kewajiban puasa Ramadhan merupakan perintah wajib sebagaimana
yang telah difirmankan Allah Swt, dalam QS. Al Baqarah: 183 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Sementara itu
dalam berbagai hadis Nabi Saw, juga bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ
الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ
وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ
وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ
مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
"Setiap amalan anak cucu Adam akan dilipatgandakan
pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali
lipat. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia
bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa)
dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang
berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria
ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap
mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik Muslim).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw
bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan
keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Sesuatu
yang tidak dipungkiri, bahwa pahala yang besar ini tidak diberikan kepada orang
yang hanya berpuasa sebatas meninggalkan
makan dan minum semata. Ini sesuai dengan sabda Nabi Saw:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ
وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta
dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan
minumnya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah ra)
ini merupakan kiasan bahwa Allah Swt tidak menerima puasa tersebut.
Demikian juga seharusnya jika sedang berpuasa, maka
janganlah mengucapkan kata-kata kotor, membaut kegaduhan, dan juga tidak
melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan jika ada orang mencacinya atau
mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan, 'Sesungguhnya aku
sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka jika berpuasa, maka
puasakan juga pendengaran, penglihatan, lisan, dan seluruh anggota tubuh, jangan
jadikan sama antara hari saat berpuasa dengan tidak berpuasa.
Kedua, Qiyamul Lail.
Qiyamul lail disebut juga dengan shalat taraweh atau shalat
malam, sebagaimana dalam sabda Rasulullah Saw:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan
Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah Swt berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ
يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا
سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
"Dan
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari
dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka." (QS. Al-Furqan:
63-64).
Qiyamul
lail sudah menjadi rutinitas Nabi Saw dan para sahabatnya, Siti 'Aisyah ra
berkata, "Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya
Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah
maka beliau shalat dengan duduk." (HR. Abu Dawud dan Ahmad). Umar bin
Khathab ra biasa melaksanakan shalat malam sebanyak yang Allah Swt kehendaki
sehingga apabila sudah masuk pertengahan malam, beliau bangunkan keluarganya
untuk shalat, kemudian berkata kepada mereka, "al-shalah,
al-Shalah." Lalu beliau langsung membaca:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ
وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ
لِلتَّقْوَى
"Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi
rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa."
(QS. Thaahaa: 132)
Dan
Umar bin Khathab juga biasa membaca ayat berikut:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ
اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
"(Apakah
kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?" (QS. Al-Zumar: 9)
Ibnu Umar ra berkata, "Luar biasa Utsman bin Affan
ra, Ibnu Abi Hatim berkata: "Sesungguhnya Ibnu Umar berkata seperti
itu karena banyaknya shalat malam dan membaca Al-Qur'an yang dikerjakan amirul
Mukminin Utsman bin Affan ra sehingga beliau membaca Al-Qur'an dalam satu
raka'at." Dan bagi siapa yang melaksanakan shalat Tarawih hendaknya
mengerjakannya bersama jama'ah sehingga akan dicatat dalam golongan qaimin,
karena Nabi Saw pernah bersabda: "Siapa yang shalat bersama imamnya
sehingga selesai, maka dicatat baginya shalat sepanjang malam." (HR.
Ahlus Sunan).
Ketiga, Shadaqah.
Rasulullah saw adalah manusia paling dermawan, bahkan beliau
lebih demawan ketika di bulan Ramadhan, menjadi lebih pemurah dengan kebaikan
daripada angin yang berhembus dengan lembut. Sehingga wajar sekali beliau
bersabda: "Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan
Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas). Sesungguhnya shadaqah di bulan
Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat
dalam menunaikannya sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk shadaqah di bulan Ramadhan
ini adalah:
1. Memberi hidangan berbukan bagi orang
puasa Rasulullah Saw bersabda: "Siapa yang memberi berbuka orang puasa,
baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari
pahalanya sedikitpun." (HR. Ahmad, Nasai, dan dishahihkan al-Albani). Dalam
hadits Salman ra: "Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan
Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala
seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari
pahalanya." Sesungguhnya
shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka
bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan.
2. Memberi makan Allah Swt menerangkan
tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan kurang mampu yang membutuhkan,
dan balasan yang akan didapatkan dalam firman-Nya:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى
حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ
لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا
يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ
نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya
kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami
memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari
itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka
dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan
kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka
(dengan) surga dan (pakaian) sutera." (QS. Al-Nsan: 8-12).
Ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan
mendahulukannya daripada amalan ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar
atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam
memberi makan ini kepada orang yang fakir saja, sebagaimana Rasullullah Saw bersabda:
"Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim,
dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga
dengan selamat." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Sebagian ulama salaf ada juga yang mengatakan bahwa: "Aku mengundang
sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka
itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan
Islmail." Beberapa ulama yang memberi makan untuk orang lain padahal
mereka sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha'i, Malik bin
Dinar, dan Ahmad bin Hambal Ra, dan Ibnu Umar, tidaklah berbuka kecuali dengan
anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Sementara sebagian ulama salaf lain
yang memberi makan saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi ia tetap
membantu mereka dan melayani mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan
Abdullah bin Mubarak. Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani
Adi shalat di masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun
dengan sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan,
dan jika tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya
bersama orang-orang dan mereka makan bersamanya.”
Keempat, Tadarus Qur’an.
Bulan Ramdhan sering juga dikenal
dengan bulan tadarus Quran, ketika malam sudah mulai menyelimuti seluruh
pelosok tanah air, maka lantunan suara-suara al-Quran dari para remaja remaji,
orang-orang tua, bahkan sampai kepada anak-anak kecil terdengar dari
surau-surau, langgar, musallah dan masjid, bahkan mereka menghidupkan malam Ramadhan
dengan tadarusan sampai terbit fajar subuh menyinsing di ufuk timur. Bulan
Ramadhan merupakan bulan rahmat, bulan maghfirah dan bulan yang penuh dengan
keutamaan, termasuk didalamnya membaca al-Quran, mengisi waktu kosong, mengisi
waktu istirahat dengan membaca al-Quran merupakan suatu tindakan yang utama,
disamping bacaannya yang berfaedah juga memelihara seseorang yang sedang
melaksanakan puasa dari perbuatan dan perkataan yang dapat merusak atau yang
membatalkan nilai puasa. Al-Quran merupakan bacaan yang mulia dan diturunkan dalam
bulan Ramadhan sebagaimana Firman Allah Swt dalam QS. Al Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ
شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ
فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ
بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا
هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.
(١٨٥)
”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya)
di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Membaca al-Quran adalah
bernilai ibadah disisi Allah Swt, sehingga bagi yang membaca al-Quran dalam
keadaan shalat maka baginya akan memperoleh dari setiap huruf yang diacanya
sebanyak 50 kebaikan, barang siapa yang membaca al-Quran diluar shalat dalam
keadaan berwudhuk maka baginya setiap hurfnya 25 kebaikan, dan barangsiapa yang
membaca al-Quran dengan tidak berwudhuk maka baginya setiap hurufnya pahala 10
kebaikan.
Perumpamaan orang mukmin
yang mau membaca al-Quran bagaikan buah utrujah, baunya harum dan
rasanya enak, perumpamaan orang mukmin yang tak mau membaca al-Quran bagaikan
seperti buah kurma, tidak ada baunya tapi rasanya manis. Sedangkan seorang
munafik yang membaca al-Quran seperti buah raihanah, baunya harum dan rasanya
pahit. Sementara perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al-Quran bagaikan
buah hanzalah, tidak ada baunya dan rasanyapun pahit.
Rasulullah saw bersabda : "Perumpamaan orang Mukmin yang membaca
al-Quran seperti buah utrujah, baunya harum dan rasanya enak. Dan Perumpamaan
orang Mukmin yang tidak membaca al-Quran seperti buah korma, tidak wangi dan
rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca al-Quran seperti buah
raihanah baunya enak dan rasanya pahit. Dan Perumpamaan orang munafik yang
tidak membaca al-Quran seperti buah hanzhalah, tidak beraroma dan rasanya
pahit." (HR. Bukhari dan Muslim).
Kelima, Duduk di Masjid Ba’da Shubuh Sampai Matahari Terbit.
Rasulullah Saw apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat
shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Imam al-Tirmidzi meriwayatkan
dari Anas, dari Rasulullah Saw beliau bersabda:
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ
ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
تَامَّةٍ
"Siapa shalat Shubuh dengan berjama'ah, lalu duduk
berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka'at, maka baginya
seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna." (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).
Keutamaan ini berlaku pada semua hari, demikian juga jika
dikerjakan di bulan Ramadhan, tentu dengan bersemangat menggapainya. Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Quran, dalam bulan inilah Al-Qur`an pertama kali
turun dari lauhul mahfuz ke langit dunia sekaligus.
Keenam, Itikaf.
Rasulullah Saw senantiasa beri'tikaf pada bulan Ramadhan
selama 10 hari (1/3 terakhir). Sedangkan pada tahun akan diwafatkannya, beliau
beri'tikaf selama 20 hari. I'tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya
bermacam-macam ketaatan berupa: tilawah, shalat, dzikir, doa dan lainnya. Bagi
orang yang belum pernah melaksanakannya, i'tikaf dirasa sangat berat, namun
pastinya ia akan mudah bagi siapa yang Allah Swt mudahkan. Maka siapa yang
berangkat dengan niat yang benar dan tekad kuat pasti Allah Swt akan menolongnya.
Dianjrukan i'tikaf di sepuluh hari terakhir adalah untuk mendapatkan Lailatul
Qadar. I'tikaf merupakan kegiatan menyendiri yang disyariatkan, karena
seorang yang beri'tikaf mengurung dirinya untuk taat kepada Allah Swt dan
mengingat-Nya, memutus diri dari segala kesibukan yang bisa mengganggu darinya,
ia mengurung hati dan jiwanya untuk Allah Swt dan melaksanakan apa saja yang
bisa mendekatkan kepada-Nya, orang beri'tikaf, tidak ada yang dia inginkan
kecuali hanya mendapat ridha Allah Swt.
I`tikaf
adalah berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah. I`tikaf disunahkan
bagi laki-laki dan perempuan; karena Rasulullah Saw. selalu beri`tikaf terutama
pada sepuluh malam terakhir dan para istrinya juga ikut I`tikaf bersamanya. Dan
hendaknya orang yang melaksanakan I`tikaf memperbanyak zikir, istigfar, membaca
Al-Qur`an, berdoa, shalat sunnah dan lain-lain
Ketujuh, Melaksanakan Umrah.
Telah diriwayatkan dari Nabi Saw,
beliau bersabda:
عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ
"Umrah
pada bulan Ramadhan menyerupai haji." (HR. Al-Bukhari dan Muslim),
Dalam riwayat lain disebutkan, "seperti haji
bersamaku." Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama
Nabi Saw.
Kedelapan, Meingintai Lailatul Qadr.
Firman
Allah dalam QS. Al Qadr ayat 1-5:
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (٢) لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (٣) تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (٤) سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (٥)
1. “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan[1].
2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? 3. malam kemuliaan itu lebih
baik dari seribu bulan. 4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat
Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. 5. malam itu (penuh)
Kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak
keistimewaan, salah satunya adalah Lailat Al-Qadar, suatu malam yang oleh
Al-Quran “lebih baik dari seribu bulan”. Tetapi apa dan bagaimana malam itu?
Apakah ia terjadi sekali saja yakni malam ketika turunnya Al-Quran 15 abad yang
lalu, atau terjadi setiap bulan Ramadhan sepanjang masa? Bagaimana
kedatangannya, apakah setiap orang yang menantinya pasti akan mendapatkannya,
dan benarkah ada tanda-tanda fisi material yang menyertai kehadirannya (seperti
membekunya air, heningnya malam, dan menunduknya pepohonan dan sebagainya)?
Bahkan masih banyak lagi pertanyaan yang dapat dan sering muncul berkaitan
dengan malam Al-Qadar itu. Yang pasti dan
harus diimani oleh setiap Muslim berdasarkan pernyataan Al-Quran bahwa, “Ada
suatu malam yang bernama Lailat Al-Qadar, dan bahwa malam itu adalah malam yang
penuh berkah, dimana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan
penuh kebijaksanaan.”
Cukuplah
untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui
bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana firman Allah
dalam QS. Al Qadr ayat 1-5, tersebut di atas. Dan pada malam itu dijelaskan
segala urusan nan penuh hikmah firman Allah dalam QS. Ad Dukhoon: 3-6:
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (٣)فِيهَا
يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (٤)أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا
مُرْسِلِينَ (٥)رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (٦)
3.”Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi[2]
dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. 4. pada malam itu dijelaskan
segala urusan yang penuh hikmah[3],
5. (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang
mengutus rasul-rasul, 6. sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah yang
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Lailatul
qadar merupakan malam kemulian yang diperkirakan turun pada sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan terutama pada malam-malam ganjil. Ummat Islam
dianjurkan menghidupkan malam-malam ganjil tersebut. Untuk menghidupkan malam-malam tersebut,
dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memperbanyak shalat sunat,
memperbanyak zikir, membaca Alquran serta mengagungkan nama Allah SWT. Lebih
bagus jika dilakukan dengan cara beri’tikaf di masjid sambil melakukan
ibadah-ibadah sunnah tersebut. Bagi kaum muslimin yang meraih malam kemulian
lailatul qadar, akan terasa dalam dirinya ketenangan dan kekhusukan beribadah
serta diiringi suasana alam yang sejuk, tiada hujan atau panas pada pagi
harinya. Bagi mereka yang dianugerahi malam lailatul qadar akan mendapat kan
kebahagian serta kemakmuran dunia dan akhirat atau dengan kata lain perubahan
dalam hidupnya.
Kesembilan, Memperbanyak Zikir,
Tahlil, Istighfar dan Berdoa.
Sesungguhnya
malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang mulia dan utama, maka
manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir, tahlil, istighfar dan doa, khususnya
lagi berdoa pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:
·
Saat
berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak
ditolak.
·
Sepertiga
malam terkahir saat Allah swt turun ke langit dunia dan berfirman: “Adakah
orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti AKU ampuni
dia.”
·
Beristighfar
di waktu sahur, seperti yang Allah swt firmankan : “Dan di akhir-akhir malam
mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzaariyat: 18)
Orang
yang berpuasa ketika berbuka adalah salah satu orang yang doanya mustajab. Oleh
karenanya perbanyaklah berdoa ketika sedang berpuasa terlebih lagi ketika
berbuka. Berdoalah untuk kebaikan diri kita, keluarga, bangsa, dan
saudara-saudara kita sesama muslim di belahan dunia.
Penutup.
Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan
makan, minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi hari-hari dan
malamnya dengan amal shalih. Ini sebagai bentuk pembenaran akan janji Allah Swt
adanya pahala yang berlipat. Sekaligus juga sebagai pemuliaan atas bulan yang
penuh barakah dan rahmat.
[1] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam
Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada
malam itu permulaan turunnya Al Quran.
[2] Malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan.
di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.
[3] Yang dimaksud dengan urusan-urusan di sini ialah segala perkara
yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rezki, untung
baik, untung buruk dan sebagainya.