Sabtu, 17 September 2011

MANUSIA YANG DICINTAI DAN TIDAK DICINTAI ALLAH SWT




Cinta dalam berbagai refrensi dikemukan diantaranya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “cinta” diartikan dengan “suka sekali atau sayang sekali”. Cinta juga berarti “kasih sayang atau terpikat” Di sini terutama jika diterapkan kepada manusia yang berlawanan jenis. Arti lain dari cinta ialah “ingin sekali, berharap sekali atau rindu.” Dalam bahasa Arab terdapat dua trem kata yang artinya cinta yakni mahabbah dan mawaddah. Kata mahabbah berasal dari kata kerja dasar h-b-b (habba-yahubbu-hubb-mahabbah). Kata ini dapat dibentuk menjadi kata ahabba-yuhibbu-ahbib-mahabbah, berarti habbaba ila atau to love. Atau berasal dari kata w-d-d (wadda-yawaddu-wuddan-mawaddatan) yang sama artinya al-wudd sama dengan al-hubb (cinta).
Cinta diartikan dalam konsep ini hanya sekedar mencakup dimensi perasaan, dan pikiran serta sebuah ajang pengalaman pribadi seorang hamba kepada Allah SWT. Karena memang terlalu banyak rumusan tentang cinta dan agak sukar untuk menentukan batasan yang tepat untuk mendefenisikan cinta, lagi pula persoalan cinta belum dapat diklasifikasikan dalam bentuk disipilin ilmu yang mana atau ilmu apa. Kalaupun ada dalam psisikologi itupun tidak terdapat pembahasan tersendiri yang memadai tentang cinta atau love padahal banyak orang yang menilai bahwa cinta merupakan perasaan (emotion) ataupun perilaku (behavior). Cinta dalam Alquran pada hakikatnya terdiri beberapa unsur utama yaitu keindahan, keharmonisan, kedekatan, kesenangan, intensitas dan hubungan timbal balik.
Bentuk cinta Allah SWT. kepada manusia adalah dimana cinta dalam versi ini terwujud karena ke-Agungan serta ke-Muliaan Allah SWT. sebagai zat yang dipenuhi dengan limpahan mutiara kemuliaan dan keluhuran untuk dikenal dan diketahui oleh seluruh hamba-Nya. Hal ini terbukti dengan pelbagai karunia yang diberikan Tuhan berupa ruh kehidupan, akal fikiran yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, hati nurani serta kelebihan kemampuan luar bisa yang dikaruniakan kepada manusia yang tidak dapat dinilai dan diganti dengan apapun. Jika karunia yang besar ini dimamfaatkan sebaik-baiknya, tidak saja bermamfaat untuk dirinya sendiri tapi juga untuk sekalian alam. Sedangkan manusia yang dicintai Allah adalah manusia dan hamba-Nya yang mencintai agama, firman, rasul serta syari’at-Nya. Dia juga mencintai para hamba yang bermunajat pada-Nya, bernaung pada hariban-Nya serta selalu berusaha dengan sekuat kemampuan yang dimilikinya untuk menuju sebuah puncak mahligai cinta melalui pengorbanan, syahadah dan jidah fi sabilillah untuk meninggikan kalimat serta agamanya.  Tuhan merupakan sumber cinta, terciptanya alam ini juga atas dasar cinta Tuhan kepada mahkluk-Nya, dan untuk menjamin kebutuhan hidupnya.
Pada hakikatnya bahwa manusia yang dicintai Allah SWT. yaitu manusia yang berhasil memperoleh cinta Allah SWT.  dalam Alquran disebutkan beberapa golongan manusia yang sukses dalam meraih cinta-Nya, diantaranya adalah :
a.    Al-Muttaqien (orang-orag yang Bertaqwa) tanda-tandanya ialah pertama, beriman kepada Allah SWT., hari kiamat, malaikat, kitab suci, para nabi; kedua, mau memberikan harta yang dicintainya kepada karib kerabat, anak yatim, orang miskin, ibn sabil, peminta-minta, memerdekakan budak; tiga, mengerjakan shalat, zakat; keempat, memenuhi janji; dan kelima, sabar dalam perang. Dengan kata lain muttaqien adalah orang yang memiliki integritas pribadi yang sempurna lahir dan bathin. Dalam hal cinta Allah SWT. ini dapat dilihat dalam QS At-Taubah (9) : 4 :
إِلا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (٤)

Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu Telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu. Maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah SWT. menyukai orang-orang yang bertaqwa.

b.    Al-Muhsinun (Orang-orang yang Berbuat Baik) yang memiliki ciri-ciri, pertama, beriman yang teguh; kedua, dermawan, tidak kikir; ketiga, ikhlas hanya berharap kepada Allah SWT.; keempat, memiliki etika yang tinggi, hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda; kelima, sopan dan santun serta halus dalam bersikap dan berbicara, tidak kasar. Dalam Alquran disebutkan di antaranya QS. Ali Imran (3) : 134 :

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤)

 (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah SWT. menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

c.     Ash-Shabirun (Orang-orang yang Sabar), memiliki lima ciri : pertama, memiliki iman yang kuat, tidak ragu dan bimbang; kedua, memiliki integritas pribadi yang kokoh dan konsisten; ketiga, berbuat dan bekerja dengan tekun; keempat, ulet, tabah, tidak gugup menghadapi cobaan dan malapetaka kehidupan; kelima bertawakal dan menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. setelah mencurahkan upaya maksimal. Dalam konteks ini misalnya firman Allah SWT. dalam QS. Ali Imran (3) : 146 :
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (١٤٦)

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah SWT., dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah SWT. menyukai orang-orang yang sabar.

d.    Al-Muqsithun (Orang-orang yang Adil), memiliki lima ciri : pertama, memiliki iman yang kuat dan teguh; kedua, memiliki sikap jujur dan adil terhadap siapapun; ketiga, memiliki sikap toleransi yang tinggi;  keempat, konsisten dalam sikap dan pendiriannya demi mempertahankan kebenaran dan keadilan; kelima, aktif dan kreatif memberikan solusi yang baik (ashlah) terhadap berbagai problema kemasyarakatan. Dalam QS Al-Mumtahanah (60) : 8, Allah SWT. berfirman :
لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (٨)

Allah SWT. tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah SWT. menyukai orang-orang yang berlaku adil.

e.    Al-Mutathahirun (Orang-orang yang Suci), yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : pertama, memiliki iman yang kuat; kedua, memiliki sikap yang konsisten dan komitmen yang tinggi dalam menjaga kesehatan jasmani dan ruhani; ketiga, rajin melakukan kegiatan yang mengarah kepada kebersihan lingkungan dan bergaya hidup yang sehat; keempat, memiliki jasmani dan ruhani yang sehat dan kuat. Tentang cinta Allah SWT. ini, salah satunya dapat dijumpai dalam QS. At-Taubah (9) : 109 :
أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (١٠٩)

Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah SWT. dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka jahannam. dan Allah SWT. tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim.

f.     Al-Mujahidun fi Sabilillah (Pejuang di Jalan Allah SWT.), cakupannya sangat luas, yang mesti memiliki ciri-ciri sebagai berikut : pertama, beriman teguh; kedua, bernani menghadapi berbagai resiko dalam membela agama Allah SWT.; ketiga, selalu menjaga kesehatan jasmani dan ruhani; keempat, cermat dan juga penuh perhitungan serta tidak gegabah dalam segala tindakan; keenam, ikhlas dalam beramal dan hanya berharap kerelaan Allah SWT. (li mardhatillah). Dalam QS Ash-Shaff (61) : 4 disebutkan :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ (٤)

Sesungguhnya Allah SWT. menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

g.    Al-Mutawakkilun (Orang-orang yang Bertawakal), memiliki ciri-ciri sebagai berikut : pertama, beriman teguh kepada Allah SWT.; kedua, menjadikan Allah SWT. semata sebagai tumpuan harapan terakhir; ketiga, bekerja cermat dan maksimal sebelum berserah diri kepada Allah SWT.; keempat, tidak mudah menyerah dan putus asa; kelima, sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan; keenam, selalu tidak lupa memohon pertolongan Allah SWT. dalam menghadapi permasalahan. Dalam QS Ali Imran (3) : 173 sering kita ucapkan :
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (١٧٣)

Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan Sebenarnya; membenarkan Kitab yang Telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.

Sedangkan manusia yang tidak dicintai oleh Allah SWT. di dalam Alquran disebutkan beberapa golongan manusia yang tidak dicintai atau gagal untuk meraih cinta-Nya, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Al-Mu’tadun (Orang-orang yang Melampoi Batas), orang yang melampoi  batas di antaranya disebutkan dalam QS Al Maidah (5) : 87 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (٨٧)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang Telah Allah SWT. halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah SWT. tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

b.    Azh-Zhalimun (Orang-orang yang Aniaya), memiliki ciri-ciri, di antaranya (1) ia tidak mau berbuat adil, (2) ia sering berbuat yang merugikan orang lain, (3) ia akan merugi di dunia dan akhirat; perbuatan zalim disejajarkan dengan syirik, (4) ia tidak disenangi oleh Allah SWT. dan orang lain, dan (5) suka berbuat tidak baik dan melampoi batas kemanusiaan. Salah satu ketidak sukaan Allah SWT. kepada orang zalim ialah QS Ali Imran (3) : 57 :
وَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (٥٧)

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah SWT. akan memberikan kepada mereka dengan Sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah SWT. tidak menyukai orang-orang yang zalim.

c.    Al-Mufsidun (Para Pelaku Kerusakan), dengan ciri-ciri : pertama, ia suka menyelisihi janji; kedua, tidak bisa dipercaya; ketiga, suka bertengkar untuk membenarkan pengkhianatannya; keempat, tidak malu berbuat dosa; kelima, bersikap tidak konsisten; keenam, suka mengambil hak orang lain tanpa hak; dan ketujuh, tidak memiliki tenggangrasa. Ayat yang beirisi celaan kepada mereka yang berbuat kerusakan di bumi misalnya, QS Al-Baqarah (2) : 205 :
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الْفَسَادَ (٢٠٥)
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah SWT. tidak menyukai kebinasaan.

d.    Al-Kha’inun (Para Pengkhianat), ciri pengkhianat ialah : pertama, ia suka menyelisihi janji; kedua, tidak bisa dipercaya; ketiga, suka bertengkar untuk membenarkan pengkhianatannya; keempat, tidak malu berbuat dosa; kelima, bersikap tidak konsisten; keenam, suka mengambil hak orang lain tanpa hak; dan ketujuh, tidak memiliki tenggang rasa. Ayat yang secara jelas menyebut para pengkhianat ialah QS Al-Anfal (8) : 58 :
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ (٥٨)

Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah SWT. tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.

e.    Mukhatal fakhur (Yang Suka Membanggakan Diri),  ciri-cirinya di antaranya ialah : (1) suka berkhayal, (2) suka memalingkan wajahnya, (3) suka berjalan dengan menengadah dan membusungkan dada karena congkak, dan (4) suka memamerkan kekayaan atau pangkat atau derajat atau ketampanan atau kecantikan. Ayat Al-Quran yang mengandung trem tersebut misalnya QS Lukman (31) : 18 :
وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (١٨)
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah SWT. tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

f.     Al-Farihun (Orang yang Membanggakan Diri), ciri-cirinya yaitu : pertama, suka membanggakan diri; kedua, suka membanggakan kekayaannya; ketiga, tidak peduli terhadap orang yang lemah; keempat, tamak dan serakah terhadap harta; keenam, tidak menghiraukan urusan agama dan keakhiratan. Ayat Al-Quran yang mengandung trem tersebut misalnya QS Al-Hadid (57): 23 :
لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (٢٣)

Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah SWT. (menyatakan kebesaran Allah SWT.). dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

g.    Al-Musrifun (Orang-orang yang Suka Berlebih-lebihan),  memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) suka bersikap pemboros, (2) suka makan berlebihan dalam arti banyak atau yang tidak diperlukan oleh jasmaninya, (3) suka minum berlebihan, termasuk minum-minuman keras yang dapat merusak badan, (4) suka berbelanja barang-barang yang tidak atau kurang diperlukan, (5) sangat kikir terhadap hartanya, dan (6) karena perilakunya itu akhirnya ia hidup susah di dunia dan di akhirat nanti. Dalam Al-Quran, ayat yang mengandung trem ini diantaranya ialah QS Al-A’raf (7): 31 :
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (٣١)

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah SWT. tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Coment Anda Disini