Cinta
dalam berbagai refrensi dikemukan diantaranya dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia “cinta” diartikan dengan “suka sekali atau sayang sekali”. Cinta juga
berarti “kasih sayang atau terpikat” Di sini terutama jika diterapkan kepada
manusia yang berlawanan jenis. Arti lain dari cinta ialah “ingin sekali,
berharap sekali atau rindu.” Dalam bahasa Arab terdapat dua trem kata yang
artinya cinta yakni mahabbah dan mawaddah. Kata mahabbah
berasal dari kata kerja dasar h-b-b (habba-yahubbu-hubb-mahabbah).
Kata ini dapat dibentuk menjadi kata ahabba-yuhibbu-ahbib-mahabbah,
berarti habbaba ila atau to love. Atau berasal dari kata w-d-d
(wadda-yawaddu-wuddan-mawaddatan) yang sama artinya al-wudd sama
dengan al-hubb (cinta).
Cinta
diartikan dalam konsep ini hanya sekedar mencakup dimensi perasaan, dan pikiran
serta sebuah ajang pengalaman pribadi seorang hamba kepada Allah SWT. Karena
memang terlalu banyak
rumusan tentang cinta dan agak sukar untuk menentukan batasan yang tepat untuk
mendefenisikan cinta, lagi pula persoalan cinta belum dapat diklasifikasikan
dalam bentuk disipilin ilmu yang mana atau ilmu apa. Kalaupun ada dalam psisikologi itupun
tidak terdapat pembahasan tersendiri yang memadai tentang cinta atau love
padahal banyak orang yang menilai bahwa cinta merupakan perasaan (emotion)
ataupun perilaku (behavior). Cinta dalam Alquran pada hakikatnya terdiri
beberapa unsur utama yaitu keindahan, keharmonisan, kedekatan, kesenangan,
intensitas dan hubungan timbal balik.
Bentuk
cinta Allah SWT. kepada manusia adalah dimana cinta dalam versi ini terwujud
karena ke-Agungan serta ke-Muliaan Allah SWT. sebagai zat yang dipenuhi dengan
limpahan mutiara kemuliaan dan keluhuran untuk dikenal dan diketahui oleh
seluruh hamba-Nya. Hal ini terbukti dengan pelbagai karunia yang diberikan
Tuhan berupa ruh kehidupan, akal fikiran yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya, hati nurani serta kelebihan kemampuan luar bisa yang dikaruniakan kepada
manusia yang tidak dapat dinilai dan diganti dengan apapun. Jika karunia yang
besar ini dimamfaatkan sebaik-baiknya, tidak saja bermamfaat untuk dirinya
sendiri tapi juga untuk sekalian alam. Sedangkan manusia yang dicintai Allah
adalah manusia dan hamba-Nya yang mencintai agama, firman, rasul serta
syari’at-Nya. Dia juga mencintai para hamba yang bermunajat pada-Nya, bernaung
pada hariban-Nya serta selalu berusaha dengan sekuat kemampuan yang dimilikinya
untuk menuju sebuah puncak mahligai cinta melalui pengorbanan, syahadah
dan jidah fi sabilillah untuk meninggikan kalimat serta agamanya. Tuhan merupakan sumber cinta, terciptanya
alam ini juga atas dasar cinta Tuhan kepada mahkluk-Nya, dan untuk menjamin
kebutuhan hidupnya.
Pada
hakikatnya bahwa manusia yang dicintai Allah SWT. yaitu manusia yang berhasil
memperoleh cinta Allah SWT. dalam
Alquran disebutkan beberapa golongan manusia yang sukses dalam meraih
cinta-Nya, diantaranya adalah :
a.
Al-Muttaqien
(orang-orag yang Bertaqwa) tanda-tandanya ialah pertama, beriman kepada Allah
SWT., hari kiamat, malaikat, kitab suci, para nabi; kedua, mau
memberikan harta yang dicintainya kepada karib kerabat, anak yatim, orang miskin,
ibn sabil, peminta-minta, memerdekakan budak; tiga, mengerjakan
shalat, zakat; keempat, memenuhi janji; dan kelima, sabar dalam
perang. Dengan kata lain muttaqien adalah orang yang memiliki integritas
pribadi yang sempurna lahir dan bathin. Dalam hal cinta Allah SWT. ini dapat
dilihat dalam QS At-Taubah (9) : 4 :
إِلا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ
أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (٤)
Kecuali
orang-orang musyrikin yang kamu Telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan
mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula)
mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu. Maka terhadap
mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah SWT.
menyukai orang-orang yang bertaqwa.
b.
Al-Muhsinun
(Orang-orang yang Berbuat Baik) yang memiliki ciri-ciri, pertama,
beriman yang teguh; kedua, dermawan, tidak kikir; ketiga, ikhlas
hanya berharap kepada Allah SWT.; keempat, memiliki etika yang tinggi,
hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda; kelima,
sopan dan santun serta halus dalam bersikap dan berbicara, tidak kasar. Dalam
Alquran disebutkan
di antaranya QS. Ali Imran (3) : 134 :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤)
(yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah SWT. menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.
c.
Ash-Shabirun (Orang-orang yang Sabar),
memiliki lima ciri : pertama, memiliki iman yang kuat, tidak ragu dan
bimbang; kedua, memiliki integritas pribadi yang kokoh dan konsisten; ketiga,
berbuat dan bekerja dengan tekun; keempat, ulet, tabah, tidak gugup
menghadapi cobaan dan malapetaka kehidupan; kelima bertawakal dan
menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. setelah mencurahkan upaya maksimal.
Dalam konteks ini misalnya firman Allah SWT. dalam QS. Ali Imran (3) : 146 :
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ
مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (١٤٦)
Dan
berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah SWT., dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah
(kepada musuh). Allah SWT. menyukai orang-orang yang sabar.
d.
Al-Muqsithun
(Orang-orang yang Adil), memiliki lima ciri : pertama, memiliki iman
yang kuat dan teguh; kedua, memiliki sikap jujur dan adil terhadap
siapapun; ketiga, memiliki sikap toleransi yang tinggi; keempat, konsisten dalam sikap dan
pendiriannya demi mempertahankan kebenaran dan keadilan; kelima, aktif
dan kreatif memberikan solusi yang baik (ashlah) terhadap berbagai
problema kemasyarakatan. Dalam QS Al-Mumtahanah (60) : 8, Allah SWT. berfirman
:
لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ
لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ
تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (٨)
Allah
SWT. tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya Allah SWT. menyukai orang-orang yang berlaku adil.
e.
Al-Mutathahirun
(Orang-orang yang Suci), yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : pertama,
memiliki iman yang kuat; kedua, memiliki sikap yang konsisten dan
komitmen yang tinggi dalam menjaga kesehatan jasmani dan ruhani; ketiga,
rajin melakukan kegiatan yang mengarah kepada kebersihan lingkungan dan bergaya
hidup yang sehat; keempat, memiliki jasmani dan ruhani yang sehat dan
kuat. Tentang cinta Allah SWT. ini, salah satunya dapat dijumpai dalam QS.
At-Taubah (9) : 109 :
أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى
تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى
شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لا يَهْدِي
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (١٠٩)
Maka
apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah
SWT. dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan
bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama
dengan dia ke dalam neraka jahannam. dan Allah SWT. tidak memberikan petunjuk
kepada orang- orang yang zalim.
f.
Al-Mujahidun fi
Sabilillah (Pejuang di Jalan Allah SWT.), cakupannya sangat luas,
yang mesti memiliki ciri-ciri sebagai berikut : pertama, beriman teguh; kedua,
bernani menghadapi berbagai resiko dalam membela agama Allah SWT.; ketiga,
selalu menjaga kesehatan jasmani dan ruhani; keempat, cermat dan juga
penuh perhitungan serta tidak gegabah dalam segala tindakan; keenam, ikhlas
dalam beramal dan hanya berharap kerelaan Allah SWT. (li mardhatillah).
Dalam QS Ash-Shaff (61) : 4 disebutkan :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ
يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ (٤)
Sesungguhnya
Allah SWT. menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
g.
Al-Mutawakkilun
(Orang-orang yang Bertawakal), memiliki ciri-ciri sebagai berikut : pertama,
beriman teguh kepada Allah SWT.; kedua, menjadikan Allah SWT. semata
sebagai tumpuan harapan terakhir; ketiga, bekerja cermat dan maksimal
sebelum berserah diri kepada Allah SWT.; keempat, tidak mudah menyerah
dan putus asa; kelima, sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai
persoalan kehidupan; keenam, selalu tidak lupa memohon pertolongan Allah
SWT. dalam menghadapi permasalahan. Dalam QS Ali Imran (3) : 173 sering kita
ucapkan :
الَّذِينَ
قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ
فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (١٧٣)
Dia
menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan Sebenarnya; membenarkan Kitab
yang Telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.
Sedangkan
manusia yang tidak dicintai oleh Allah SWT. di dalam Alquran disebutkan
beberapa golongan manusia yang tidak dicintai atau gagal untuk meraih
cinta-Nya, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Al-Mu’tadun
(Orang-orang yang Melampoi Batas), orang yang melampoi batas di antaranya disebutkan dalam QS Al
Maidah (5) : 87 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا
تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ
لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (٨٧)
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang Telah Allah
SWT. halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
SWT. tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
b.
Azh-Zhalimun
(Orang-orang yang Aniaya), memiliki ciri-ciri, di antaranya (1) ia tidak mau
berbuat adil, (2) ia sering berbuat yang merugikan orang lain, (3) ia akan
merugi di dunia dan akhirat; perbuatan zalim disejajarkan dengan syirik,
(4) ia tidak disenangi oleh Allah SWT. dan orang lain, dan (5) suka berbuat
tidak baik dan melampoi batas kemanusiaan. Salah satu ketidak sukaan Allah SWT.
kepada orang zalim ialah QS Ali Imran (3) : 57 :
وَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
(٥٧)
Adapun
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah
SWT. akan memberikan kepada mereka dengan Sempurna pahala amalan-amalan mereka;
dan Allah SWT. tidak menyukai orang-orang yang zalim.
c.
Al-Mufsidun (Para
Pelaku Kerusakan), dengan ciri-ciri : pertama, ia suka menyelisihi
janji; kedua, tidak bisa dipercaya; ketiga, suka bertengkar untuk
membenarkan pengkhianatannya; keempat, tidak malu berbuat dosa; kelima,
bersikap tidak konsisten; keenam, suka mengambil hak orang lain tanpa
hak; dan ketujuh, tidak memiliki tenggangrasa. Ayat yang beirisi celaan
kepada mereka yang berbuat kerusakan di bumi misalnya, QS Al-Baqarah (2) : 205
:
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا
وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الْفَسَادَ (٢٠٥)
Dan
apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
SWT. tidak menyukai kebinasaan.
d.
Al-Kha’inun (Para
Pengkhianat), ciri pengkhianat ialah : pertama, ia suka menyelisihi
janji; kedua, tidak bisa dipercaya; ketiga, suka bertengkar untuk
membenarkan pengkhianatannya; keempat, tidak malu berbuat dosa; kelima,
bersikap tidak konsisten; keenam, suka mengambil hak orang lain tanpa
hak; dan ketujuh, tidak memiliki tenggang rasa. Ayat yang secara jelas
menyebut para pengkhianat ialah QS Al-Anfal (8) : 58 :
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ
خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ
الْخَائِنِينَ (٥٨)
Dan jika
kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka
kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya
Allah SWT. tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
e.
Mukhatal fakhur (Yang
Suka Membanggakan Diri), ciri-cirinya di
antaranya ialah : (1) suka berkhayal, (2) suka memalingkan wajahnya, (3) suka
berjalan dengan menengadah dan membusungkan dada karena congkak, dan (4) suka
memamerkan kekayaan atau pangkat atau derajat atau ketampanan atau kecantikan.
Ayat Al-Quran yang mengandung trem tersebut misalnya QS Lukman (31) : 18 :
وَلا
تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا
يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (١٨)
Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah SWT. tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
f.
Al-Farihun (Orang
yang Membanggakan Diri), ciri-cirinya yaitu : pertama, suka membanggakan
diri; kedua, suka membanggakan kekayaannya; ketiga, tidak peduli
terhadap orang yang lemah; keempat, tamak dan serakah terhadap harta;
keenam, tidak menghiraukan urusan agama dan keakhiratan. Ayat Al-Quran yang
mengandung trem tersebut misalnya QS Al-Hadid (57): 23 :
لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا
فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ
فَخُورٍ (٢٣)
Semua
yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah SWT.
(menyatakan kebesaran Allah SWT.). dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
g.
Al-Musrifun
(Orang-orang yang Suka Berlebih-lebihan),
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) suka bersikap pemboros, (2)
suka makan berlebihan dalam arti banyak atau yang tidak diperlukan oleh
jasmaninya, (3) suka minum berlebihan, termasuk minum-minuman keras yang dapat
merusak badan, (4) suka berbelanja barang-barang yang tidak atau kurang
diperlukan, (5) sangat kikir terhadap hartanya, dan (6) karena perilakunya itu
akhirnya ia hidup susah di dunia dan di akhirat nanti. Dalam Al-Quran, ayat
yang mengandung trem ini diantaranya ialah QS Al-A’raf (7): 31 :
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ
عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ
الْمُسْرِفِينَ (٣١)
Hai anak
Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah SWT. tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Coment Anda Disini