Minggu, 31 Juli 2011

SHALAT TARAWEH DALAM BULAN RAMADHAN

1.   Pengertian.
Salat Tarawih (kadang-kadang disebut teraweh atau taraweh) adalah salat sunnat yang dilakukan khusus hanya pada bulan Ramadhan. Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari تَرْوِيْحَةٌ yang diartikan sebagai "waktu sesaat untuk istirahat". Waktu pelaksanaan salat sunnat ini adalah selepas isya', biasanya dilakukan secara berjama'ah di masjid. Fakta menarik tentang salat ini ialah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam hanya pernah melakukannya secara berjama'ah dalam 3 kali kesempatan. Disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam kemudian tidak melanjutkan pada malam-malam berikutnya karena takut hal itu akan menjadi diwajibkan kepada ummat muslim (lihat sub seksi hadits tentang tarawih).

2.   Rakaat Shalat.
Terdapat beberapa praktik tentang jumlah raka'at dan jumlah salam pada salat tarawih, pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam jumlah raka'atnya adalah 8 raka'at dengan dilanjutkan 3 raka'at witir. Dan pada zaman khalifah Umar menjadi 20 raka'at dilanjutkan dengan 3 raka'at witir. Perbedaan pendapat menyikapi boleh tidaknya jumlah raka'at yang mencapai bilangan 20 itu adalah tema klasik yang bahkan bertahan hingga saat ini. Sedangkan mengenai jumlah salam praktik umum adalah salam tiap dua raka'at namun ada juga yang salam tiap empat raka'at. Sehingga bila akan menunaikan tarawih dalam 8 raka'at maka formasinya adalah salam tiap dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga rakaat.

3.   Niat Shalat.
Niat salat ini, sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup diucapkan di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya, apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah bijaksana. Secara lengkap, niat salat tarawih 2 rakaat adalah:
أصلى سنة التراويحح ركعتين مأموما/إماما لله تعالى
"Ushalli sunnatat taraawiihi rak'ataini (ma'muman/imaaman) lillahi ta'aalaa"
ARTINYA: " Aku niat Salat Tarawih dua rakaat ( menjadi makmum/imam) karena Allah Ta'ala". Walaupun demikian, ada beberapa cara dalam mengerjakan salat Tarawih, salah satunya dengan formasi 2 kali 4 rakaat masing masing dengan sekali salam setiap selesai 4 rakaat. Oleh karena itu, dalam niat salat tarawih, niatnya disesuaikan menjadi "arbaa raka'ataini".

4.   Beberapa Hadist Tentang Taraweh.
Beberapa hadits tentang pelaksanaan shalat taraweh, di antaranya:
a. “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pada suatu malam salat di masjid lalu para sahabat mengikuti salat Beliau, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) Beliau salat maka manusia semakin banyak (yang mengikuti salat Nabi n), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya Beliau bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadhan.” (Muttafaqun ‘alaih).
b.   "Artinya : Dari Jabir bin Abdullah radyillahu 'anhum, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah salat bersama kami di bulan Ramadhan (sebanyak) delapan raka'at dan witir (satu raka'at). Maka pada hari berikutnya kami berkumpul di masjid dan mengharap beliau keluar (untuk salat), tetapi tidak keluar hingga masuk waktu pagi, kemudian kami masuk kepadanya, lalu kami berkata : Ya Rasulullah ! Tadi malam kami telah berkumpul di masjid dan kami harapkan engkau mau salat bersama kami, maka sabdanya "Sesungguhnya aku khawatir (salat itu) akan diwajibkan atas kamu sekalian".(Hadits Riwayat Thabrani dan Ibnu Nashr).
c.  "Aku perhatikan salat malam Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, yaitu (Ia) salat dua raka'at yang ringan, kemudian ia salat dua raka'at yang panjang sekali, kemudian salat dua raka'at, dan dua raka'at ini tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya, kemudian salat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian salat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian salat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian witir satu raka'at, yang demikian adalah 13 raka'at".Diriwayatkan oleh Malik, Muslim, Abu Awanah, Abu Dawud dan Ibnu Nashr.
d. "Artinya : Dari Abi Salamah bin Abdurrahman bahwasanya ia bertanya kepada 'Aisyah radyillahu anha tentang salat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam di bulan Ramadhan. Maka ia menjawab ; Tidak pernah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam kerjakan (tathawwu') di bulan Ramadhan dan tidak pula di lainnya lebih dari sebelas raka'at 1) (yaitu) ia salat empat (raka'at) jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian ia salat empat (raka'at) 2) jangan engkau tanya panjang dan bagusnya kemudian ia salat tiga raka'at".[Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim].
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas: http://id.wikipedia.org).

6.   Fadhilah Shalat Taraweh.
Shalat tarawih di bulan Ramadhan hukumnya sunnah muakkad bagi umat Islam. Oleh sebab itu usahakan kita jangan sampai meninggalkan bulan Ramadhan. Dibawah ini adalah fadhilah / pahala salat tarawih tiap malamnya:
Malam ke-1 : Orang mu’min diampuni dosanya ,bersih seperti bayi lahir dari kandungan ibunya.
Malam ke-2 : Allah mengampuni dosa kita dan kedua orang tua(Bapak-ibu) kita.
Malam ke-3 : Malaikat memanggil dari alam ‘Arasy,berseru:”Segeralah kamu beramal, Allah mengampuni dosa-dosamu terdahulu”.
Malam ke-4 : Diberi pahala Sebanyak membaca Taurat,Injil,Zabur,Al-Qur’an.Malam ke-5 : Diberi pahala sebanyak shalat di Masjidil haram,Masjidil
Aqsha,dan Masjid Nabawi.
Malam ke-6 : Diberi pahala sebanyak pahala tawaf di Baitul Makmur,dan setiap batu-batuan dan Tanah liat beristighfar untuknya.Malam ke-7 : Seolah-olah bertemu Nabi Musa berjuang bersama melawan Firaun dan Haman.
Malam ke-8 : Diberi segala apa yang diterima oleh Nabi Ibrahim.
Malam ke-9 : Seolah-olah beribadah seperti yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW.
Malam ke-10 : Diberi kebaikan dunia akhirat.
Malam ke-11 : Bakal meniggal dunia bersih dari segala dosa seperti bayi yang baru dilahirkan.
Malam ke-12 : Wajah kita akan bercahaya seperti bulan purnama dihari kiamat.
Malam ke-13 : Kelak dihari kiamat akan aman dari segala kejahatan.
Malam ke-14 : Dibebaskan dari hisab,dan para malaikat memberi kesaksian atas ibadah tarawih kita.
Malam ke-15 : malaikat bersholawat pada kita,penaggung ‘Arasy dan kursi.
Malam ke-16 : Dibebaskan dari segala siksa neraka dan bebas pula masuk surga.
Malam ke-17 : Diberi pahala yang diterima para nabi.
Malam ke-18 : Malaikat memanggil “Ya hamba Allah,engkau dan kedua orang tuamu telah diridhoi oleh Allah SWT.
Malam ke-19 : Ditinggikan derajatnya di surga Firdaus.
Malam ke-20 : Diberi pahala syuhadak dan sholihin.
Malam ke-21 : Dibangunkan sebuah gedung Nur di surga.
Malam ke-22 : Akan aman dihari kiamat dari bencana yang menyedihkan dan menggelisahkan.
Malam ke-23 : Dibangunkan sebuah kota di surga.
Malam ke-24 : Doa yang dipanjatkan sebanyak 24 doa akan dia kabulkan.
Malam ke-25 : Dibebaskan dari siksa kubur.
Malam ke-26 : Ditingkatkan pahalanya 40 tahun.
Malam ke-27 : Melintasi jembatan shirat bagai kilat menyambar.
Malam ke-28 : Ditinggikan derajatnya 1000 tingkat disurga.
Malam ke-29 : Diberi pahala sebanyak 1000 haji mabrur.
Malam ke-30 : Diseru Allah SWT dengan firmanNya,”Ya Hambaku,silakan makan buah-buahan Surga,silakan mandi air Salsabil,dan minumlah dari telaga Kautsar,Akulah Tuhanmu dan kamu adalah hambaku”.
(Sumber dari kitab durratun nashihiin).



Sabtu, 30 Juli 2011

MARHABAN RAMADHAN

1.    Muqaddimah
من فرح بدخول رمضان حرم الله جسده على الناران
Barangsiapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.
 
Bulan Ramadhan akan menyapa umat Islam di seluruh dunia tanpa terkecuali di Indonesia. Bulan Ramadhan di dalamnya diwajibkan ibadah rukun Islam ke-3 yakni shaum (puasa), puasa biasanya sangat erat dan identik dengan sebuah kejujuran karena bersifat pribadi antara Allah SWT dengan hamba tanpa harus melalui perantara (washilah) sehingga disebut ibadah abstrak. Puasa merupakan perintah Allah SWT sebagaimana yang termaktub dalam surat al Baqarah ayat 183 merupakan kewajiban individual dalam rangka meningkatkan ketaqwaan dan keimanan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS. Al Baqarah:183)

Hal inilah sebagai salah satu reasonable ibadah puasa adalah ibadah yang bersifat pribadi. Mengapa demikian? “Seseorang yang berpuasa di pagi hari bisa jadi akan mengabaikan larangan berpuasa pada siang harinya karena tidak ada satu orangpun yang tahu kecuali hanya Allah SWT dan yang bersangkutan. Filusuf Imam al Ghozali dalam kitabnya yang sangat populer Ihya Ulumuddin menambahkan bahwa puasa terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Aam, Khos, dan Khususul Khusus. Maksud dari puasa Aam adalah puasa yang dilaksanakan oleh orang kebanyakan yang hanya mampu menahan lapar, dahaga dan hal-hal yang membatalkan yang lain. Sedangkan puasa Khos yakni puasa orang awam ditambah dengan menahan panca indra dan anggota tubuh lainnya dari perbuatan-perbuatan yang mendatangkan dosa. Sementara puasa Khususul Khusus yakni puasa awam dan puasa khusus ditambah menahan (memelihara) hati nurani untuk menjauhi perbuatan yang dimurkai Allah SWT seperti hasud, dendam, dengki, takabur, ghiba dan lain sebagainya.

2.    Pengertian Ramadhan
Ramadhan berasal dari akar kata: ر م ض , yang berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya pada tanah. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan ke sembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh segatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadhan, bulan dengan panas yang menghanguskan.
Dari akar kata tersebut kata Ramadhan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata Ramadan (baca tanpa huruf h) tidak dapat disamakan artinya dengan Ramadhan (baca dengan memakai huruf h). Ramadan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal itu dianalogikan dengan dimanfaatkannya momen Ramadhan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merpresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi

3.    Dinamakan Bulan Ramadhan
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas kata Ramadhan diambil dari akar kata: ر م ض (ramadh) yang berarti terik matahari yang panas, dan Rasullulah SAW memberikan nama bulan berdasarkan dengan keadaan pada saat itu. Demikian juga dengan nama bulan Ramadhan disesuaikan dengan keadaan cuaca atau musim pada saat itu, kemudian perputaran musim adalah sesuai dengan peredaran matahari maka dari itu terkadang Ramadhan jatuh pada musim panas dan kadang pada musim dingin.
Pasca umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadhan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami panasnya Ramadhan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadhan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau dengan kata lain, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan pasca Ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Karena dalam zaman pra-Islam itu tahun qamariyah senantiasa disesuaikan ke tahun syamsiyah, maka dalam zaman pra-Islam itu bulan ke-9 selalu berada dalam musim terik yang membakar, maka bulan ke-9 itu bernama Ramadhan berarti membakar.
Dan yang lebih penting ialah bulan Ramadhan maupun bulan Haji bergeser setiap tahun, sehingga tidak selamanya melaksanakan ibadah puasa maupun ibadah haji dalam musim yang tetap. Tidak terus-terusan musim panas dan tidak senantiasa dalam musim dingin melaksanakan ibadah puasa dan ibadah haji. Juga terjadi keadilan di belahan bumi sebelah utara Khatulistiwa dengan yang di selatan, tidak selamanya berpuasa pada hari yang panjang dan tidak pula selamanya berpuasa pada hari yang pendek.   Mengapa nama Ramadhan tetap dipertahankan walaupun sudah bergeser tidak lagi selamanya dalam musim terik yang membakar? Ini boleh jadi dengan alasan bahwa karena puasa wajib itu dalam bulan Ramadhan, maka orang dapat mengaitkannya pada sabda Rasulullah SAW:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang- siapa menegakkan Ramadhan atas dasar iman dan introspkesi, maka diampuni dosanya apa yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan Hadits ini bulan Ramadhan adalah bulan pengampunan dosa, bulan membakar dosa-dosa bagi mereka yang menegakkan Ramadhan.

4.    Penyambutan Bulan Ramadhan
Seorang muslim seharusnya tidak lalai terhadap momen-momen untuk beribadah, bahkan seharusnya ia termasuk orang yang berlomba-lomba dan bersaing (untuk mendapatkan kebaikan) di dalamnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Muthaffifiin ayat 26:
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berloma-lomba.” (QS. Al-Muthaffifiin:26)
Maka oleh sebab itu dalam rangka menyongsong datangnya bulan Ramdhan sudah selayaknya atau sepantasnya seorang muslim menyambut Ramadhan dengan suka cita, tentunya ada beberapa kiat dalam rangka menyambutnya, di antaranya:
1)   Berdoa.
Berdo’a agar Allah SWT mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah dalam keadaan sehat dan kuat, serta dalam keadaan bersemangat beribadah kepada Allah SWT, seperti ibadah puasa, sholat dan dzikir. Telah diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa dia berkata, adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdo’a sebagai berikut:
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani).
Demikian juga generasi terbaik terdahulu (as-salaf ash-shalih) berdo’a agar Allah SWT menyampaikan mereka pada bulan Ramadhan dan menerima amal-amal mereka. Maka apabila telah tampak hilal bulan Ramadhan, berdo’alah pada Allah SWT seperti berikut ini:
الله أكبر اللهم أهله علينا بالأمن والإيمان والسلامة والإسلام , والتوفيق لما تحب وترضى ربي وربك الله
“Allah Maha Besar, ya Allah terbitkanlah bulan sabit itu untuk kami dengan aman dan dalam keimanan, dengan penuh keselamatan dan dalam ke-Islaman, dengan taufik agar kami melakukan yang disukai dan diridhai oleh Rabbku dan Rabbmu, yaitu Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan Ad-Darimi, dishahihkan oleh Ibnu Hayyan).
2)   Bersykur.
Bersyukur pada Allah SWT dan memuji-Nya atas dipertemukannya kita dengan bulan Ramadhan. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-Adzkaar sebagai berikut:
“Ketahuilah, dianjurkan bagi siapa saja yang mendapatkan suatu nikmat atau dihindarkan dari kemurkaan Allah, untuk bersujud syukur kepada Allah Ta’ala, atau memuji Allah (sesuai dengan apa yg telah diberikan-Nya).”
Dan sesungguhnya di antara nikmat yang paling besar dari Allah SWT atas seorang hamba adalah taufiq untuk melaksanakan ketaatan. Selain dipertemukan dengan bulan Ramadhan, nikmat agung lainnya adalah berupa kesehatan yang baik. Maka ini pun menuntut untuk bersyukur dan memuji Allah Sang Pemberi Nikmat lagi Pemberi Keutamaan dengan nikmat tersebut. Segala puji bagi Allah SWT dengan pujian yang banyak dan pantas bagi keagungan Wajah-Nya dan keagungan kekuasaan-Nya.
3)   Bergembira.
Bergembira dan berbahagialah dengan datangnya bulan Ramadhan. Telah ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau dahulu memberi berita gembira pada para sahabatnya dengan kedatangan Ramadhan. Beliau bersabda:
جاءكم شهر رمضان, شهر رمضان شهر مبارك كتب الله عليكم صيامه فيه تفتح أبواب الجنان وتغلق فيه أبواب الجحيم… الحديث
“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga serta ditutup pintu-pintu neraka….” (HR. Ahmad)
Dan sungguh demikian pula as-salaf ash-shalih dari kalangan sahabat dan tabi’in, mereka sangat perhatian dengan bulan Ramadhan dan bergembira dengan kedatangannya. Maka kebahagiaan manakah yang lebih agung dibandingkan dengan berita dekatnya bulan Ramadhan, moment untuk melakukan kebaikan serta diturunkannya rahmat. Bahkan para Sahabat Nabi jika ditinggalkan Ramadhan mereka menangis.
4)   Bertekad.
Bertekad serta membuat program (planing) agar memperoleh kebaikan yang banyak di bulan Ramadhan. Kebanyakan dari manusia, bahkan dari kalangan yang berkomitmen untuk agama ini (beragama Islam), membuat program yang sangat serius untuk urusan dunia mereka, akan tetapi sangat sedikit dari mereka yang membuat program sedemikian bagusnya untuk urusan akhirat artinya cenderung duniawi (hidonisme). Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran terhadap tugas seorang mu’min dalam hidup ini, dan lupa atau bahkan melupakan bahwa seorang muslim memiliki kesempatan yang banyak untuk dekat dengan Allah SWT untuk mendidik jiwanya sehingga ia bisa lebih kokoh dalam ibadah. Di antara program akhirat adalah program menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan ketaatan dan ibadah. Seharusnya seorang muslim membuat rencana-rencana amal yang akan dikerjakan pada siang dan malam Ramadhan.
5)   Beramal Sholeh.
Bertekad dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh pahala di bulan Ramadhan serta menyusun waktunya (membuat jadwal) untuk beramal shalih. Barangsiapa yang menepati janjinya pada Allah SWT maka Beliau pun akan menepati janji-Nya serta menolongnya untuk taat dan memudahkan baginya jalan kebaikan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْراً لَهُمْ
“Maka seandainya mereka benar-benar beriman pada Allah, maka sungguh itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad:21).
6)   Berbekal Ilmu Pengetahuan.
Berbekal ilmu dan pemahaman terhadap hukum-hukum di bulan Ramadhan merupakan suatu kewajiban atas seorang muslim baik laki-laki maupun wanita untuk beribadah kepada Allah SWT dilandasi dengan ilmu, dan tidak ada alasan untuk tidak mengetahui kewajiban-kewajiban yang diwajibkan Allah SWT atas hamba-hamba-Nya. Di antara kewajiban itu adalah puasa di bulan Ramadhan. Sudah sepantasnya bagi seorang muslim belajar untuk mengetahui perkara-perkara puasa serta hukum-hukumnya sebelum ia melaksanakannya (sebelum datang bulan Ramadhan), agar puasanya sah dan diterima Allah SWT (mengapai tingkatan muttaqien). Bahkan jika tidak mengetahuinya hendaknya bertanya kepada yang ahlinya sebagaimana perintah ayat:
فَاسْأَلوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya’:7).
7)   Meninggalkan Perbuatan Maksiat.
Wajib pula bertekad untuk meninggalkan dosa-dosa dan kejelekan, serta bertaubat dengan sungguh-sungguh dari seluruh dosa, berhenti melakukannya serta tidak mengulanginya lagi. Karena bulan Ramadhan adalah bulan taubat. Barangsiapa yang tidak bertaubat di dalamnya, maka kapankah lagi ia akan bertaubat? Allah SWT berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.” (QS. An-Nur: 31).
8)   Persiapkan Jasmani dan Rohani.
Mempersiapkan jasmani dan rohani dengan membaca dan menelaah buku-buku serta tulisan-tulisan, serta mendengarkan ceramah-ceramah Islamiyah yang menjelaskan tentang puasa dan hukum-hukumnya, agar jiwa siap untuk melaksanakan ketaatan di bulan Ramadhan. Demikian pulalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersiapkan jiwa-jiwa para sahabat untuk memanfaatkan bulan ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sempat bersabda pada akhir bulan Sya’ban yang berbunyi:
جاءكم شهر رمضان … إلخ الحديث
“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan…(sampai akhir hadits).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i).
9)   Persiapan Diri Meraihi Taqwa.
Mempersiapkan dengan baik untuk bertakwah kepada Allah SWT di bulan Ramadhan, melalui; menghadiri pertemuan-pertemuan serta bimbingan-bimbingan dan menyimaknya dengan baik agar dapat disampaikan di masjid (surau, langgar atau mushallah) di daerah tempat tinggal. Menyebarkan buku-buku kecil, tulisan-tulisan serta nasehat-nasehat tentang hukum yang berkaitan dengan Ramadhan kepada orang-orang yang shalat serta masyarakat sekitar. Dan melalui
persiapan hadiah Ramadhan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Hadiah tersebut dapat berupa paket yang di dalamnya terdapat kaset-(kepingan CD atau DVD) dan buku kecil, yang kemudian pada paket tersebut dituliskan hadiah Ramadhan. Serta dengan cara memuliakan fakir dan miskin dengan memberi sedekah serta zakat untuk mereka.
10)Buka Lembaran Putih.
Menyambut Ramadhan dengan membuka lembaran putih yang baru, yang akan diisi  dengan taubat sebenar-benarnya kepada Allah SWT
ta’at pada perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meninggalkan apa yang dilarangnya.
Berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, saudara, istri atau suami serta anak-anak. Berbuat baik kepada masyarakat sekitar agar menjadi hamba yang shalih serta bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أفضل الناس أنفعهم للناس
Seutama-utama manuia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Demikianlah seharusnya seorang muslim menyambut Ramadhan, seperti tanah kering yang menyambut hujan, seperti si sakit yang membutuhkan dokter untuk mengobatinya dan seperti seseorang yang menanti kekasihnya. Berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan sungguh merupakan nikmat besar dari Allah SWT. OIeh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memberikan kabar gembira kepada para sahabat karena datangnya bulan ini. Beliau menjelaskan keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan dan janji-janji indah berupa pahala yang melimpah bagi orang yang berpuasa dan menghidupkannya. Disyariatkan bagi seorang muslim untuk menyambut bulan Ramadhan yang mulia dengan melakukan taubat nashuhah (taubat yang sesungguhnya), mempersiapkan diri dalam puasa dan menghidupkan bulan tersebut dengan niat yang tulus dan tekad yang murni.

5.    Keutamaan Ramadhan
Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal soleh yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik. Oleh karena itu kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan. Di antara keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan tersebut, disebutkan dalam beberapa riwayat, di antaranya adalah:
a.    Ramadhan adalah bulan penuh berkah, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan pun dibelenggu. Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah SAW bersabda:
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ
“Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.” (HR. Ahmad).
b.    Allah SWT membebaskan penghuni neraka pada setiap malam bulan Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:
إذَا كَانَ أوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أبْوَابُ الجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
“Jika awal Ramadhan tiba, maka setan-­setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Sedangkan pintu-pintu surga dibuka, dan tidak satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada seruan (pada bulan Ramadhan); Wahai orang yang menginginkan kebaikan, datanglah. Wahai orang yang ingin kejahatan, tahanlah dirimu. Pada setiap malam Allah SWT memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka.” (HR Tirmidzi).
c.    Puasa bulan Ramadhan adalah sebagai penebus dosa hingga datangnya bulan Ramadhan berikutya Rasulullah SAW bersabda:
اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَاُن إلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاةٌ مَا بَيْنَهُنَّ إذَاجْتَنَبَ اْلكَبَائِرَ
“Jarak antara shalat lima waktu, shalat jum’at dengan jum’at berikutnya dan puasa Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya merupakan penebus dosa-­dosa yang ada di antaranya, apabila tidak melakukan dosa besar.” (HR Muslim).
d.  Puasa Ramadhan bisa menebus dosa-dosa yang telah lewat, dengan syarat puasanya ikhlas. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa dibulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim).
e.  Barangsiapa memberi buka orang yang puasa maka mendapat pahala sebanyak pahala orang puasa tersebut:
مَنْ فَطَرَ صَائِمًا كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أجْرِ الصَّا ئِمِ لَا يَنْقُصَ مِنْ أجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌ
Barangsiapa memberi perbukaan (makanan atau minuman) kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut. (HR Ahmad).

f.     Sedekah yang paling baik adalah pada bulan Ramadhan.
أيُّ الصَّدَقَةِ أفْضَلُ؟ قَالَ صَدَقَةٌ فَيْ رَمَضَانَ
Rasulullah SAW pemah ditanya; Sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: “Yaitu sedekah dibulan Ramadhan.” (HR Tirmidzi.)
g. Orang yang banyak beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan, maka dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim).
h.    Doa orang yang berpuasa adalah mustajab Rasulullah SAW bersabda:
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ ؛دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ
Ada tiga macam doa yang mustajab, yaitu doa orang yang sedang puasa, doa musafir dan doa orang yang teraniaya. (HR Baihaqi).
i.    Puasa dan Al-Qur’an yang dibaca pada malam Ramadhan akan memberi syafaat kepada orang yang mengerjakannya kelak dihari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:
اَلصُّيَامُ وَاْلقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ يَقُوْلُ اَلصِّيَامُ أيْ رَبِّ مَنَعْتُهُُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتَ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فَيْهِ وَيَقُوْلُ اْلقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِالَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ قَالَ فَيُشَفِّعَانِ
Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: “Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari ِAl-Qur’ an juga berkata: “Aku mencegahnya dari tidur dimalam hari, maka kami mohon syafaat buat dia.” Beliau bersabda: “Maka keduanya dibolehkan memberi syafaat.”  (HR Ahmad).
j.    Orang yang melaksanakan Umrah pada bulan Ramadhan maka mendapat pahala seperti melakukan Haji. Rasulullah SAW bersabda:
فَإِنَّ عُمْرَةَ فِيْ رَمَضَانَ حَجَّةٌ
Sesungguhnya umrah dibulan Ramadhan sama dengan pahala haji. (HR Bukhari)
Disamping keutamaan di atas ada beberapa keutamaan lainnya yang terdapat dalam bulan Ramadhan, yaitu:
a. Pada awal-awal bulan ramadhan Allah SWT akan senantiasa memperhatikan ummat Muhammad dengan detail. Segala amal perbuatan baik akan dilipat gandakan. Yang sunnah-sunnah seakan mejadi wajib sedangkan amalan-amalan wajib akan menjadi lebih dari biasanya. Dan barangsiapa yang diperhatikan oleh Allah SWT niscaya dia akan terhindar dari adzab.
b.    Bau mulut orang yang berpusa yang berbau tidak sedap akan berubah menjadi wangi sekali melebihi wangi kasturi pada saat hari kiamat nanti.
c.    Pada setiap malam bulan Ramadhan akan ada berpuluh puluh ribu malaikat yang tuun ke bumi dan senentiasa memohonkan ampun bagi mereka orang orang yang memanfaatkan malamnya dengan bersimpuh, berdzikir serta beribadah pada Allah SWT.
d.   Allah SWT akan memerintahkan syurga untuk berhias diri, sehingga ummat Muhammad yang akan masuk syurganya Allah SWT akan senatiasa merasa nyaman dan tenang.
e.   Pada akhir-akhir bulan Ramadhan Allah SWT akan melebur dosa-dosa bagi orang yang selalu bertakwa dan beriman pada Allah SWT.
6.    Amalan-amalan di Bulan Ramadhan
Karunia terbesar dari Allah SWT untuk ummat Islam adalah bulan Ramadhan, karena dua hal terpenting di bulan Ramadhan adalah diwajibkannya puasa dan turunnya Al-Qur’an. Al-Qur’an menjadi pedoman bagi orang yang bertaqwa dan puasa menghantarkan orang beriman menjadi mutaqqiin. Dan amaliyah Ramadhan terfokus pada dua aktifitas tersebut. Sedangkan amaliah lainnya tidak lepas dari ibadah untuk mengkondisikan hati dalam menerima Al-Qur’an dan upaya orang beriman untuk mengaplikasikan Al-Qur’an. Untuk lebih mengetahui amaliyah Ramadhan, maka kita harus melihat dan mencontoh amaliyah Rasulullah saw di bulan Ramadhan. Di bawah ini amaliyah yang dilakukan Rasulullah saw di bulan Ramadhan di antaranya:
a.    Shiyam (puasa).
Shaum atau shiyam bermakna menahan (al-imsaak), dan menahan itulah aktifitas inti dari puasa. Menahan makan dan minum serta segala macam yang membatalkannya dari mulai terbit fajar sampai tenggelam matahari dengan diiringi niat. Jika aktifitas menahan ini dapat dilakukan dengan baik, maka seorang muslim memiliki kemampuan pengendalian, yaitu pengendalian diri dari segala hal yang diharamkan Allah SWT. Dalam berpuasa, orang beriman harus mengikuti tuntunan Rasulullah saw  atau sesuai dengan adab-adab Islam sehingga puasanya benar dan tidak sia-sia baik kwalitasnya maupun kwantitasnya.
b.    Berinteraksi dengan Al-Quran.
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran sebagaimana bunyi ayat sebagai berikut:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al baqarah:185)
Pada bulan ini Al-Qur’an benar-benar turun ke bumi (dunia) untuk menjadi pedoman manusia dari segala macam aktifitasnya di dunia. Dan malaikat Jibril turun untuk memuroja’ah (mendengar dan mengecek) bacaan Al-Quran dari Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam. Maka tidak aneh jika Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam lebih sering membacanya pada bulan Ramadhan. Iman Az-Zuhri pernah berkata:
“Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca Al-Quran.”
Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid dan esensi dasar diturunkannya Al-Quran untuk ditadabburi, dipahami, dan diamalkan sebagaimana firman Allah SWT:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”  (QS.Shod: 29).
Pada Ramadhan umat Islam harus benar-benar berinteraksi dengan Al-Qur’an untuk meraih keberkahan hidup dan meniti jenjang menuju umat yang terbaik dengan petunjuk Al-Qur’an. Berinteraksi dalam arti hidup dalam naungan Al-Qur’an baik secara tilawah (membaca), tadabbur (memahami), hifzh (menghafalkan), tanfiidzh (mengamalkan), ta’liim (mengajarkan) dan tahkiim (menjadikannya sebagai pedoman). Rasulullah saw  bersabda:
“Sebaik-baiknya kamu orang yang mempelajari Al-Qur’an dan yang mengajarkannya.”
c.    Qiyam Ramadhan (Shalat Terawih)
Ibadah yang sangat ditekan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam di malam Ramadhan adalah Qiyamu Ramadhan. Qiyam Ramadhan diisi dengan sholat malam atau yang biasa dikenal dengan sholat tarawih. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan penuh iman dan perhitungan, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun’aliahi)
d.    Memperbanyak Dzikir, Do’a dan Istighfar
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana kebaikan pahalanya dilipatgandakan, oleh karena itu jangan membiarkan waktu sia-sia tanpa aktifitas yang berarti. Di antara aktifitas yang sangat penting dan berbobot tinggi, namun ringan dilakukan oleh umat Islam adalah memperbanyak dzikir, do’a dan istighfar. Bahkan do’a orang-orang yang berpuasa sangat mustajab, maka perbanyaklah berdo’a untuk kebaikan dirinya dan umat Islam yang lain, khususnya yang sedang ditimpa kesulitan dan musibah. Sementara do’a dan istighfaar pada saat mustajab adalah:
1. Saat berbuka puasa.
2.  Sepertiga malam terakhir, yaitu ketika Allah SWT turun ke langit dunia dan berkata:Siapa yang bertaubat ? Siapa yang meminta ? Siapa yang memanggil, sampai waktu shubuh (HR Muslim).
3. Memperbanyak istighfar pada waktu sahur. Allah SWT berfirman, Dan waktu sahur mereka memohon ampun.
4. Mencari waktu mustajab pada hari Jum’at, yaitu disaat-saat terakhir pada sore hari Jum’at.
5.   Duduk untuk dzikir, do’a dan istighfaar di masjid, yaitu setelah menunaikan sholat Shubuh sampai terbit matahari. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Barangsiapa shalat Fajar berjama’ah di masjid, kemudian tetap duduk berdzikir hingga terbit matahari, lalu sholat dua rakaat, maka seakan-akan ia mendapat pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR At-Tirmidzi)
e.    Shodaqoh, Infak dan Zakat
Rasulullah saw adalah orang yang paling pemurah dan di bulan Ramadhan beliau lebih pemurah lagi. Kebaikan Rasulullah saw di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena begitu cepat dan banyaknya. Dalam sebuah hadits disebutkan:
أفضل الصدقة صدقة رمضان
Sebaik-baiknya sedekah yaitu sedekah di bulan Ramadhan.” (HR Al-Baihaqi, Alkhotib dan At-Turmudzi)
Dan salah satu bentuk shodaqoh yang dianjurkan adalah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti sabda beliau:
من فطّرَ صائِماً كانَ لهُ مثْلُ أجرِهِ غَيْرَ أنّهُ لا يَنْقُصُ مِنْ أجْرِ الصّائِمِ شيئاً
“Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
f.      Menuntut Ilmu dan Menyampaikannya.
Bulan Ramadhan adalah saat yang paling baik untuk menuntut ilmu ke-Islaman dan mendalaminya. Karena di bulan Ramadhan hati dan pikiran sedang dalam kondisi bersih dan jernih sehingga sangat siap menerima ilmu-ilmu Allah SWT. Maka waktu-waktu seperti ba’da shubuh, ba’da dhuhur dan menjelang berbuka sangat baik sekali untuk menuntut ilmu, seperti melalui instrumen diskusi, kultum dan sebagainya. Pada saat yang sama para ustadz dan da’i meningkatkan aktifitasnya untuk berdakwah menyampaikan ilmu kepada umat Islam yang lain.
g.     Umrah.
Umrah pada bulan Ramdhan juga sangat baik dilaksanakan, karena akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah saw kepada seorang wanita dari Anshor yang bernama Ummu Sinan :
Agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah saw.(HR.Bukhari dan Muslim).
h.     I’tikaf.
I’tikaf adalah puncak ibadah di bulan Ramadhan. Dan I’tikaf adalah tetap tinggal di masjid taqqorrub kepada Allah SWT dan menjauhkan diri dari segala aktifitas keduniaan. Dan inilah sunnah yang selalu dilakukan Rasulullah saw pada bulan Ramadhan, disebutkan dalam hadits:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَه
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam ketika memasuki sepuluh hari terakhir menghidupkan malam harinya, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya. (HR Bukhari dan Muslim).
i.      Mencari Lailatul Qada.
Lailatul Qodar (malam kemuliaan) merupakan salah satu keistimewaan yang Allah SWT berikan kepada umat Islam melalui Rasulnya shalallahu’alaihi wa sallam. Malam ini nilainya lebih baik dari seribu bulan biasa. Ketika kita beramal di malam itu berarti seperti beramal dalam seribu bulan. Malam kemuliaan itu waktunya dirahasiakan Allah SWT. oleh karena itu Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam menganjurkan untuk mencarinya. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Carilah di sepuluh terakhir bulan Ramadhan, dan carilah pada hari kesembilan, ketujuh dan kelima. Saya berkata, wahai Abu Said engkau lebih tahu tentang bilangan. Abu said berkata : Betul. Apa yang dimaksud dengan hari kesembilan, ketujuh dan kelima. Ia berkata: Jika sudah lewat 21 hari, maka yang kurang 9 hari, jika sudah 23 yang kurang 7 dan jika sudah lewat 5 yang kurang 5.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Al-baihaqi)
Ketika kita mendapatkannya, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk membaca doa berikut:
اللَّهمَّ إنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنىِّ
j.       Menjaga Keseimbangan dalam Ibadah.
Keseimbangan dalam beribadah adalah sesuatu yang prinsip, termasuk melaksanakan ibadah-ibadah mahdhoh di bulan Ramadhan. Kewajiban keluarga harus ditunaikan, begitu juga kewajiban sosial lainnya. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam senantiasa menjaga keseimbangan, walaupun beliau khusu’ dalam beribadah di bulan Ramadhan, tetapi tidak mengabaikan harmoni dan hak-hak keluarga. Seperti yang diriwayatkan oleh istri-istri beliau, Aisyah dan Ummu Salamah RA, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam adalah tokoh yang paling baik untuk keluarga, dimana selama bulan Ramadhan tetap selalu memenuhi hak-hak keluarga beliau. Bahkan ketika Rasulullah berada dalam puncak praktek ibadah shaum yakni I’tikaf, harmoni itu tetap terjaga.

7.    Memelihara Kesucian Ramadhan Pasca Bulan Ramadhan
Kita tinggalkan Ramadhan. Bulan yang telah membersihkan jasmani dan menyucikan rohani kita. Mulai hari ini kita semua memikul beban berat untuk mempertahankan kesucian ini. Selama sebulan, Allah yang Maha Melihat, menyaksikan kita bangun di waktu dini hari dan mendengar rintihan istighfar kita. Alangkah malangnya bila setelah hari ini Allah SWT menyaksikan kita tidur lelap bahkan melewati waktu shubuh seperti bangkai tak bergerak. Selama sebulan bibir kita bergetar dalam do’a, zikir dan kalam suci Al-Qur’an. Alangkah celakanya bila bibir yang sama kita gunakan untuk menggunjing, memfitnah, dan mencaci maki saudara-saudara mukmin kita.
Setiap malam, selama sebulan, kita teguhkan langkah kaki kita berjalan ke masjid untuk melaksanakan shalat-shalat sunnah tarawih sampai belasan rakaat. Sungguh zalimya diri kita bila setelah hari ini, bahkan panggilan adzan shalat-shalat fardhu pun kita abaikan, masjid-masjid kita biarkan kosong, dan shalat berjamaah tiada lagi kita tegakkan. Selama sebulan kita melaparkan perut kita dari makanan dan minuman halal di siang hari. Relakah kita bila setelah hari ini kita penuhi perut yang sama dengan makanan dan minuman yang subhat dan haram.
Selama sebulan telah kita kekang hawa nafsu kita, kita kerdilkan ia, kita kuasai dan kita ubah dia menjadi pelayan kita. Maka alangkah bodohnya apabila setelah Idul Fitri ini, kita tempatkan kembali hawa nafsu menjadi raja  dan kita menjadi jongosnya. Selama sebulan telah susah payah kita bilas dosa kita, telah kita sucikan pikiran dan hati kita, maka sungguh celakanya apabila setelah Idul Fitri ini pikiran dan hati yang  suci itu kita cemplungkan kembali ke dalam jelaga dosa dan kemaksiatan. Hanya kerbau yang tidak punya akal saja yang kembali masuk ke dalam lumpur setelah si gembala bersusah payah membersihkannya. Bukankah Allah SWT  sudah menegur kita:
وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain[838]. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” (QS. An Nahl:92)
Dalam hadist, Nabi saw. juga sering mengingatkan sahabat-sahabatnya: tadinya ia selalu bangun malam, tapi sayang ia kemudian meninggalkannya). Pasca Ramadhan kita akan diuji apakah kita termasuk orang yang disebut Al-Qur’an dalam surat Al-A’laa sebagai “man tazakkaa wazakarasma Rabbihii fashallaa.” (mereka yang istiqamah menjaga kesucian dirinya,  selalu mengingat Tuhannya, dan tetap menegakkan shalatnya). Ataukah kita termasuk kelompok kedua, yang tu’tsiruunal hayaatad-dunyaa (dilenakan kembali oleh kehidupan dunia). Apakah setelah Ramadhan berlalu kita tetap sebagai al-mar’aa (rumput yang subur nan hijau) setelah disirami oleh mata air keberkahan Ramadhan. Ataukah rumput yang subur nan hijau itu perlahan layu, kering, mati dan berubah menjadi ghutsaa’an ahwaa (sampah yang hitam dan bau). Setelah hari ini kita akan diuji apakah kita termasuk golongan yang disebut Rasul saw sebagai Ash-Shooim, yakni orang yang puasanya telah merubah dirinya menjadi lebih takwa, lebih syukur, lebih sabar, dan lebih tawadhu. Atau sebaliknya, kita termasuk golongan Al-Jawwaa’, yakni orang yang tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali hanya merasakan lapar dan haus saja. Puasanya tidak memberi perubahan  apapun pada mentalnya, semangat hidupnya, sikap dan perilakunya.
Termasuk golongan manakah kita? Jawabannya akan terlihat setelah Idul Fitri ini! Apabila kita semakin berhati-hati menjaga seluruh anggota badan kita dari kemaksiatan, tetap menjaga perut kita dari semua makanan yang subhat dan haram,  tetap mampu mengendalikan gejolak hawa nafsu dari perbuatan yang dilarang, tetap istiqamah ruku’ dan sujud di ujung malam ketika banyak orang tertidur pulas, tetap menghidupkan hati dengan Al-Qur’an  dan zikir, serta tetap peduli terhadap penderitaan kaum fuqara dan masakin, insya Allah kita termasuk kelompok Ash-Shoo’im. Sebaliknya, bila hati kita kembali dipenuhi purbasangka, iri dengki, dan dendam kesumat terhadap sesama; bila bibir kita kembali mengumbar caci-maki, gosip, dan fitnah; bila perut kita kembali dijejali makanan yang haram dan subhat; bila tangan kita kembali berbuat zalim kepada sesama; dan bila kita miskin empati dan kering kepedulian kepada kaum dhu’afa, maka sudah pasti kita masuk ke dalam kelompok Al-Jawwa’, orang yang melaparkan diri saja. Tidak lebih tidak kurang.
Al-Qur’an menyebut orang-orang yang tidak bisa diperbaiki lagi, bahkan dengan pelatihan Ramadhan sekalipun, sebagai Al-Asyqaa, orang yang celaka.
سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى (١٠)وَيَتَجَنَّبُهَا الأشْقَى (١١)الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى (١٢)ثُمَّ لا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا (١٣)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (١٤)وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (١٥)بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (١٦)وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (١٧)إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى (١٨)صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى (١٩)
“Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, sedangkan orang-orang yang celaka akan menjauhinya. (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian Dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia shalat. Tetapi kamu (tetap) memilih kehidupan duniawi.  padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu,  (yaitu) Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa.” (Al-A’la : 10-19)
Agar kita semua tidak masuk ke dalam kelompok Ghutsaa’an ahwaa, Al-Jawwaa’ atau Al-Asyqaa, marilah kita semua bertekad untuk meramadhankan hidup kita; mewarnai hari-hari kita dengan nilai-nilai Ramadhan. Menghidupkan nilai-nilai Ramadhan maknanya:
1.     Jadikan hati yang bersih sebagai panglima yang memandu anggota badan dan pikiran kita. Jangan biarkan hawa nafsu dan syetan leluasa mengendalikan kita. Tundukkan hawa nafsu dan syetan dengan disiplin beribadah dan membangun kedekatan dengan Allah SWT, Pelindung kita.
2.     Jauhi Harta Haram. Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan untuk mengambil yang haram. Harta haram adalah khobaa’is (najis/kotoran) yang akan merusak jaringan tubuh dan otak kita, menumpulkan hati kita, menghancurkan keluarga kita dan menjerumuskan masyarakat kita ke lembah kehinaan.
3.  Tetaplah peduli dan berempati kepada kaum dhuafa. Karena kedermawanan (as-sakhawah) akan mengangkat derajat kita ke maqam tertinggi di sisi Allah. Santuni anak yatim, berdayakan kaum fakir miskin, dan belalah orang-orang yang tertindas dan terzhalimi. Insya Allah, Allah SWT akan menjaga dan memuliakan hidup kita.
4.     Biasakan belajar dan bekerja keras, tekun, pantang menyerah, penuh disiplin, dan pandai memanfaatkan waktu seefektif dan seproduktif mungkin. Kemajuan Islam hanya bisa diciptakan bila kita semua mau merubah diri menjadi pribadi-pribadi unggul (unggul penampilan, unggul karakter, unggul prestasi). Pribadi-pribadi muslim yang bermental positif (tidak hanya berkeluh kesah), produktif (tidak konsumtif) dan kontributif (tidak menjadi beban).
5.    Tetaplah dalam jamaah. Beribadah, bermuamalah, maupun bersiyasah, lakukanlah secara berjamaah. Tidak ada hal yang tidak mungkin diwujudkan bila kita berjamaah. Sebatang lidi akan kesulitan menghela sehelai daun. Tapi seikat sapu lidi akan mampu membersihkan halaman. Umat Islam selalu terpuruk dan termarjinalkan nasibnya karena sulit bersatu hampir dalam segala hal. Sehingga mudah diadu domba dan diceraiberaikan. Padahal dengan berjamaah, bersatu-padu akan membuat kita lebih kuat dan tak terkalahkan.
Semoga Allah SWT memasukkan kita semua ke dalam golongan orang-orang yang takut pada peringatan-Nya, yang selalu memelihara kesucian dirinya, dan selalu memilih kenikmatan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.
8.    Penutup
Setelah tinggalkan Ramadhan; bulan penuh rahmat, berkah dan ampunan. Rasulullah SAW selalu melepas bulan Ramadhan dengan penuh kesedihan. Seperti tak ingin berpisah dengannya, beliau sujud dan merintih dengan do’a-do’a yang panjang. Derai air mata tiada henti membasahi wajahnya nan mulia. Begitu pula para sahabat, tabi’in, dan salafus-shalih. Mereka biasa melepas bulan mulia ini dengan penuh keharuan. Ali Zainal Abidin As-Sajjad, semoga Allah SWT merahmati dan meridhainya, cicit Rasulullah Saw, selalu menangisi perpisahan dengan Ramadhan. Dengan berurai air mata beliau mengucapkan salam perpisahan pada bulan yang agung ini. Bulan yang menyertainya dalam ketaatan dan pengabdian terindah kepada allah. Bulan yang menaburkan harapan hamba akan limpahan rahmat dan ampunan Allah SWT.
Noote: Diedit dari berbagai website di internet.