Khutbah Pertama
IDUL FITRI MOMENTUM MENUJU INDONESIA LEBIH BAIK
IDUL FITRI MOMENTUM MENUJU INDONESIA LEBIH BAIK
Al Fitri
Johar Chaniago
(Hakim
Pratama Madya Pengadilan Agama Tanjungpandan)
"Disampaikan Dalam Pelaksanaan Shalat Ied di Lapangan Parkir Pasar Dekon Kotabumi"
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله
الحمد الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلا لآإله
إلا الله و لا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون لآإله
إلا الله وحده صدق وعده و نصر عبده و أعز جنده و هزم الأحزاب وحده لآإله
إلا الله الله أكبر الله أكبر و لله الحمد.
الحمد
لله الذي ألف بين قلوبنا فأصبحنا بنعمته إخوانا. الحمد لله الذي
أرسل رسوله بالهدى و دين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون .أشهد أن لآإله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول الله. اللهم صلي على
محمد و على آله و أصحابه و أنصاره و جنوده و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. فقال الله
تعالى في كتابه الكريم: أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله
الحمد
Hadirin wal hadirat
kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia.
Di pagi hari ini, ketika sang surya mulai merangkak menyinari bumi,
seiring gema takbir, tasbih dan tahmid pun membahana di seluruh
penjuru negeri. Kita semua yang hadir disini datang menghadap Allah SWT dengan menundukkan
kepala diharibaan-Nya, dan dengan hati khusyu mengagungkan kebesaran-Nya,
mensucikan asma-Nya dan menggemakan pujian-pujian untuk-Nya, menyadari betapa
kecilnya kita dihadapan-Nya, betapa butuhnya kita pada rahmat-Nya, dan betapa
tidak berartinya kehidupan ini tanpa agama-Nya serta tanpa Rasul-Nya. Di pagi hari ini juga, dengan berat hati kita diinggalkan bulan
suci Ramadhan, bulan dimana Allah SWT membagi rahmat-Nya, menurunkan maghfirah-Nya,
dan membuka peluang selebar-lebarnya untuk membebaskan hamba-hamba-Nya dari
siksa neraka serta menyediakan malam lailatul qodr, malam yang lebih
baik dari seribu bulan (83,3 tahun). Bulan dimana Allah Ta’ala menurunkan Al Quran,
menjadi petunjuk bagi segenap manusia, hingga akhir zaman, dalam mengarungi
lautan kehidupan, sehingga dengan petunjuk itu manusia dapat mengapai pantai
keselamatan dan agar dapat manusia membedakan antara yang hak dengan bathil.
Firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 185:
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ
الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil.
Pagi hari ini sekali lagi dengan berat hati kita meninggalkan bulan
Ramadhan. Semoga atsar (bekasnya) amalan ibadah yang kita lakukan dapat
menghantar kita kembali kepada fitrah kita, fitrah yang menyemai taqwa
dan iman dalam dada kita, fitrah yang menyingkap tabir kebenaran bagi mata hati
kita, fitrah yang membuka rahasia kepalsuan dunia seperti fatamorgana, fitrah
yang selamanya menyatukan kita dengan kehendak-kehendak Allah yang termaktub
dalam kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya. Perjuangan berat yang kita lalui selama
bulan Ramadhan untuk menaklukkan musuh melawan hawa nafsu, barangkali telah
menciptakan suasana keimanan yang sejuk dalam hati dan bathin kita, suasana
yang tercipta dari saat-saat taqarub ilallah melalui instrumen ibadah,
dan saat-saat kejauhan dari hiruk pikuk kesenangan dunia. Hari ini kita semua
hadir disini, mengalir bagaikan arus air bah menuju satu muara, yaitu muara fitrah
dengan ungkapan “minanl ‘aidin wal faiizin”. Disini semua kegembiraan
kita tumpah ruah menyambut hari kemenangan bagi yang melaksanakan shaum
Ramadhan. Kegembiraan itu terlihat pada sorot sinar mata, pada senyum, pada
pakaian, dan pada makanan kita. Hari ini kita semua bergembira dan bersuka
cita, istri-istri kita membuat kue yang lezat, anak-anak kita mengenakan pakaian
semuanya serba baru, sebaru jiwa kita yang baru saja melewati masa pembinaan
selama satu bulan melalui traning centre Ramadhan.
الله أكبر الله أكبر الله
أكبر و لله الحمد
Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah.
Andaikan saja
kita semua maulah menghayati inti risalah
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan menyadari persoalan bangsa yang
pada saat ini sedang tidak henti-hentinya dirindung malang, mendapatkan berbagai
ujian dari Allah SWT, serta memperhatikan bagaimana perjuangan Rasulullah dalam
membangun masyarakat yang damai dan sejahtera baik di Makkatulmukaramah
maupun di Madinatumunawarah melalui ajaran Islam, maka dalam suasana
Idul Fitri ini tepat kiranya jika kita gunakan momentum untuk membangun
Indonesia ke depan dalam rangka menuju negeri yang aman sentosa di bawah
ampunan Allah SWT (baldatun thaibatun warabbun ghafur). Sehingga, puasa
Ramadhan yang telah kita lalui dan Idul Fitri ini benar-benar berhasil
dijadikan sebagai momentum untuk membangun gerakan kebangkitan bangsa menuju
Indonesia yang adil, sejahtera dan bermatabat, paling tidak bahwa ibadah selama
bulan Ramadhan sampai hari raya Idul Fitri ini melahirkan beberapa hal sehingga
kita jadikan pedoman dalam hidup berbangsa dan bernegara baik bagi pemimpin
maupun rakyat, di antaranya sebagai berikut:
Pertama, Puasa dan Idul
Fitri seyogyanya mampu menelurkan pola permikiran yang benar dan kesadaran yang
tinggi terhadap persoalan bangsa yang esensial. Persoalan bangsa bukan hanya
persoalan pemimpin sekaligus menjadi persoalan kita semua. Yang dihadapi
sekarang ini sesungguhnya, bukanlah hanya sebatas menyangkut bidang ekonomi
atau apalagi hanya sebatas ketimpangan ekonomi seperti kekurangan sembako,
pengangguran, dan kemiskinan, melainkan lebih mendasar dan luas dari sebatas
itu. Ada sementara persepsi yang mengatakan bahwa jika masyarakat sudah dapat
memenuhi kebutuhan pokoknya, maka persoalan kehidupan telah
selesai. Memang membangun ekonomi adalah penting, akan tetapi
pemenuhan ekonomi bukanlah segala-galanya. Bahkan ada yang berani menegaskan,
masalah utama keterpurukan bangsa saat ini adalah masalah perekonomian, jika
masalah ekonomi bisa ditanggulangi maka negara akan menjadi baik. Demikianlah,
masalah ekonomi seakan-akan masalah yang paling inti dari kehidupan ini.
Mungkin saja, para pencetus pemikiran tersebut terpengaruh dengan sebuah hadits
yang beredar di masyarakat yaitu “Hampir-hampir kefakiran itu menjadi
kekufuran”.
كادالفقر أن يكون كفرا.
Sesungguhnya bangsa yang besar dan berperadaban tinggi selalu dibangun atas
dasar keyakinan (iman dan taqwa yang kukuh), jiwa atau spritualitas yang dalam,
ilmu pengetahuan yang luas, serta akhlaqulkarimah. Keadaan ekonomi yang
kurang baik, di tengah-tengah negeri yang subur dan makmur sesungguhnya
merupakan akibat dari lemah dan rendahnya iman, ketaqwaan, dan spritualitas, serta
juga dipicu keterbatasan ilmu pengetahuan dan akhlaq yang disandangnya. Betapa
pentingnya aspek-aspek ini untuk membangun peradaban ummat manusia, maka wajarlah
ayat-ayat Al Qur’an pada fase awal yang diterimakan kepada Rasulullah stresingnya
adalah menyangkut ilmu pengetahuan (yakni dalam bentuk perintah membaca),
larangan berbuat angkara murka dan sebaliknya beliau diperintah untuk membangun
akhlaq yang mulia. Bukankah Allah SWT menyatakan kepada
penduduk suatu negeri untuk meletakan dasar-dasar iman dan taqwa untuk mencapai
keberkahan hidup dan kesengsaraan bagi yang mengingkarinya, sebagaimana dalam
QS. Al ‘Araf ayat 7:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya
penduduk suautu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله
الحمد
Sidang Jamaah Ied
yang terhormat.
Kedua, Puasa dan Idul Fitri sudah seharusnyalah membangkitkan rasa optimisme yang kuat akan kehidupan hari esok yang lebih baik. Akhir-akhir ini, sempat terhembus munculnya dari kalangan luas rasa
pesimisme yang berkelebihan terhadap keadaan negeri ini. Barangkat dari
pesimisme itu, bangsa ini dilabeli dengan identitas yang sedemikian rendah,
seperti disebutnya sebagai bangsa yang terpuruk, bangsa terkorup, bangsa yang
carut marut, bangsa yang berada pada titik nadir dan istilah-istilah lain yang
kurang menguntungkan bahkan itu tak lebih hanya menampar air di dulang.
Istilah-istilah seperti itu bisa jadi akan melahirkan mental bangsa yang
inferior, tidak percaya diri, putus asa dan selalu berharap pada uluran
pertolongan dan belai kasihan dari bangsa lain. Oleh karena itu
merendahkan identitas bangsa dengan istilah-istilah seperti itu sesungguhnya
tidak menguntungkan, apalagi jika hal itu dikaitkan dengan upaya menumbuh
kembangkan kebanggaan anak bangsa yang bermatabat ke depan. Bangsa Indonesia
sesungguhnya tidak semalang dan separah itu. Kalaupun ada hanya sekedar permainan
spekulan dan koruptor dari segelintir elit yang tidak bermoral saja, namun
yakinlah dengan penegakkan supremasi hukum dan penghargaan kesejahteraan terhadap
aparatnya, bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar bahkan berpotensi menjadi
kekuatan baru dunia Islam “Allahu Akbar.” Kita harus
memilik rasa optimisme yang tinggi selaku elemen bangsa yang mempunyai visi
jauh kedepan untuk menyongsong har esok
yang lebih baik sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Hashr ayat 22:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ .
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang beruntung, memiliki sumber daya alam yang terdiri dari
beribu-ribu pulau besar dan kecil, tanahnya subur, samudera, teluk dan lautan
yang terbentang luas, beraneka tambang, dan hasil hutan yang rindang, pertanian
yang subur serta sumber daya manusianya yang berjumlah besar. Semua itu adalah
karunia Allah SWT, yang seharusnya selalu disyukuri dan dijadikan modal untuk
membangun kemakmuran bersama. Puasa dan Idul Fitri harus mampu
menumbuh-kembangkan sikap optimisme itu. Kita tidak boleh putusa aja karena
putus asa itu bukan watak dan sifatnya seorang yang beriman, dan yakinlah segala
sesuatu yang bathil itu akan lenyap dengan sendirinya bila kebenaran itu
telah datang.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله
الحمد
Saudara-saudara yang
terhormat.
Ketiga, Puasa dan Idul
Fitri moment yang tepat untuk menjadikan Indonesia bangkit, harus mampu
melahirkan sikap solidaritas sosial yang tinggi sesama hamba Allah, kemauan berjihad
dan berkorban sekuat tenaga. Membangun bangsa tidak akan berhasil jika tidak
terdapat orang-orang yang rela berjuang dan berkorban untuk kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sejarah telah membuktikan secara
jelas tentang hal itu. Indonesia berhasil meraih kemerdekaan dari penjajah
bangsa barat alias kaum kuffar, adalah sebagai buah dari adanya
kesediaan para pejuang yang ikhlas mengorbankan apa saja yang ada padanya yang
kadangkala mereka sendiri tidak sempat menikmati yang namanya kemerdekaan itu.
Demikian pula halnya, baginda Rasulullah Muhammad SAW tidak akan mampu mengubah
masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Madani yang damai dan
berperadaban tinggi jika tidak ditempuh melalui perjuangan dan pengorbanan yang
berat. Sewajarnya puasa yang kita jalani melahirkan
pribadi-pribadi yang relah berkorban untuk kepentingan bangsa bukan sebaliknya
justru kita mengorbankan bangsa ini untuk kepentingan dan memperkaya golongan.
Sudah sewajarnya kita memberi bukan menjarah uang rakyat. Berkorban dan cinta
tanah air, bukan mengorbankan atau mengadaikan
bangsa atas nama rakyat, bukankah rasa rela berkorban dan cinta tanah
air bagian dari keimanan, sebagaimana pernyataan Nabi SAW:
حب الوطان من الإيمان.
Cinta tanah air merupakan bagian
dari iman.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله
الحمد
Saudara-saudara yang terhormat.
Keempat, Puasa dan Idul
Fitri, selayaknya melahirkan sifat-sifat profektif, seperti shiddiq, amanah,
tabligh dan fathanah. Sifat-sifat itu sangat diperlukan untuk
membangun masyarakat yang lebih adil dan maju. Lebih daripada itu, puasa dan
Idul Fitri seharusnya berhasil melahirkan suasana batin yang pandai bersyukur,
ikhlas, tawakkal dan istiqamah. Sifat inilah
yang dipertontonkan oleh Rasulullah ketika memimpin ummatnya sehingga beliau
disegani oleh siapa saja dalam waktu 23 tahun beliau berhasil membimbing umat
manusia ke jalan yang benar. Jika puasa yang dikerjakan hanya sekedar menahan
lapar dan dahaga maka puasa itu tidak ada nilainya di sisi Allah. Itu sebabnya
Rasulullah saw. bersabda:
كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطشَ .
Betapa banyak
orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu
kecuali lapar dan dahaga” (HR Ahmad).
Hadirin hadis
ini memberikan gambaran kepada kita untuk senantiasa waspada dengan apa yang
akan kita perbuat. Sebab, puasa tidak hanya diwajibkan untuk menahan dari makan
dan minum, tetapi juga menahan mata dari memandang yang dilarang, menahan
telinga dari mendengar yang buruk, dan menahan mulut dari bicara kotor dan adu domba, mengumpat, dan menggunjing. Pun menjaga tangan dari berbuat
maksiat, menjaga kaki dari melangkah ke tempat yang dilarang serta menjaga fikiran dari sifat negatif yang akan merugikan diri sendiri,
orang lain dan bangsa. Oleh karena itu
kita sangat merindukan sosok pemimpin (imamah) yang menjamin mampu
mensejahterakan rakyat dan aparatnya yang dilandasi dengan sifat-sifat
Rasulullah tersebut, dari sifat Rasul ini tak satupun ketika beliau menerima
ayat dari Allah SWT yang disampaikannya sebuah kepalsuan tapi hanya semata-mata
wahyu yang diwahyukan, beliau dapat dipercaya (amanah) karena
sesungguhnya yang disampaikannya bukan doktrin
yang beliau rekayasa untuk hanya sekedar mencri populeritas namun semata-mata titipan Allah melalui malaikat Jibril as, atau tidak satupun
titipan yang disampaikan Jibril as kepada beliau yang dikorupsinya untuk
kepentingan isteri, anak dan golongan suku Quraisy tetapi 6666 ayat yang beliau
diterima utuh disampaikan tidak kurang satu ayatpun, dan beliau seorang pemimpin
yang cerdas dalam menyikapi situasi dan kondisi masanya
sehingga ayat yang disampaikan relevan dengan zaman dan keadaanya. Bayangkan
kalau sifat ini ditiru atau diwarisakan oleh pemimpin kita yang
lahir dari filosofi puasa, kita yakin korupsi tidak akan merajalela atau setidak-tidaknya bisa diminimalisir, hukum tidak akan dipermainkan
dan subsidi untuk simiskin tidak akan diselewengkan.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله
الحمد
Jamaah Idul Fitri yang dirahmati Allah.
Kelima, hal yang sangat
penting lainnya adalah melalui puasa dan Idul Fitri ini mampu melahirkan
pandangan tentang betapa pentingnya posisi pendidikan dan disiplin dalam
membangun bangsa ke depan. Banyak nilai yang dapat dipetik dari ibadah puasa
ini, sebagai upaya pendidikan karakter bangsa berbasis Tarbiyah
Islamiyah. Pendidik puasa pertama, adalah mendidik jiwa
ikhlas. Ikhlas berarti beramal semata-mata karena mengharap ridlo Allah SWT.
Puasa merupakan ibadah yang tidak dapat dipertontonkan pada orang lain. Kelelahan
fisik, kelesuan, mata cekung, bibir yang kering bukan menunjukkan puasa saja.
Puasa hanya dapat dijalankan dengan ikhlas. Karena itu, orang melakukannya
tidaklah karena tendensi manusia, tidak karena mendambakan kekayaan, tidak pula
ditujukan untuk mempertahankan kedudukan. Dalam puasa orang dididik bahwa
keridloan Allah lebih besar daripada dunia dengan segala isinya. Waridlwanun
MinaLLahi Akbar QS At Taubah ayat 72:
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ
طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ .
Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin,
lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai,
kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn
dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
Kedua,
pembersihan diri. Dalam menjalankan ibadah puasa seorang muslim dididik untuk
menghindarkan diri dari segala perbuatan tercela. Ia mengendalikan lidahnya
supaya tidak mengeluarkan kata-kata keji dan menyinggung orang lain. Bahkan,
jika dia dicemoohkan sekali pun, Nabi menyuruh kita untuk berkata Inni
shooimuni (saya sedang berpuasa). Ia mengendalikan telinganya,
pandangannya, seluruh anggota badannya, bahkan getaran hatinya.
Selanjutnya,
berbicara tentang pendidikan, tidak lepas dari eksistensi strategis wanita. Sebuah
riwayat dikisahkan sebuah bangsa akan menjadi baik jika para wanitanya mampu
memposisikan diri secara benar dan tepat, yakni sebagai pendidik bangsa bahkan
tak sedikit yang menentukan kebijakan dalam pengelolaan bangsa. Dikatakan: “Seorang
ibu adalah laksana sebuah sekolah, jika engkau mempersiapkannya dengan baik,
berarti engkau mempersiapkan suatu bangsa yang tangguh dan kukuh”. Jika
cara pandang dari nilai-nilai puasa dan Idul Fitri berhasil
ditumbuh-kembangkan, setidak-tidaknya oleh kita yang baru menjalankan ibadah
ini, maka akan berdampak pada kehidupan masyarakat secara luas. Selanjutnya,
gerakan uswah hasanah sebagai pendekatan strategis yang telah
dipilih oleh Rasulullah, seharusnya dapat dikembangkan untuk membangun bangsa
ini. Ini semua dapat dilakukan, jika jiwa besar dan ruh kebersamaan dalam
berbangsa dan bernegara berhasil ditumbuhkan dan diperkukuh. Dengan dengan
nilai pendidikan kita membuat planing kedepan agar kebodohan segera diatasi
dengan memberi kesempatan kepada setiap orang mengeyam pendidikan, sehingga
kedepan kita merencakan kehidupan yang lebih baik dari hari kemarin, hanya
orang-orang yang berilmulah yang diangkat derajat disisi Allah SWT, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. Al Mujadalah ayat 11 :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ .
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله
الحمد
Bapak
Ibu yang mulia.
Keenam, Puasa dan Idul
Fitri moment yang tepat dalam rangka rekonsiliasi antara sesama ummat Islam
baik antara orangtua dengan anak, sesama tetangga, karib kerabat dan sesama
pemimpin bangsa. Bukankah diawal puasa kita selalu saling memaafkan secara
langsung, media cetak dan elektronik, bener atau spanduk dan sebagainya..
Demikian juga saat datang Idul Fitri kita pertegas kembali, tanpa menyebut
salah dan kesalahan apa yang kita perbuat. Momen ini harus dipergunakan agar
tidak ada dendam, kebencian dan kemurkaan setelah ini, apapun faham yang kita
pedomani dalam beribadah, perjuangan dalam organisasi, bendera partai, dan suku
bangsa kita tetap satu sebagai ummat Muhammad SAW, yang terikat dengan Ukhwah Islamiyah,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Hujarat ayat 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا
بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
.
Orang-orang beriman itu sesungguhnya
bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Jika saling memaafkan telah terpatri, maka
saatnya telah kembali kepada kefitrahan sesungguhnya, dan sangatlah pantas kita
mendapatkan ungkapan:
من العائد والفائز كل عام وانتم بخير.
Demikian khutbah ini disampaikan semoga bermamfaat bagi kita, amien ya
Robalalamin.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Catatan: Jika
tidak pakai khutbah kedua langsung dengan doa.
Khutbah
Kedua
اَلْحَمْدُ اِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ, حَمْدًايُوَافِى
نِعَمَهُ وَيُكَا فِى مَزِيْدَهُ, يَا رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ
كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. أَشْهَدُ
اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ
الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ
بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ َا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا
اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ
اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ
اللهِ أَجْمَعِيْنَ.اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ. رَبَّنَا
لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا
وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ،
وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى
عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ
اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا
مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.عِبادَاللهِ اِناللهَ يَأمُرُ بِاالعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوهُ يَسْتَجِبْ
لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ.
Doa yang
pakai jika tidak pakai khutbah
kedua
اَلْحَمْدُ اِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ,
حَمْدًايُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَا فِى مَزِيْدَهُ, يَا رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ
وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ
سُلْطَانِكَ. .اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ
صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat,
mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ
الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang
dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى
هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ
زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ
شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia
merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia
menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali
kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan
dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ
مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا
تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا
مَصَائِبَ الدُّنْيَا.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu
yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan
ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula
keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.
اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا
وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا
وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ
تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ
عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui
pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia
warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan
agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan
puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang
tidak mengasihi kami.
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ
رَحِيم ٌ
Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik
di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab
neraka.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا
يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.
Adakah sosok Imamah yg berlandaskn sifat2 Rasul??? .. paling tidak "memiliki" meski tdk scr keseluruhan.. agree uda al ..., bhw ibu adlh sebuah madrasah,krn kebaikn sebuah negri ditentukn pula oleh kebaikn para wanitany...smg berkah Ramadhan tdk berlalu bgitu saja ..
BalasHapus