Sulit dimungkiri kita seringkali
memaknai ibadah puasa Ramadhan sebatas pada tataran praktis, seperti
usaha untuk menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan hal-hal yang dapat
membatalkan. Namun, jika kita cermati lebih jauh sesungguhnya seluruh
ajaran dan perintah yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya memiliki
muatan nilai-nilai filosofis, tidak terkecuali ibadah puasa Ramadhan.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah
menggambarkan bahwa dalam setiap ibadah terkandung esensi (filosofis) di
balik praktik, termasuk di dalam pelaksanaan ibadah puasa. Sebagaimana
sabda Rasulullah; “Betapa banyak orang berpuasa, namun perolehannya dari
puasa itu hanyalah lapar dan dahaga, dan berapa banyaknya orang yang
melakukan qiyamul-lail (ibadah malam), namun yang ia peroleh dari
qiyamul-lail tersebut hanyalah kelelahan tidak tidur belaka.” (HR Ahmad
dan Ibn Majah).
Jika dicermati secara saksama,
pelaksanaan puasa memiliki beberapa makna filosofis. Pertama,
penyempurnaan diri atau sering disebut takwa. Hal ini sebagaimana
terekam dalam surah Al-Baqarah ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Takwa merupakan sebuah
identitas paripurna yang keberhasilan interaksinya dengan Allah
tercermin dalam kebaikan interaksinya dengan sesama umat manusia. Karena
itu, takwa sebagai tujuan akhir puasa, tidak sekadar berdimensi
ketuhanan (ilahiah) atau spiritual, tapi juga berdimensi kemanusiaan
(basyariyah), sosial.
Nilai filosofis kedua yang terkandung dalam perintahan menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah memupuk rasa kasih sayang antarsesama umat manusia. Dengan menahan rasa lapar dan dahaga hati kita akan tersentuh dan merasakan kesengsaraan kaum dhu’afa yang senantiasa serba kekurangan dalam segala hal. Mereka menanti uluran tangan dan kemurahan hati kita untuk menyisihkan sebagian harta kita guna didermakan. Itulah sebabnya, dalam bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dan berbagi pada sesame dengan balasan pahala yang berlipat.
Nilai filosofis kedua yang terkandung dalam perintahan menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah memupuk rasa kasih sayang antarsesama umat manusia. Dengan menahan rasa lapar dan dahaga hati kita akan tersentuh dan merasakan kesengsaraan kaum dhu’afa yang senantiasa serba kekurangan dalam segala hal. Mereka menanti uluran tangan dan kemurahan hati kita untuk menyisihkan sebagian harta kita guna didermakan. Itulah sebabnya, dalam bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dan berbagi pada sesame dengan balasan pahala yang berlipat.
Nilai filosofis ketiga yang terkandung
dalam perintah menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah membina dan
menata diri kita kaum Muslim agar senantiasa hidup teratur, seperti
dalam mengkonsumsi makanan dan minuman atau dalam mengatur waktu.
Terkait hal ini, Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu
yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, tetapi
jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.” (QS 7: 31) Jika kita mengkonsumsi makanan dan minuman
dengan cara tidak teratur tentu akan mengakibatkan gangguan pencernaan
atau kesehatan. Karena itu, dengan mengatur pola makan dan minum secara
teratur akan menjadikan kita lebih sehat.
Nilai filosofis keempat dari perintah
menjalankan ibadah puasa yang tidak kalah penting adalah manajemen hati
agar lebih suci dan bersih. Hal ini memiliki arti penting agar kita
terhindar dari sifat-sifat tercela, seperti dengki, iri hati, dan riya’
(pamer). Jika sifat-sifat tercela itu tumbuh subur di hati kita, maka
ibadah puasa kita tidak akan mendapatkan ganjaran apa-apa selain rasa
lapar dan dahaga.
Harus diakui masih banyak di antara kita
yang terjebak pada rutinitas ibadah puasa semata. Puasa tidak lain
sekadar menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenam
matahari. Untuk itu, dengan mengetahui nilai-nilai filosofis di balik
perintah menjalankan ibadah puasa tersebut diharapkan kaum Muslim akan
kian suka cita dan khusyuk dalam menjalankan ibadah puasa dan
ibadah-ibadah lainnya selama bulan Ramadhan. Selain itu, kita juga akan
lebih termotivasi dalam menjalankan ibadah puasa Ramdhan guna mencapai
ridha Allah SWT. Mari kita jadikan ibadah puasa Ramadhan tahun ini
sebagai momentum untuk penyempurnaan diri lebih baik lagi.Sumber: http://edukasi.kompasiana.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Coment Anda Disini