|
Abstrak: Bangsa Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945
yang diproklamirkan oleh Soekarno- Hatta atas nama Bangsa Indonesia tepatnya
hari Jum’at pada pukul 10.15 WIB bertepatan 17 Ramadhan 1365 Hijriah dan
terinsprisai dari 17 Rakaat Shalat. Sehingga tidak berlebihan bahwa 17
in three sangatlah erat korelasinya, khusus bagi ummat Islam. Hal itu terdapat
pengakuan khusus Pendiri Republik ini dalam Pembukaan UUD 1945 atas berkat
Rahmat Allah Yang Maha Kuasa
|
Pelaksanaan puasa Ramadhan tahun ini
sangatlah istimewa. Awal puasa Ramadhan 1432 Hijriyah sebagai bulan istimewa
yang ditunggu-tunggu semua umat muslim di seluruh dunia terjadi bertepatan
dengan tanggal 1 Agustus 2011 Masehi dan kebetulan juga tanggal 17 Ramadhannya
bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-66. Momen ini
mengingatkan kita pada prosesi proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 silam. Ketika itu, terjadi pula pada bulan Ramadhan, bahwa Bangsa
Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 Masehi yang
bertepatan dengan 17 Ramadhan 1365 Hijriah pada hari Jumat pukul 10.15 WIB yang
diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta yang pada hari itu ummat Islam diwajibkan
untuk melaksanakan shalat Jumat. Meskipun banyak sumber yang
mengatakan bahwa proklamasi bertepatan dengan tanggal 8 Ramadhan, ada yang
mengatakan tanggal 9 Ramadhan, bahkan ada yang menyebutkan tepat tanggal 17
Ramadhan 1365 H. Kita tidak akan pernah mendapatkan data penting soal persitiwa
17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan 17 Ramadhan di buku-buku sejarah
kontemporer Indonesia manapun.
Melihat
kenyataan ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa pada bulan puasa pun dalam suasana
lapar dan dahaga para pendahulu kita tetap berjuang mengusir penjajah tanpa mengenal
lelah! Sehingga puasa bukan dijadikan tameng untuk bermalas-malasan. Mengapa proklamasi
bangsa ini bertepatan dengan Nuzulul Quran? Apakah ini hanya kebetulan
belaka, sengaja diciptakan, atau ada kekuatan lain yang merencanakannya?
Wallahu 'alam bi shawab. Namun hanya saja, yang
pasti terdapat tiga angka 17 yang menjadi angka sakral bagi bangsa Indonesia,
terutama bagi penduduknya yang mayoritas muslim, yakni 17 Agustus
(Proklamasi), 17 Ramadhan (Nuzulul Quran), dan 17 Rakaat (shalat).
Lantas,
apa hubungannya
(korelasi)
antara 17 Agustus dengan 17 Rakaat dan 17 Ramadhan?
Di
dalam Pembukaan UUD 1945 Alenia ke 3 tertulis, "Atas berkat rahmat Allah
Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya." Barang kali Rahmat yang Allah SWT berikan
untuk Bangsa Indonesia hanya berjumlah satu, bayangkan itu pun sudah lebih dari
cukup untuk seluruh rakyat Indonesia yang dan tidak akan habis. Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungghnya Allah mempunyai seratus rahmat, diturunkan ke bumi
hanya satu rahmat untuk penduduk dunia, maka mencukupi hingga habis ajal mereka
dan Allah akan mencabut rahmat itu yang satu pada hari kiamat untuk
menggenapkan pada yang sembilan puluh sembilan untuk diberikannya kepada para
wali dan ahli taat kepada-Nya.” (HR. Muslim). Yang harus dipahami, bahwa rahmat Allah itu hak pererogatif Allah. Allah
menentukan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya”. QS:3/74:
يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Allah menentukan rahmat-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS.
Ali Imran:74)
Dan
Allah mengetahui apabila mereka dibiarkan begitu saja dengan apa yang sudah
difahami, mereka akan meninggalkan amal dan bergantung kepada kehendak azali,
maka Allah berfirman: “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat dari orang-orang
yang berbuat baik”. QS:7/56:
وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ
خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.
Kepada
“Kehendak” segala sesuatu itu bersandar dan bukan kepada segala sesuatu
“Kehendak” itu bersandar. Artinya setiap muslim harus mampu menjadi penyebab
datangnya rahmat Allah itu kepada yang lain. Caranya tentu dengan berbuat baik
, ikhlas karena Allah, yang teraktual dengan sifat cinta dan kasih sayang.
Akhlak seperti inilah yang membuat umat Islam itu sebagai titisan rasul yang
tak lain rahmat bagi alam semesta. Atas perjuangan ikhlas para pahlawan atau
syuhada berjuang untuk meraihi kemerdekaan ini yang mereka sendiri tidak
menikmati apa itu arti sebuah kemerdekaan.
Sungguh sebuah pengakuan yang jujur dari para
pemimpin kita dahulu bahwa Proklamasi 17 Agustus hanya bisa diperoleh dengan berkat Rahmat Allah SWT. Tanpa Rahmat Allah SWT, sulit dibayangkan bahwa kemerdekaan ini akan
diraih. Jenderal mana yang berani bertaruh, bambu runcing bisa mengalahkan
meriam? Kalau meriamnya belina semua orang pasti bisa, ini kan meriamnya meriam
si Belanda. Ahli strategi perang mana yang berani menjamin bahwa tentara
dadakan mampu bertempur dan menang melawan tentara Belanda yang profesional dan
canggih? Para
pejuang kita dahulu, yang walaupun tidak semuanya namun sebagian besar adalah
umat Islam, tidak hanya bergerilya keluar masuk hutan membawa bambu runcing dan
senjata seadanya, tapi mereka juga menggunakan 17 Rakaat sebagai media untuk
memohon kepada Allah SWT agar kemerdekaan bisa diraih bahkan proklamir kemerdekaanpun bertepatan
dengan hari Jumat dimana hari yang mulia, penghulu sekalian hari. Sehingga ketika
kemerdekaan dicapai, fakta historis itu dicatat dalam sebuah ungkapan jujur,
"Dengan berkat rahmat Allah SWT…". Demikianlah
kita bisa melihat adanya keterkaitan yang jelas antara 17 Rakat Shalat dengan makna
17 Agustus. Para pejuang atau syuhada sadar bahwa
kemerdekaan ini tidak akan mungkin tercapai kalaulah bukan karena pertolongan
Allah SWT melalui instrumen sholat 5 waktu sehari semalam yang berjumlah 17
Rakaat.
Sebelum
mengungkap lebih jauh rahasia kemerdekaan Indonesia dibulan Ramadhan, marilah
sejenak mengingat, merenungkan (tadabbur) dan mengenang kembali
bagaimana perjuangan para syuhada yang telah gugur di medan peperangan.
Bagaimana mereka berjuang tanpa kenal lelah, tanpa kenal waktu, ikhlas tanpa
pamrih. Berjuang merelakan tetes demi tetes keringat dan darah, bahkan
merelakan nyawa mereka demi mempertahankan negera Indonesia tercinta. Dengan
adanya semangat juang membela tanah air yang merupakan bagian dari imanlah
bangsa ini bisa ini merdeka, karena spirit hadis berikutlah mereka berjuang:
حب الوطان
من الإيمان
Cinta tanah air merupakan bagian
dari iman.
Sementara itu bulan Ramadhan adalah saat diturunkannya Al Quran kepada Rasulullah SAW ketika menyendiri, di gua Hira puncak Jabal Nur (Gunung Cahaya), melalui perantara malaikat Jibri as dalam QS. Al Baqarah ayat 185 Allah SWT berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
(Beberapa hari yang
ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
Oleh karena itu yang ayat pertamanya diturunkan adalah QS. Al Alaq ayat 1-5:
Oleh karena itu yang ayat pertamanya diturunkan adalah QS. Al Alaq ayat 1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١)خَلَقَ
الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢)اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (٣)الَّذِي عَلَّمَ
بِالْقَلَمِ (٤)عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)
1.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dari ayat pertamanya "Iqra" (Bacalah!). Apa yang perlu
dibaca? Ayat Allah, baik alam ini maupun wahyu Allah, Al Quran. Dengan firman
pertama itu, seolah-olah Allah berkata, "Bacalah alam ini, pelajari, dan
budidayakan untuk kemaslahatan kalian semua! Bacalah Al Qur’an sebagai pedoman
hidup kalian". Keduanya harus kita jalankan dalam rangka menjaga
keseimbangan antara hati dan otak. Mengharmoniskan hubungan antara kemajuan
intelektual dengan kemantapan akidah. Pada bulan Ramadhan, kita dituntut untuk berlomba-lomba
mencari pahala dari Allah SWT. Pahala dilipatgandakan tak hingga derajatnya.
Syaitan dibelenggu menandakan kita harus berjibaku mencari kebaikan dan hidayah
Allah sebanyak-banyaknya. Kita harus berjuang sampai akhir Ramadhan untuk
mencapai tingkatan takwa. Titel yang sangat luar biasa bagi seorang mukmin.
Adapun
17 Agustus, kita diingatkan pada persitiwa sejarah masa lalu. Ketika penjajah
berusaha mengobrak-abrik kedaulatan negara ini, para pahlawan yang tanpa belas
kasih berusaha membelaa tanah air ini tanpa pamrih. Harta benda sampai
jiwa pun dikorbankan untuk mencapai satu tujuan mulia, Merdeka atau mati sahid dengan slogan ‘isykariman au
muutsyahidan” (Hiduplah mulia atau mati syahid).
Puncak dari deklarasi pertanda kemerdekaan negara ini, jatuh pada 17 Agustus.
Sebelum mengungkap lebih jauh rahasia kemerdekaan Indonesia dibulan Ramadhan,
marilah sejenak mengingat, merenungkan dan mengenang kembali bagaimana
perjuangan para syuhada yang telah gugur di medan peperangan. Bagaimana mereka
berjuang tanpa kenal lelah, tanpa kenal waktu, ikhlas tanpa pamrih. Berjuang
merelakan tetes demi tetes keringat dan darah, bahkan merelakan nyawa mereka
demi mempertahankan negera Indonesia tercinta.
Sudah selayaknya kita sebagai anak-cucu mereka
yang tidak memiliki kesempatan berjuang secara fisik, untuk bersyukur dan
memanjatkan doa yang tulus untuk para syuhada. Agar mereka
mendapatkan tempat terindah disisi Allah SWT, amin amin ya Rabbal alamin.
Serta melajutkan perjuangan dan cita-cita mereka yang merupakan cita-cita bangsa. Masih segar dalam
ingatan kita bukan? Bagaimana hiruk-pikuk dan gemerlapnya perayaan kemerdekaan
yang akrab disebut 17an atau agustusan. Luar biasa, beragam lomba diadakan di
tiap pojok RT perkampungan, pantai, lapangan dan alun-alun kota. Jalan santai
bertabur hadiah, berbagai arak-arakan karnaval memenuhi jalan-jalan utama
perkotaan. Bergam pesta pentas hingar-bingar tiap malam hari. Bagaimanapun meriahnya kalau itu tidak
didasari atas syukur kepada Allah SWT, akan menjadi sia-sia belaka.
Dari
ketiga angka sakral 17 tersebut, bisa disimpulkan bahwa dengan melaksanakan 17
Rakaat kita isi 17 Agustus dengan berpedoman pada petunjuk yang turun di 17
Ramadhan. Semoga ketiga 17 itu tetap terpatri di hati para pemimpin bangsa,
sehingga mampu mengantarkan negeri ini menuju masyarakat adil dan makmur di
bawah naungan ridha Allah SWT.
Akn tetapi kenyataan berbicara lain , kemerdekaan yg diraih dg perjuangan tanpa pamrih hrs diisi dg perjuangan yg byk pamrih ... ^-^ luar biasa ...
BalasHapusAkan tetapi, kenyataan berbicara lain, kemerdekaan yg diraih dg perjuangan tanpa pamrih telah byk diisi dg perjuangan yg pamrih ... ^-^ miris
BalasHapus