Rabu, 02 November 2011

PELAKSANAAN QURBAN DALAM AGAMA SAMAWI


Pelaksanaan qurban pada zaman Nabi Adam as yaitu dengan mengeluarkan hasil kerjanya yaitu yang petani mengeluarkan hasil pertaniannya yang terdiri dari buah-buahan hasil panen, sementara yang peternak mengeluarkan hasil peternakannya yang baik. Hal mana dapat dilihat dalam QS. Al-Maidah ayat 27:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (٢٧)

27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".

Pada zaman Nabi Ibrahim as berbeda lagi yaitu berqurban dengan apa yang paling dicintainya. Karena pada saat itu yang paling dicintai oleh Nabi Ibrahim as adalah putranya yang bernama Ismail, maka Allah Swt, memerintahkan untuk menyembeli Ismail (putranya) tersebut. Walaupun pada akhirnya diganti oleh Allah Swt, dengan seekor kambing gibas. Sebagaimana yang dikisahkan dalam  QS. As-Shaffat ayat 102-107 yang telah kita sebutkan di atas.

Di zaman Nabi Muhammad Saw, beda lagi, qurban diperintahkan berupa penyembelian binatang ternak (onta, sapi, dan kambing) sebagaimana firman Allah surat Al Hajji ayat 34:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ (٣٤)

34. Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pada dasarnya ibadah qurban telah dilakukan ketika manusia pertama yaitu Nabi Adam as hadir di dunia ini khalifah. Pada waktu itu Allah  Swt memerintahkan kepada dua orang anaknya untuk melakukan ritual qurban. Oleh karena salah satu anaknya yang bernama Habil, memberikan persembahan terbaik untuk diqurbankan, sementara anaknya yang bernama Kabil mendatangkan hasil dari pertaniannya yang sudah rusak dan busuk yang menunjukan ketidak ikhlasannya dalam melakukan ritual qurban yang diperintahkan Allah Swt, yang menyebabkan ditolaknya qurban yang dilakukannya, sedangkan yang diterima adalah ritual qurban yang dilakukan Habil,  karena apa yang dilakukannya menunjukan keikhlasan dalam melaksanakan perintah qurban yang menjadikan qurbannya diterima disisi Allah Swt.

Namun patutu dicatat bahwa pelaksanaan qurban yang dilakukan oleh kedua anak Nabi Adam as tersebut bukan merupakan landasan disyariatkannya penyembelihan hewan qurban dalam Islam seperti saat sekarang ini, tapi landasannya adalah sejarah qurban Nabi Ibrahim as. Melalui sebuah mimpi, Allah  Swt, telah memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya dari isterinya yang bernama Siti Hajar yaitu Ismail. Peristiwa ini merupakan gambaran potret kecintaan yang tulus ikhlas dan ketaatan yang tinggi seorang hamba kepada Rabbnya sampai merelakan anaknya sendiri untuk dikorbankan demi menjalankan perintah Rabbnya, karena ia sendiri yakin bahwa Allah  Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan Allah  Maha Adil sehingga ia yakin bahwa Allah  Swt, tidak akan mencelakakan dan mendhalimi hamba-Nya meskipun Nabi Ibrahim as antara percaya dan tidak.  Dan semua itu terbukti, ketika Nabi Ibrahim as bersiap-siap untuk menyembelih anaknya, seketika itu Allah  Swt, justru malah mengirimkan seekor qibas dari syurga yang menggantikan Ismail. Kisah ini diceritakan dalam Alqur’an surat Ash-Shaaffaat ayat 102-109.

Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as untuk menjalankan perintah Allah Swt,  tersebut bukan berarti tidak ada hambatan. Musuh terbesar ummat manusia yaitu Syetan dan Iblis la’natullah selalu berusaha mengodanya, namun beliau tetap tegar dan bersabar, lalu beliau melempari Syetan dan Iblis dengan batu-batu kerikil, yang akhirnya kisah ini masuk kedalam rangkaian  pelaksanaan ibadah haji disaat Idul Qurban yang terkenal dengan sebutan melempar jumratul ’ula. jumratul ushtho dan jumratul aqabah.

Itulah kecintaan dan ketaatan Nabi Ibrahim as kepada Rabbnya yang dibuktikan dengan menjalankan perintah-perintah Allah  Swt, walaupun perintah tersebut sangat berat dan harus mengorbankan seorang anak yang dicintainya. Itulah ujian yang terberat yang diberikan Allah Swt, berikan kepada Nabi Ibrahim as untuk memperlihatkan kepada kita tentang kecintaan dan ketaatannya kepada Allah Swt,  melebihi kecintaannya kepada materi dan keduniaan, baik itu harta, anak ataupun istri.

Sebelumnya Allah Swt, juga telah menguji Nabi Ibrahim as yang sudah berusia lanjut namun belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akhirnya sang istri, yaitu Siti Sarah menyarankan suaminya untuk menikah lagi. Kemudian menikahlah Nabi Ibrahim as dengan Siti Hajar, seorang wanita shalihah yang dipilihkan oleh Siti Sarah. Tidak lama setelah itu hajarpun hamil, yang diikuti dengan hamilnya Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim as. Saat-saat yang ditunggu Nabi Ibrahim as pun akhirnya terwujud dengan lahirnya Nabi Ismail as.

Namun ujian Allah  as terhadap hambanya yang shaleh Nabi Ibrahim as tidak sampai disitu. Setelah kelahiran Nabi Ismail  as, Allah Swt pun  menguji Nabi Ibrahim as dengan memerintahkannya untuk pergi meninggalkan isteri dan anaknya yang masih mungil disebuah daerah yang sangat gersang, yaitu lembah Bakka (lembah air mata). Lembah tersebut adalah lembah yang terkenal dengan kegersangannya dan tidak ada sebatang pohonpun yang tumbuh serta tidak ada air. Sehingga dikatakan bahwa setiap orang yang ada dilembah tersebut pasti akan menangis. Maka disebutlah lembah tersebut dengan lembah Bakka yang artinya lembah air mata. 

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim as sampai tiga kali, perihal ditinggalkannya ia dan anaknya di lembah tersebut. Siti Hajar berkata,"Wahai Suamiku, apakah yang engkau lakukan ini perintah Allah ".Nabi Ibrahim menjawab "Benar, ini adalah perintah Allah". Siti Hajar pun menjawab dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun. "Kalau memang ini perintah Allah , tinggalkanlah kami . Karena Allah  pasti akan menyelamatkan hamba-Nya dan tidak akan menyengsarakannya". 

Kemudian berjalanlah Nabi Ibrahim as meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Namun, kecintaan Nabi Ibrahim as terhadap mereka, menghentikan langkahnya seraya berdo'a dan bermunajat kepada Allah Swt, Sang Khalik yang lebih mencintai hamba-Nya. Do'a ini diabadikan dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah ayat 126: 

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٢٦)

126. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali".

Sedangkan tempat berdirinya Nabi Ibrahim as tersebut akhirnya menjadi maqom Ibrahim dekat Baitullah. Setelah ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as kecil mulai menangis di bawah terik matahari karena kehausan dan kepanasan. Siti Hajar sebagai seorang ibu, berusaha untuk mencarikan air bagi anaknya. Siti Hajar kemudian berlari-lari kecil antara dua bukit shafa dan marwah. Perjuangan Siti Hajar ini diabadikan dalam prosesi sa’i. Prosesi sa’i merupakan simbol kasih sayang dan kecintaan seorang ibu terhadap anaknya.
 
Itulah kisah keluarga Nabi Ibrahim as yang mendapatkan berbagai ujian dari Allah  Swt, dan mereka mampu bersabar dalam ujian tersebut. Itulah kesholehan sang Nabi Ibrahim as, yang kesholehan tersebut tidak hanya dimilikinya sendiri, tapi juga dimiliki oleh anak dan istrinya, sehingga kesabaran dalam menghadapi ujian tidak hanya  dihadapinya sendiri, tapi dihadapi oleh sekeluarga. Dan ujian yang terberat adalah ujian penyembelihan Nabi Ismail as yang peristiwa ini diabadikan dengan ritual ibadah qurban yang dilakukan oleh segenap kaum muslimin diseluruh dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Coment Anda Disini