Sabtu, 14 Juli 2012

Awal Ramadhan 1433 H / 2012 M Berpotensi Berbeda

Awal Ramadhan 1433 H / 2012 M Berpotensi Berbeda

Jatuhnya awal Ramadahan berpotensi berbeda setelah Muhammadiyah melalui situsnya menyatakan bahwa awal Ramadhan jatuh pada Jumat, 20 Juli 2012, dan Idul Fitri pada Minggu, 19 Agustus 2012. Hal ini menandakan bahwa awal shalat Tarawih menjelang puasa akan jatuh pada tanggal 19 Juli 2012. Penetapan tersebut didasarkan pada metode hisab rukyah. Sementara Ormas lainnya Nahdatul Ulama (NU) yang menggunakan metode rukyatul hilal diperkirakan akan menetapkan jatuhnya Ramadhan pada tanggal 21 Juli 2012, sementara hari raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 20 Agustus 2012. Dilain pihak, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan memberikan data Informasi Hilal saat matahari terbenam pada Kamis, 19 Juli 2012.
Penentuan awal bulan Ramadhan 1433 H akan menggunakan beberapa metode pengamatan, antara lain waktu konjungsi (Ijtima’) dan terbenam matahari. BMKG akan memantau konjungsi geosentrik atau ijtima. Peristiwa ini terjadi ketika lintasan edar matahari dan bulan tepat sama. Kejadian ini akan terjadi pada hari Kamis, 19 Juli 2012, pukul 04.24 UT atau pukul 11.24 WIB atau pukul 12.24 WITA atau pukul 13.24 WIT. Saat itu matahari dan bulan bersama berada tepat pada 116,912 derajat dengan jarak sudut 4,082 derajat.
Selain waktu konjungsi, matahari terbenam juga bisa menjadi penentu. Waktu matahari terbenam dinyatakan ketika bagian atas piringan matahari tepat di titik horizon. Berdasarkan pengamatan, matahari terbenam di wilayah Indonesia pada 19 Juli 2012 paling awal terjadi pada pukul 17.35 WIT di Merauke dan paling akhir pada pukul 18.57 WIB di Sabang.(Sumber: http://bantenesia.com).

Prediksi Awal Bulan Ramadhan 1433 Hijriyah
Kamis 19 Juli 2012 sore merupakan saat pelaksanaan rukyatul hilal untuk menentukan awal bulan Ramadhan 1433 Hijriyah. Hal ini berdasarkan pada Taqwim Standard Indonesian hasil rukyat pada bulan sebelumnya yang menyimpulkan sama. Hari itu dari Pos Observasi Bulan Bukit Bela-belu Parangkusumo, Matahari terbenam pada pukul 17:36 WIB pada azimuth 290°48' atau 20,8° di Utara titik Barat. Tinggi Hilal saat Matahari terbenam 1°40' atau 1,7° di atas ufuk mar'i di kiri-atas Matahari. Bulan terbenam pada 17:45 WIB pada azimuth 286°6'. Pada kondisi seperti ini secara astronomis Hilal mustahil dirukyat baik menggunakan mata telanjang maupun teleskop. Namun demikian kegiatan rukyat tetap dilaksanakan sesuai perintah rukyat yang harus dilakukan pada setiap tanggal 29 bulan berjalan serta pembuktian di lapangan ketidak nampakan hilal.
RHI Yogyakarta akan melakukan rukyatul hilal secara resmi bersama Tim BHR DIY di POB Bela-belu Parangkusumo Yogyakarta pada Kamis, 19 Juli 2012 di POB Bela-belu Parangkusumo, Bantul Yogyakarta. pada hari berikutnya Jumat, 20 Juni 2012 di tempat yang sama juga akan dilakukan rukyatul hilal untuk membangun data visibilitas hilal.  Seperti halnya tahun lalu, tahun ini juga RHI Yogyakarta menjadi salah satu Tim rukyat nasional dari 16 lokasi Rukyat Nasional di Indonesia kerjamasama antara BHR Kemenag DIY, Telkom DIY, Kominfo dan Bosscha. Tahun ini menyusul RHI Solo dan RHI Kudus juga menyusul menjadi salah satu anggota Tim. Hasil Streaming online Hilal 2012 ini dapat dilihat di website berikut :  
  
KETERANGAN :
1.  Sangat tidak mungkin daerah yang berada di bawah arsiran MERAH (E) dapat menyaksikan Hilal, sebab pada saat itu Bulan  terbenam lebih dulu sebelum Matahari terbenam atau ijtimak lokal (topocentric conjunction) terjadi setelah Matahari terbenam.
2.    Daerah yang berada pada area BIRU TUA (D) (tak berarsiran) juga  tidak memiliki peluang menyaksikan hilal sekalipun menggunakan alat bantu optik (binokuler/teropong), sebab kedudukan Hilal masih sangat rendah ( <6° ) dan terang cakram Bulan masih terlalu kecil sehingga cahaya Hilal tidak mungkin teramati.
3.    Hilal baru mungkin dapat teramati menggunakan alat bantu optik pada area di bawah arsiran BIRU MUDA (C). Pada area ini pun masih sangat sulit karena dibutuhkan kondisi langit yang sangat cerah terutama di langit Barat.
4.Wilayah yang berada dalam arsiran UNGU (B) hanya dapat menyaksikan hilal menggunakan alat bantu optik sedangkan untuk melihat langsung dengan mata diperlukan kondisi cuaca yang sangat cerah dan ketelitian pengamatan.
5. Hilal dengan mudah dapat disaksikan pada area di bawah arsiran HIJAU (A) baik menggunakan mata telanjang apalagi menggunakan peralatan optik dengan syarat kondisi udara dan cuaca cukup baik.
6.  Peta ini dibuat dan hanya berlaku untuk daerah 60° Lintang Utara sampai 60° Lintang Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Coment Anda Disini