Awal
Ramadhan 1433 H / 2012 M Berpotensi Berbeda
Jatuhnya awal Ramadahan berpotensi berbeda
setelah Muhammadiyah melalui situsnya menyatakan bahwa awal Ramadhan jatuh pada
Jumat, 20 Juli 2012, dan Idul Fitri pada Minggu, 19 Agustus 2012. Hal ini
menandakan bahwa awal shalat Tarawih menjelang puasa akan jatuh pada tanggal 19
Juli 2012. Penetapan tersebut didasarkan pada metode hisab rukyah. Sementara
Ormas lainnya Nahdatul Ulama (NU) yang menggunakan metode rukyatul hilal
diperkirakan akan menetapkan jatuhnya Ramadhan pada tanggal 21 Juli 2012,
sementara hari raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 20 Agustus 2012. Dilain
pihak, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan memberikan
data Informasi Hilal saat matahari terbenam pada Kamis, 19 Juli 2012.
Penentuan awal bulan Ramadhan 1433 H akan
menggunakan beberapa metode pengamatan, antara lain waktu konjungsi (Ijtima’)
dan terbenam matahari. BMKG akan memantau konjungsi geosentrik atau ijtima.
Peristiwa ini terjadi ketika lintasan edar matahari dan bulan tepat sama. Kejadian
ini akan terjadi pada hari Kamis, 19 Juli 2012, pukul 04.24 UT atau pukul 11.24
WIB atau pukul 12.24 WITA atau pukul 13.24 WIT. Saat itu matahari dan bulan
bersama berada tepat pada 116,912 derajat dengan jarak sudut 4,082 derajat.
Selain waktu konjungsi, matahari terbenam juga
bisa menjadi penentu. Waktu matahari terbenam dinyatakan ketika bagian atas
piringan matahari tepat di titik horizon. Berdasarkan pengamatan, matahari
terbenam di wilayah Indonesia pada 19 Juli 2012 paling awal terjadi pada pukul
17.35 WIT di Merauke dan paling akhir pada pukul 18.57 WIB di Sabang.(Sumber: http://bantenesia.com).
Prediksi Awal Bulan Ramadhan 1433 Hijriyah
Kamis 19 Juli 2012 sore merupakan saat pelaksanaan rukyatul hilal
untuk menentukan awal bulan Ramadhan 1433 Hijriyah. Hal ini berdasarkan pada
Taqwim Standard Indonesian hasil rukyat pada bulan sebelumnya yang menyimpulkan
sama. Hari itu dari Pos Observasi Bulan Bukit Bela-belu Parangkusumo, Matahari
terbenam pada pukul 17:36 WIB pada azimuth 290°48' atau 20,8° di Utara titik
Barat. Tinggi Hilal saat Matahari terbenam 1°40' atau 1,7° di atas ufuk mar'i
di kiri-atas Matahari. Bulan terbenam pada 17:45 WIB pada azimuth 286°6'. Pada
kondisi seperti ini secara astronomis Hilal mustahil dirukyat baik menggunakan
mata telanjang maupun teleskop. Namun demikian kegiatan rukyat tetap
dilaksanakan sesuai perintah rukyat yang harus dilakukan pada setiap tanggal 29
bulan berjalan serta pembuktian di lapangan ketidak nampakan hilal.
RHI Yogyakarta akan melakukan rukyatul hilal secara resmi bersama
Tim BHR DIY di POB Bela-belu Parangkusumo Yogyakarta pada Kamis, 19 Juli 2012
di POB Bela-belu Parangkusumo, Bantul Yogyakarta. pada hari berikutnya Jumat,
20 Juni 2012 di tempat yang sama juga akan dilakukan rukyatul hilal untuk
membangun data visibilitas hilal. Seperti halnya tahun lalu, tahun ini
juga RHI Yogyakarta menjadi salah satu Tim rukyat nasional dari 16 lokasi
Rukyat Nasional di Indonesia kerjamasama antara BHR Kemenag DIY, Telkom DIY,
Kominfo dan Bosscha. Tahun ini menyusul RHI Solo dan RHI Kudus juga menyusul
menjadi salah satu anggota Tim. Hasil Streaming online Hilal 2012 ini dapat
dilihat di website berikut :
http://hilal.depkominfo.go.id .:. http://bosscha.itb.ac.id/hilal
.:. http://rukyatulhilal.org/live
.:
KETERANGAN :
1. Sangat
tidak mungkin daerah yang berada di bawah arsiran MERAH
(E) dapat menyaksikan Hilal, sebab pada saat itu Bulan
terbenam lebih dulu sebelum Matahari terbenam atau ijtimak lokal (topocentric
conjunction) terjadi setelah Matahari terbenam.
2. Daerah
yang berada pada area BIRU TUA (D) (tak
berarsiran) juga tidak memiliki peluang menyaksikan hilal sekalipun
menggunakan alat bantu optik (binokuler/teropong), sebab kedudukan Hilal masih
sangat rendah ( <6° ) dan terang cakram Bulan masih terlalu kecil sehingga
cahaya Hilal tidak mungkin teramati.
3. Hilal
baru mungkin dapat teramati menggunakan alat bantu optik pada area di bawah
arsiran BIRU MUDA (C). Pada area ini pun
masih sangat sulit karena dibutuhkan kondisi langit yang sangat cerah terutama
di langit Barat.
4.Wilayah yang berada dalam arsiran UNGU (B) hanya dapat menyaksikan hilal
menggunakan alat bantu optik sedangkan untuk melihat langsung dengan mata
diperlukan kondisi cuaca yang sangat cerah dan ketelitian pengamatan.
5. Hilal
dengan mudah dapat disaksikan pada area di bawah arsiran HIJAU (A) baik menggunakan mata telanjang
apalagi menggunakan peralatan optik dengan syarat kondisi udara dan cuaca cukup
baik.
6. Peta ini
dibuat dan hanya berlaku untuk daerah 60° Lintang Utara sampai 60° Lintang
Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Coment Anda Disini