Jumat, 13 Juli 2012

Persiapan Menyambut Kunjungan Bulan Ramadhan


Persiapan Menyambut Kunjungan Bulan Ramadhan


Muqadimah.
Tanpa dinyana bahwa Bulan Ramadhan (selanjutnya disebut: Ramadhan) sebentar lagi akan menghampiri ummat Islam seluruh dunia, sebagai upaya untuk meningkatkan kwalitas dan kwantitas setiap nilai amalan yang dilakukan. Memperlebar kesempatan bagi setiap orang untuk berbuat baik dan beramal sholeh. Di dalamnya penuh dengan kebajikan, kebaikan dan keutamaan (fadhilah). Sudah sewajarnyalah ummat Islam mempersiapkan diri menuju bulan penuh berkah itu dengan persiapan yang matang dan terplanning. Adakah persiapan khusus yang telah akan dilakukan? Atau hanya sibuk dengan dengan berbagai pernak-pernik penyambutan Ramadhan yang bersifat lahiriyah semata, sibuk menyusun berbagai menu hidangan santapan sahur dan berbuka kelak, atau menyusun acara-acara untuk berbuka bersama dengan saudara, teman, sahabat atau kolega, serta sibuk membeli perlengkapan ibadah yang serba baru untuk menambah semangat seperti membeli Al Qur’an, sarung, peci, baju koko, mukena dan sajadah.
Memang tidak ada yang salah sama sekali dengan persiapan-persiapan semacam itu, dan mungkin dengan niat untuk menambah semangat ibadah serta mempererat jalinan silaturrahim, insa Allah niat tersebut akan menjadi pahala kebaikan. Namun bukankah ada hal-hal yang lebih baik dan utama untuk dipersiapkan, yaitu persiapan bathiniyah yang erat hubungannya dengan keimanan dan ketaqwaan. Maka sudah sepatutnya melakukan berbagai persiapan dalam rangka tarhib Ramadhan (menyambut Ramadhan). Ibarat sosok tamu yang agung, kedatangannya mesti disambut dengan perasaan gembira dan suka cita oleh umat Islam. Setelah sekian lama berpisah dengannya, maka tamu yang agung ini kembali ditunggu-tunggu dan dielu-elukan kedatangannya dengan penuh kegembiraan dan kerinduan yang sangat mendalam.
Ibarat kedatangan seorang tokoh atau tamu penting di negeri ini seperti halnya kedatangan seorang presiden, raja, perdana menteri, menteri, gubernur, bupati dan sebagainya, maka berbagai persiapan pun akan dilakukan dalam rangka menyambut kedatangannya. Tentunya dengan protokuler sampai dengan menghiasi dan membersihkan tempat yang akan dilewati dan dikunjungi oleh pejabat dan tokoh penting tersebut sehingga penyambutannya dilakukan dengan antusias dan kegembiraan. Maka hal sepatutnya juga dengan kedatangan Ramadhan disambut lebih meriah dan gembira oleh umat Islam itu sendiri dibandingkan dengan kedatangan tokoh atau pejabat tersebut. Ramadhan merupakan sosok tamu agung dan mulia yang selalu dielu-elu kedatangannya dan dirindukan perjumpaan dengannya.
Hal ini sangatlah wajar sekali, mengingat tamu yang mulia ini yang namanya Ramadhan datang dengan membawa berbagai keutamaan (fadhilah), baik di dunia maupun di akhirat kelak. Ramadhan dikatakan dan merupakan bulan rahmat, maghfirah dan pembebasan hamba dari api neraka (itikun minan niran). Selain itu ternyata Ramadhan juga merupakan bulan keberkahan, karena pada bulan ini pahala suatu amal shalih dan ibadah dilipatgandakan nilainya oleh Allah swt. Demikian pula dengan keberkahan di dunia dengan bertambahnya rezki seseorang pada bulan ini, terutama bagi para pelaku usaha di bidang perdagangan kelontong, kue, pakaian muslim, dan lain sebagainya. Begitu agung dan mulianya bulan ini sehingga  pantas nabi menjulukinya sebagai sayyid asy-syuhur (penghulu segala bulan). Maka sudah sewajarnya kedatangan tamu yang mulia ini disambut oleh umat Islam dengan penuh kegembiraan dan persiapan yang meriah. Bila tidak tentu ke-Islaman dan keimanan seorang yang mengaku dirinya muslim perlu dipertanyakan dan discan kembali, bahkan bila perlu diformat ulang agar bersih dari virus. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw mengatakan bahwa:
لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُوْنَ السَّنَة كُلّهَا
“Seandainya hamba-hamba mengetahui apa yang ada dalam apa yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya umatku berangan-angan agar Ramadhan terus berlangsung sepanjang tahun.”
Persiapan Menjelang Datangnya Ramadhan.
Persiapan demi persiapan untuk tarhib Ramadhan sangat penting dan perlu dilakukan, dengan tujuan agar suasana Ramadhan menjadi sukses. Sebagaimana halnya ketika akan menghadapi suatu ujian (testing) atau pertandingan (tournament), maka tentu terlebih dahulu mempersiapkan diri, agar berhasil dalam ujian atau mencapai kemenangan dalam pertandingan. Namun yang menjadi pertanyaan terpenting adalah bagaimana cara mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan agar menjadi sukses? Nah di antara persiapan tarhib Ramadhan yang penting dan perlu dilakukan oleh ummat Islam adalah:
Pertama, biasakan diri dengan memperbanyak ibadah puasa sunnat pada bulan Sya’ban. Bukankah memperbanyak puasa pada Sya’ban merupakan sunnah yang sangat dianjurkan oleh nabi. Dalam sebuah riwayat, dari Aisyah ra ia berkata:
 “Aku belum pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa sebulan penuh melainkan pada bulan  Ramadhan, dan aku belum pernah melihat Rasulullah saw paling banyak berpuasa dalam sebulan melainkan pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan dalam riwayat lain, dari Usamah bin Zaid ra ia berkata, aku bertanya kepada Rasul:
 “Wahai Rasulullah, aku belumRasululla pernah melihatmu berpuasa pada bulan-bulan lain yang sesering pada bulan Sya’ban”. Beliau bersabda, “Itu adalah bulan yang diabaikan oleh orang-orang, yaitu antara bulan Rajab dengan Ramadhan. Padahal pada bulan itu amal-amal diangkat dan dihadapkan kepada Rabb semesta alam, maka aku ingin amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa.” (HR. Nasa’i dan Abu Daud serta dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Mengenai pengkhususan puasa dan shalat sunat seperti shalat tasbih pada malam nisfu sya’ban (pertengahan Sya’ban) dengan menyangka bahwa ia memiliki keutamaan, maka tidak ada dalil shahih yang mensyariatkannya sehingga para ulama ada yang berpendapat bid’ah dan juga berpendapat bid’ah hasanah. Hadits-hadits yang dijadilan sandaran sebagai keutamaan puasa dan shalat malam nisfu sya’ban itu dhaif dan maudhu’ menurut para ulama hadits. Al-Mubarakfury dalam kitabnya Tuhfah al-Ahwadzi (3/444) menyebutkan hadits nisfu sya’ban dhaif. Ibnu Al-Jauzi menvonis tersebut maudhu’ dengan memasukkan dalam kitabnya Al-Maudhu’at. Oleh karena itu, hadits-hadits tersebut tidak bisa dijadikan hujjah dan tidak boleh diamalkan berdasarkan ijma’ para ulama.
Kedua, mempersiapkan bekal ilmu yang memadai dalam rangka menjalani ritual ibadah di Ramadhan, hal ini sangat penting dilakukan, mengingat ibadah di Ramadhan adalah syarat dengan keutamanan-keutamaan yang tinggi apabila menjalaninya sesuai dengan apa yang Allah swt perintahkan. Bahkan sebelum Ramadhan datag saatnya kembali untuk membuka dan mempelajari bab fiqh ash-shiyam (fikih puasa). Seorang muslim wajib mempelajari ibadah sehari-harinya (ibadah praktis), termasuk mempelajari fikih ash-shiyam, karena sebentar lagi akan menjalankan kewajiban ibadah puasa. Endingnya tentu dalam rangka memahami bagaimana tata cara puasa yang benar yaitu sesuai dengan petunjuk dan yang diajarkan oleh nabi. Dengan mempelajari fikih puasa tentu akan dapat mengetahui yang ada relevansinya dengan hukum puasa seperti rukun puasa, sunat, makruh dan adab puasa, serta yang membatalkan puasa dan sebagainya. Sewajarnyalah menjelang kedatangan Ramadhan, memperbanyak membaca buku-buku tentang puasa Ramadhan dan ibadah lainnya yang berkaitan dengan Ramadhan itu sendiri seperti shalat tarawih, i’tikaf dan taddarus Qur’an. Persiapan ilmu ini wajib dilakukan untuk memasuki Ramadhan. Bukankah dengan bekal ilmu, ibadah dapat dilakukan dengan cara yang benar dan diterima Allah saw sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan kepadanya, maka Allah mudahkan pendalaman dalam menuntut ilmu agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, memberitakan khabar kegembiraan dengan masuknya Ramadhan kepada seluruh ummat Islam. Hal ini sesuai dengan sabda nabi saw beliau selalu memberi taushiah menjelang kedatangan Ramadhan dengan memberi kabar gembira kepada para shahabatnya. Dalam sebuat  riwayat dari Abu Hurairah ra beliau mengatakan bahwa menjelang kedatangan Ramadhan, Rasulullah saw juga bersabda:
يا أيها الناس انه قد أظلكم شهر عظيم شهر مبارك فيه ليلة خير من ألف شهر فرض الله صيامه وجعل قيام ليله تطوعا فمن تطوع فيه بخصلة من الخير كان كمن أدّى فريضة فما سواه … وهو شهر أوله رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار
“Wahai sekalian manusia, sungguh hampir datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh barakah, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, Allah wajibkan untuk berpuasa pada bulan ini, dan Allah jadikan shalat pada malam harinya sebagai amalan yang sunnah, barangsiapa yang dengan rela melakukan kebajikan pada bulan itu, maka dia seperti menunaikan kewajiban pada selain bulan tersebut …, dan dia merupakan bulan yang awalnya adalah kasih sayang, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.”
Dalam hadits yang lain beliau pun pernah bersabda:
“Barang siapa yang merasa gembira dengan masuknya Ramadhan, Allah haramkan jasadnya masuk api neraka.”
Masih banyak ketentuan informasi hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan Ramadhan, hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw untuk memberi motivasi dan spirit kepada ummat Islam dalam beribadah di bulan suci Ramadhan.
Keempat, menjaga badan jasmani agar kesehatan dan stamina fisik tetap terjaga, tujuannya agar tetap sehat dan fit dalam suasana Ramadhan sangatlah penting. Mengingat kesehatan merupakan modal utama dalam melaksanakan rutinitas sehari-hari termasuk untuk beribadah. Bukankah orang yang sehat dapat melakukan ibadah dengan baik dan penuh semangat serta khusyu’. Namun sebaliknya bila seseorang sakit bahkan sakit-sakitan, maka pelaksanaan ibadahnya sangat terganggu dan tidak semangat bahkan bisa dia tinggalkan. Oleh karenanya Rasulullah saw bersabda:
 “Pergunakanlah kesempatan yang lima sebelum datang yang lima; masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim).
Tidak kata lain kecuali menjelang datangnya Ramadhan, agar kesehatan dan stamina fisik harus tetap dijaga, harus menjalani pola hidup sehat, makan teratur, menu dan pola makan adanya gizi seimbang, bahkan yang paling terpenting juga istirahat harus cukup. Perlu diketahui Ramadhan adalah suatu bulan yang di dalamnya penuh dengan ujian-ujian serta tantangan-tantangan yang dihadirkan oleh Allah swt kepada setiap muslim sejati agar mendapatkan penaikan kualitas keimanan ketingkat derajat taqwa.
Sebagai suatu instrumen dimana Allah swt telah mempersiapkannya untuk hamba-Nya dalam rangka menempuh ujian peningkatan derajat keimanan, maka Ramadhan menuntut ummat Islam secara proporsional dan logis agar menguatkan setiap elemen internal yang dia miliki. Terutama aspek fisik tadi yang menjadi alat utama dalam menjalankan ibadah puasa di siang hari dan shalat tarawih di malam hari. Ibadah ini memerlukan fisik yang cukup kuat untuk dilakukan secara kontinue. Oleh karenanya persiapkan fisik dalam menempuh ujian-ujian secara komprehensif agar derajat keimanan yang tinggi bisa diraihi di akhir Ramadhan.
Kelima, yang terpenting juga dalam suasana penyambutan Ramadhan adalah membersihkan rumah dan lingkungan hidup. Islam memerintahkan pemeluknya untuk selalu hidup bersih dan sehat karena kebersihan merupakan bagian dari iman. Hal mana bisa dibuktikan dengan perintah membersihkan diri dan tempat ibadah, terutama ketika mau melaksnakan shalat atau melakukan ibadah lainnya. Untuk itu tidak ada kata lain kecuali hanya mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih, maka perlu menjaga kebersihan di rumah dan di sekitar lingkungan. jika kedatangan tamu ke rumah atau ke desa, maka kesibukan membersihkan rumah dan lingkungan terasa dilakasnakan. Bahkan rumah atau desa dihiasi sedemikian rupa, agar tampak indah, asri dan bersih. Demikian juga sepatutnya dalam menyambut Ramadhan. Terlebih lagi Ramadhan adalah bulan ibadah (syharu ibadah). Tentunya setiap orang sangat menginginkan suasana ibadah yang nyaman dan khusyu’ dalam shalat lima waktu, tarawih, tadarus dan i’tikaf. Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusuk dalam shalatnya.” (Al-Mukminun: 1-2). Kekusyukan dalam ibadah akan mendatangkan ampunan Allah swt sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Jika kita menunaikan shalat lima waktu yang telah diwajibkan Allah Swt dengan whudu’ yang sempurna, tepat waktu dan penuh khusyuk, maka Allah berjanji akan mengampuni dosa-dosa kita. Orang yang tidak melakukan hal itu, dia tidak termasuk dalam janji Allah. Jika Allah menghendaki ampunan, maka Allah mengampuninya. Dan jika Allah menghendaki siksaan, maka Allah akan menyiksanya.(HR. Abu Daud).
Kantor, rumah, masjid, langgar dan surau yang bersih dan indah tentu akan menciptakan suasana yang nyaman dalam beribadah, sehingga akan mendatangkan kekusyukan dalam beribadah. Sebaliknya jika kotor dan bau, tentu akan mengganggu kenyamanan dalam menunaikan ibadah sehingga menghilangkan kekusyukan. Apalagi sampai menimbulkan berbagai macam penyakit yang berbahaya akibat lingkungan yang kotor dan bau. Meskipun demikian kebersihan badan dan pakain juga menjadi priorotas untuk datang ke tempat penyelenggaraan shalat taraweh agar tidak menganggu kenyaman orang lain beribadah.
Keenam, persiapan harta benda dengan tujuan agar dapat memanfaatkan keberkahan Ramadhan, maka seyogianya seorang muslim menyiapkan sebahagian hartanya sebelum kedatangan Ramadhan. Ramadhan merupakan bulan amal shalih, di antara amal shaleh yang sangat digalakkan pada Ramadhan adalah berinfak dan bersedekah. Hal ini sesuai dengan sunnah Rasulullah saw dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas ra ia berkata:
“Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan sikap kedermawaaannya semakin  bertambah pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemuinya untuyk mengajarkan al-Quran kepadanya. Dan biasanya Jibril mendatanginya setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mengajari al-Quran. Sungguh keadaan Jibril sangat dermawan pada kebaikan melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka, sudah sepatutnya seorang muslim dalam Ramadhan mengikuti kedermawaan Rasulullah saw. Selain itu persiapan finansial ini juga sangat bermanfaat untuk keperluan bersahur dan berbuka puasa. Terlebih lagi bila ingin menu berbuka puasa mencukupi dan sesuai dengan standar gizi yang diperlukan oleh tubuh. Disamping itu tradisi akhir Ramadhan saat merayakan Idul Fitri juga untuk membayar kewajiban zakat diri (fitrah) untuk penyempurnaan pahala puasa yang dikerjakan dalam Ramadhan, bahkan yang terpenting juga adalah dalam rangka memeriahkan rasa kegembiraan merayakan Idul Fitri dengan berbagai serba pakaian baru.
Ketujuh, persiapan mental dan spiritualitas sebab ujian yang ditempuh selama Ramadhan bukan hanya ujian dalam aspek fisik belaka, namun juga dari sisi aspek spiritual dan mental menjadi sarana ujian bahkan sisi ini yang lebih banyak mendapatkan sorotan. Amat terasa bahwa ketika Ramadhan sesungguhnya sedang melatih kedewasaan spiritual agar menjadi lebih stabil dalam menjalani kehidupan selanjutnya di luar Ramadhan. Oleh karenanya mempersiapkan aspek mental dan spiritual untuk bertarung secara all out di Ramadhan adalah wajib tunaikan. Caranya memperbanyak ibadah sosial dan memperbanyak dzikir kepada Allah swt agar diberikan kekuatan mental dan spiritual ketika menjalani ibadah di Ramadhan.
Jiwa dan mental juga perlu persiapan, sehingga ketika menyambut Ramadhan dengan rasa penuh kegembiaraan dan tulus hati serta jiwa yang bersih. Siapkan diri untuk melakukan berbagai amal shalih dan ibadah pada Ramadhan. Karena pada bulan ini seseorang akan beribadah puasa dan lainnya dengan optimal dan fulltime selama sebulan penuh. Jiwa dan mental harus dipersiapkan dengan penuh keimanan dan ketulusan hati dalam beribadah. Dengan demikian, maka kesulitan dan sikap malas dalam ibadah bisa diatasi dan dihilangkan. Ibadah pun menjadi terasa mudah dan menyenangkan.  Selain itu, hendaklah menyucikan jiwa dengan cara bertaubat kepada Allah swt, agar jiwa bersih dari noda dosa. Demikian juga hendaklah membiasakan diri untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah, seperti puasa sunnat, shalat sunnat dan memperbanyak membaca Al Quran. Sehingga terlatih dan terbiasa melakukan ibadah yang optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Coment Anda Disini